Erik dan Resti berjalan menelusuri taman sambil mengobrol ringan agar Erik menjadi lebih tenang lagi. Erik tiba-tiba berhenti di sebuah pohon besar dan Resti juga ikut menghentikan langkahnya.
"Semesta jahat banget sama gua " kata Erik tiba-tiba
Resti hanya bingung menatap Erik "kali ini karena apa?"
"Karena dunia itu gak adil menurut gua" balasnya
"Dunia itu adil kok Rik, cuma belum waktunya hari bahagia lo itu datang jadi jangan sedih" kata Resti
Erik tersenyum miris ketika mendengar tutur dari Resti. Dia merasa bahwa dia tidak setuju dengan apa yang dia dengar, namun Erik hanya menganggukkan kepalanya.
"Gua iri liat orang seumuran gua res, dimana mereka cuma fokus belajar tanpa mikirin hal lainnya tapi gua harus fokus kerja untuk diri gua sendiri. Gua cari cara gimana biar gua gak kelaparan di malam atau siang hari." balas Erik lirih
"Semesta emang selucu itu ya Rik, usil banget yakan, suka banget becandain manusia di bumi sampai kadang becandanya bisa keluarin air mata" kata Resti tertawa pelan
"Kalau Tuhan gak izinin gua bahagia,itu artinya gua harus buat orang lain bahagia yakan" kata Erik menatap Resti
Resti membalas dengan senyuman kemudian mengangguk. Seseorang yang terlihat ceria ternyata menyimpan banyak luka di baliknya. Entah sekuat apa topeng orang itu sehingga topengnya tak bisa hancur untuk menunjukkan sisi lain dari dirinya,dibalik banyak topeng hanya ada satu ekspresi yang di masih tutupi.
"Rik kalo lo butuh teman cerita,lo boleh kok cerita sama gue" kata Resti
Erik menatap Resti dan tersenyum jahil "kenapa? Lu pengen gua ngobrol sama lu tiap hari?"
"Dih! gue cuma nawarin diri kali pede banget jadi orang" jawab Resti
"Makasih perhatiannya" balas Erik sambil tersenyum tipis
.
Chan masih sangat bingung mengapa Erik semarah itu padanya, padahal dia kan cuma mau membantu Erik agar tidak keluar dari sekolah lalu mengapa Erik malah emosi.
"Udahlah Chan biar aja amarah Erik reda dengan sendirinya" kata farel
"Tapi Erik bisa-bisanya nonjok anjir,waktu sama Angga kok dia lemes amat ya" kata Reza
Mereka semua hanya mengangkat bahu sebagai jawaban untuk pertanyaan Reza. Chan masih terdiam karena kejadian beberapa jam lalu. Sepertinya Chan harus membiarkan Erik untuk meredakan emosinya dahulu barulah Chan meminta maaf pada Erik karena sudah melakukan hal yang tidak disukai Erik tanpa sepengetahuannya.
"Padahal kan lu gak salah Chan kenapa dia marah" kata Reygan
"Mungkin dia merasa direndahkan" kata Rafael tiba-tiba
"Nanti gua mau ke rumahnya buat minta maaf" kata Chan tiba-tiba
"Lah ngapa lu minta maaf? Lu kan gak salah" kata Reza
"Gak peduli mau salah atau enggak intinya kalian harus baikan. Masa lu berantem sama Erik gara-gara masalah ini" kata farel
"Kalian harus baikan,kalo enggak bakal gua botakin satu satu" ancam Tian
.
Sepulang sekolah Chan berdiri di depan kelas Erik untuk menemui pemuda itu. Saat Erik keluar dari kelas Chan berniat untuk menyapanya tapi Erik hanya melewatinya. Biasanya pemuda itu akan menyapa duluan tapi kali ini apa dia sengaja mengabaikan Chan, sepertinya dia masih marah dengan Chan.
"Beneran dicuekin anjir. Kayaknya lu emang harus kerumahnya chan" kata reygan ketika baru keluar dari kelas
"Tapi bukannya dia kerja?" Tanya Chan
"Oh iya ya, tapi coba aja lu cek kerumahnya nanti" balas reygan
Chan menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju parkiran untuk segera pulang sebelum mengunjungi Erik kerumahnya.
.
Marscyllander saat ini masih tak tenang sebelum Chan dan Erik berbaikan. Rencananya Chan akan kerumah Erik untuk meminta maaf tapi tetap saja mereka takut Chan malah di tonjok lagi:)
Mereka sedari tadi menghubungi nomor Erik namun Erik selalu menolak panggilan mereka. Ini membuat mereka frustasi.
"Nih anak beneran marah kayanya. di-reject Mulu!" Kesal farel
"Coba kalian telfon" kata farel pada kelima gadis yang bersama mereka
"Kalo nomor kalian aja gak di angkat apalagi kami!" Ketus muna
"Ya coba aja dulu" kata Tian masih sibuk mengubungi Erik
"Telfon res" kata ziao
"Kok gue?" Tanya Resti
"Telfon aja!"
Resti menjadi kesal dan akhirnya terpaksa menghubungi Erik. Tak lama akhirnya Erik menjawab panggilan tersebut
"NAH DI ANGKAT!!" pekik farel
Firhan langsung membekap mulut farel dan menatap tajam ke arah farel.
"Kalo Erik matiin telfonnya...gua bunuh lu" bisik Firhan tepat di telinga farel
Farel mengangguk ngeri menatap Firhan karena ancaman pemuda itu. Firhan melepaskan tangannya namun masih menatap tajam ke arah farel sementara farel hanya terdiam membeku.
"Kenapa res?" Tanya Erik dari sebrang telfon
"Lo dimana Rik? Kerja gak hari ini?" Tanya Resti balik
"Hari ini gua gak kerja,emangnya kenapa" balas Erik
"Gue boleh kerumah lo kan?gabut gue" jawab Resti
"Ngapain lu?! bisa-bisa digebrak tetangga kita kalo berduaan jangan gila woi!" Pekik Erik dari sebrang sana.
"Maksudnya gue kesana terus kita keluar gitu jalan-jalan,gue gabut" balas Resti sedikit kesal
Mereka hanya diam menguping pembicaraan Resti dan Erik. Marscyllander memaki Erik dalam hati karena dari banyaknya panggilan dari mereka kenapa dia cuma menjawab panggilan dari Resti,dasar bontot
"Ohh kirain, gua aja yang jemput lu nanti" kata Erik
"Eh ga usah,gue udah otw kok ini. Lo ganti baju aja ya" balas Resti
"Oke" kata Erik
Resti mematikan panggilannya dan mereka semua langsung buru-buru kerumah Erik. Ziao dan deka terpaksa di bonceng marscyllander karena rumah Erik ada di gang kecil dan mobil mereka tak akan bisa memasuki area tersebut.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSCYLLANDER (END)
Novela JuvenilDi awali dari bangku SMA, keenam siswa dengan kepribadian yang berbeda di pertemukan di kantin sekolah lalu membentuk persahabatan, sehingga mereka dipertemukan dengan siswa baru yang akan bergabung dengan mereka. Bisakah Tian "berfikiran dewasa", c...