{9}

80 5 0
                                    

Neji dan Hinata, serta teman - temannya menatap sinis meja diseberang. 

Di sana tampak Sakura, Sasuke, Karin, Ino, Sai, dan Suigetsu tengah bercakap-cakap seraya menyantap makanan.

"Sepupu brengsek. Aku masih kesal dengan sikapnya pada kita, Niisan. Sudah untung kita berbaik hati mengajaknya bergabung, dia malah menolak dan lebih memilih berteman dengan nerd." 

Hinata mengaduk-aduk minuman pesanannya, tanpa berniat menyeruputnya.

Berbeda dengan Pain, sedari tadi matanya tak henti memandang wajah jelita Sakura yang tengah tertawa entah mengobrolkan apa. 

Menurutnya, Sakura perempuan tercantik yang pernah dia temui. 

Dadanya berdetak kencang saat menatap rupa menawan gadis itu.

Sakura mampu memikat mata dan hati, setiap orang yang menatap wajah eloknya. 

Dia memiliki daya tarik yang begitu kuat dan tak bisa diabaikan. 

Pain salah satu pria yang terpikat pada pesona Sakura, sejak gadis itu menginjakkan kaki di parkiran Kiren Internasional School.

Neji menatap Pain yang sejak tadi tak mengalihkan pandangan dari Sakura.

Dia menyeringai licik, ketika sebuah pemikiran melintas dalam benaknya. 

"Kau menyukai sepupu kami, Pain?" 

Matanya melihat bahu Pain menegang sesaat. 

Seringai Neji makin melebar, ini memudahkan rencananya.

Hinata menatap Pain menuntut jawaban dari temannya. 

Dia kaget, Pain yang terkesan dingin dan kalem ternyata bisa juga tertarik pada seorang gadis. 

Menariknya, perempuan yang disukai Pain adalah sepupu mereka, Haruno Sakura.

Pain meraih gelas minuman, lalu menenggak cairan dalam kaca bening tersebut melewati tenggorokannya. 

Dia tersenyum sumbang menatap mata bulan Neji, senyumnya perlahan berganti menjadi seringai. 

"Kau pintar sekali menebak perasaanku. Aku akui, dia menarik atensiku. Dan aku menginginkan sepupu kalian menjadi milikku. Tapi kurasa sulit menjangkau Sakura." 

Pain melorotkan bahunya yang tadi sempat terasa tegang. 

Sedikitnya, dia berharap Neji dan Hinata membantunya agar bisa dekat dengan Sakura.

Konan, Shion, Naruto, Kabuto dan Kiba hanya menyimak. Mereka tak mau menyela pembicaraan Hyuga bersaudara dan Pain. 

Dalam geng mereka, ketiga orang itulah yang paling berkuasa hingga mereka tak berani membantah ucapan atau perintah ketiganya.

"Kami akan membantumu mendapatkan Sakura. Tapi tidak gratis." 

Neji bertukar pandang dengan Hinata. Mereka tertawa bersamaan melihat raut malas Pain. 

"Ayolah bung, kau ingin menjadikan Sakura milikmu kan? Tentu saja ada bayaran atas bantuan kami padamu." 

Hinata membuka mulutnya saat Naruto menyuapkan pasta. 

Senyum puasnya terbit, melihat kekasihnya bertekuk lutut dibawah kakinya. 

Naruto rela melakukan apapun yang Hinata perintahkan, termasuk menjadi kacungnya. 

"Mana bisa dia menolak pesona, Hyuga Hinata. Demi bisa bersamaku, Naruto rela menjadi pelayanku." Batin Hinata.

"Kalian bisa meminta apapun padaku, sebagai imbalan jika aku berhasil mendapatkan Sakura." Ujar Pain dengan dagu terangkat. 

BelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang