BAB : XXII

82 40 50
                                    

Klik bintangnya dulu teman!

READY MASTER?!

□■Happy Reading■□

•Color of Catur•
°Luka membekas°

10 hari kemudian...

Zanayya menatap nanar layar handphonenya yang menunjukkan hasil ulangan harian yang sudah berlangsung dua hari kebelakang secara online─google form. Zanayya menghela nafas, kecewa dengan hasilnya meskipun ia menjadi yang tertinggi. Baru kali ini ia mendapatkan nilai 90 di mata pelajaran PPKn tak seperti biasanya yang selalu mendapatkan nilai sempurna.

"Kenapa aku seceroboh ini?" gumam Zanayya kembali membuang nafas beratnya.

Jempolnya menari, membuka aplikasi hijau favoritnya yang kini sudah minim akan suara notif. Tak ada satu pun pesan baru yang bersarang disana, hanya pesan grup kelasnya yang selalu ramai.

Sepuluh hari telah berlalu dengan sangat lambat bagi Zanayya, karena ia benar-benar merasa sendiri, tanpa kehadiran sosok Silla juga Cakra. Kesendirian yang kini dihantui rasa takut.

Tercatat hanya tiga kali melakukan panggilan dengan Silla selama seminggu kebelakang. Silla sudah mulai disibukkan dengan tugas dan prakteknya di Jepang. Mereka melakukan panggilan jika keduanya memiliki waktu luang disaat yang bersamaan, dan panggilan itu hanya berisi ocehan Silla yang mengeluh tentang tugas sambil berderai air mata.

Zanayya dengan setia menjadi pendengarnya, meski dirinya pun perlu didengar.

Sedangkan Cakra, batang hidungnya pun tak kunjung terlihat. Isi chatnya hanya berisi pesan singkat berupa support 'Semangat sekolahnya'. Setiap malam Zanayya hanya ditemani kanvas dan buku pelajaranya, namun alih alih belajar, ia malah gelisah memikirkan penyebab perubahan sikap Cakra.

Fokusnya telah hilang.

Kenapa harus memikirkan? Memang kalian terikat hubungan?

Jangan lupakan si peneror yang semakin gencar memberikan pesan spam pada Zanayya. Sudah beberapa kali di block, tapi tetap menghubungi Zanayya dengan nomor lain. Pesan yang dikirim mulai merujuk pada ancaman keselamatan dirinya.

Alam seolah memindahkannya kembali pada kotak hitam.

"Selamat pagi anak-anak." Lamunan Zanayya buyar saat bu Della masuk kelas, dahinya mengerut samar. Kenapa bu Della masuk? Ini bukan jadwalnya.

Seperkian detik berikutnya, Arka dan Jesslyn memasuki kelas dengan senyum angkuhnya.  Duduk Zanayya menjadi tegak, dengan raut wajah datar dan dingin menatap Jesslyn yang berdiri di depan kelas yang menatapnya dengan senyum smirk.

"Silakann Jesslyn," ujar bu Della.

Seketika raut wajah Jesslyn berubah, "oh iya. Hai temen-temen, long time no see. Pertama-tama gue minta maaf pada kalian semua, karena perbuatan gue, kelas kita yang asalnya kelas terbaik jadi dipandang buruk sama satu sekolah. Jesslyn juga minta maaf sama bu Della selaku wali kelas, maaf Jesslyn udah bikin ibu kecewa. Jesslyn janji, hal itu gak akan pernah terulang, Jesslyn sadar kalo itu salah. Dan lo, Zan, meskipun gue udah ucapin permintaan maaf lewat akun sekolah.." mendengar hal itu Zanayya membuka handphonenya.

"Sekali lagi gue minta maaf." Jesslyn bergerak maju berdiri tepat didepan meja Zanayya mengulurkan tangannya.

Zanayya masih sibuk membaca pesan permintaan maaf sekaligus konfirmasi yang Jesslyn tulis lewat akun sekolah. "Zanayya," panggil bu Della.

Color of CaturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang