Mereka berempat kemudian memulai perjalanan panjang menuju Annora. Hanya sebuah perjalanan pulang bagi Lord Jes, namun berbeda dengan Pangeran Wicha yang nampak antusias, seakan dirinya hendak memulai sebuah perjalanan tabik menuju suatu tempat antah berantah demi menemukan harta karun.
Pangeran Wicha memilih keputusan yang tepat, pemuda itu paham bahwa metode perjalanan yang dilakukan Lord Jes adalah solusi terbaik. Perjalanan dengan kereta kencana, sejatinya hanya akan membuang energi berlebih kepada para kuda,selain itu Lord Jes juga tak bisa memastikan bahwa selama perjalanan tersebut tak menentu apakah kereta akan menghadapi kondisi jalan yang selalu mulus atau tidak.
Ohya, ngomong-ngomong. Setelah melihat keberanian dalam diri pangeran Wicha muncul. Ternyata Lord Jes mulai bisa melihat sisi lain dari pemuda itu. Contohnya, selain sikapnya yang agak cengeng dan kekanakan, tentu saja. Ternyata pangeran Wicha juga sangat mahir berkuda, rasanya cukup aneh melihat pemuda itu tak begitu kentara menampakkan sikap biasanya, yang kekanakan, manja, dan cengeng itu. Kala memasang wajah serius seperti saat ini, Lord Jes merasa semua sikap yang tadi ia sebutkan dari Pangeran Wicha, tiba-tiba saja lenyap bagai istana pasir yang tergulung ombak.
Para majikan berada digarda terdepan, keduanya menunggang kuda dengan kecepatan yang lambat. Kuda mereka hanya dipecut sesekali, keduanya membiarkan para tunggangan tersebut berjalan santai. Toh mereka tidak sedang dalam tenggat waktu tertentu, sehingga perjalanan ini harus ditempuh dengan terburu-buru.
Disepanjang perjalanan, Pangeran Wicha sibuk mengoceh tentang ini-itu hingga terkadang membuat orang-orang disekelilingnya merasa pengang. Namun tidak demikian dengan Lord Jes, yang diam-diam tersenyum, atau terkadang mengerutkan kening tatkala menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulut si pangeran cengeng itu.
Sayangnya, seperti biasa, sekuat tenaga pria itu berusaha untuk tidak menunjukan ekspresinya dihadapan pangeran wicha. Jadi ketika Pangeran Wicha menoleh ke arahnya, buru-buru Lord Jes mengubah mimik wajahnya, seolah ia tak peduli pada apapun yang pangeran wicha katakan.
Untuk perjalanan hari pertama ini, selama berjam-jam mereka berempat menyusuri jalan setapak yang terkadang harus melewati hutan pinus, atau malah hutan belantara dengan pepohonan raksasa menjulang tinggi dengan daun yang rimbun.
Namun selain itu juga mereka harus melewati padang savana yang luas. Kalau boleh memilih, Lord Jes lebih baik menyusuri jalanan yang melewati padang savana, meski luas dan membentang, tetapi setidaknya mereka bisa terhindar dari ancaman hewan buas yang memangsa.
Setelah menempuh perjalanan panjang, Lord Jes memberikan titah untuk bermalam di sebuah area yang masih dekat dengan padang savana yang tadi dirinya temukan.
Disekitaran area itu, terdengar ada suara gemericik air sungai kecil yang mengalir. Ketika diperiksa, ternyata sungai itu dangkal, jernih, dan memiliki temperatur yang dingin.
Cocok sekali untuk tempat mereka melepas dahaga dan sedikit menyeka tubuh yang bau keringat setelah sepanjang hari berkuda.
Sesuai dugaan, sungai tersebut selain jernih, airnya juga sangat dingin. Memberikan kesejukan tak terhingga ketika senyawanya mulai menyentuh permukaan kulit Lord Jes dan Pangeran Wicha.
KAMU SEDANG MEMBACA
JESBIBLE'S STORIES
Short StoryKumpulan kisah fiksi Jes dan Bible, dengan berbagai genre dan judul berbeda. Pasti tamat, tetapi tidak akan pernah berakhir. Ditulis oleh Nongskm_v sebagai cara untuk mendukung Jes Pipat dan Bible Wichapas sumettikul. Semoga kamu suka, terimaka...