WRONG SCENARIOS - LIMA

925 56 2
                                    

Astaga, bahu kanan peach terasa sangat berat. Sulit rasanya untuk digerakan secara normal.

Dibeberapa sendinya, Peach mengeluh karena area tubuh kanannya malah terasa kebas. Sebenarnya hal  janggal seperti itu  jarang ia rasakan sepanjang karirnya sebagai polisi.

Pria itu mencoba bangun dengan kondisi sebagian bahu keram. Sekali lagi Peach terdengar mengerang kesakitan.

Ketika matanya terbuka lebar. Sekeliling Peach berputar-putar. Pandangannya kabur dan berkunang-kunang. Pria itu masih memegang kepalanya yang terasa berdenyut, sambil menebak apa gerangan yang sedang terjadi padanya. Batinnya begitu penasaran.

“Sudah bangun?” Suara sengau terdengar menggema di ruangan bekas keduanya tertidur lelap. Terdengar bergumam.

Sementara Peach -yang masih berjuang bangun dari ranjang-bisa mendengarnya dengan jernih.

Ada getaran asing masuk menembus dinding pertahanan dalam hatinya. Aneh sekali, bangun tidur sudah dibuat berdebar tak karuan.

“Nat?” Peach cukup terkejut ketika menyadari sosok yang sedang menyapanya.

“Sarapan dulu khun, aku sudah memasak.” Katanya, lagi.

Nat akarin, seorang pemuda yang bulan lalu sempat menolongnya memperbaiki mobil yang mogok, dan semalam membantu Peach melarikan diri dari maut.

Sebenarnya peach kurang begitu paham dengan skema pertemuan mereka.

Seolah-olah Nat ditakdirkan lahir sebagai kesatria berkuda yang akan selalu menolong peach disaat genting.

Peach masih mencari kepingan ingatan semalam, apa yang terjadi hingga keesokan paginya ia merasa sedikit demam dan pusing.

Padahal dalam ingatannya, bermati-mati ia berusaha mengingat. Pria itu tak merasa pernah mabuk berat. Biasanya ia merasa tak enak badan jika malamnya sudah minum berlebihan.

Peach nampak terguncang, kebingungan menerjang  dirinya. Sejauh mana validitas ingatannya masih terpatri , sama sekali tak bisa diterka olehnya sendiri. Tak seperti biasanya, ingatan Peach tak dapat dipanggil lagi. Hilang begitu saja.

Nat duduk di tepi ranjang, ia nampak berusaha mengusap dahi Peach yang masih terasa hangat. Semalaman Peach ikut demam.

Meskipun tidak separah Nat. Tapi badan pria itu hangat. Semalam suntuk, Peach mendekap Nat dengan sangat erat.

Sehingga tidak ada jarak diantara keduanya. Dan hal itu menyebabkannya terjaga semalaman karena Nat terus mengigau.

Peach sepertinya tertular demam dari Nat.  Mungkin karena ia terlalu lama menerima hantaran suhu dari tubuh Nat yang sepanjang malam menempel padanya. Ditambah lagi, ketika menuju ke rumah, dirinya kan tak memakai baju sehelaipun. Sempurna, bukan?

Keesokan harinya,  Nat akhirnya memahami situasi yang terjadi, maka ia langsung bangkit, merapikan kembali bekas ember kecil yang semalam peach gunakan untuk mengompresnya.

Pemuda itu  menggantinya dengan yang baru. Dan mulai melakukan hal yang sama kepada Peach.

Beberapa jam lalu, Nat tergopoh-gopoh mengangkat setengah tubuh Peach, guna membuka kausnya yang sedikit lembab karena keringat.

Hanya dengan satu tangan yang menumpu, Nat berusaha keras agar tak membangunkan pria  ini. Dengan tubuhnya yang kekar dan lebih besar dari Nat itu.

Rasanya seperti sebuah misi serius. Ditambah luka bahu kiri Nat masih basah. Ia sampai bergumam bahwa rasanya lebih sulit dibanding angkat beban di gym. Hal yang biasa ia lakukan.

JESBIBLE'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang