WRONG SCENARIOS - EMPAT

704 48 3
                                    

Sementara Itu, dimalam yang sama.

Job dengan susah payah mengubek seisi area bar, namun ia sama sekali tak bisa menemukan jejak Peach dimanapun. Menyadari ada yang tak beres, Job langsung meminta juniornya untuk melacak ponsel atasannya itu.
Tak berselang lama, Job mendapatkan informasi kalau Peach memang tak bisa dihubungi, ponselnya mati. Sehingga tak ada cara lain untuk melacaknya.

Astaga, bagaimana ini?
Pikiran Job mulai kalut, rasanya ia bisa gila jika harus membayangkan bahwa esok hari akan menemukan tubuh Peach terkapar disuatu tempat. Bersimbah darah. Ditikam orang tak dikenal.

Oh-
sebentar !

Bukankah itu adalah pemuda yang beberapa waktu lalu membuat masalah? Pemuda itu jugalah yang peach kejar sampai sedemikian rupa? Kenapa ia kembali ke bar?

Job berusaha menghampirinya, niatnya ia hanya ingin mencoba bertanya dimana keberadaan Pria yang tadi sempat mengejar dirinya.

Dari semua anggota devisi, sebenarnya Job adalah yang paling penakut. Selama lima tahun bekerja sebagai polisi, tak pernah sekalipun dirinya melakukan misi seorang diri. Selain tak sesuai SOP, hal itu juga cukup menakutkan baginya.

Dengan kata lain, Job memang cukup pengecut. Ya, mau bagaimana lagi ? Daripada kena tikam, pikirnya.

"Dimana pria yang tadi mengejarmu?" Nada suara Job berusaha ia tekan, berlaga mengintimidasi.

Pemuda itu mengerutkan keningnya, ditengah napasnya yang masih terputus-putus,  seolah-olah wajahnya berkata "apa maunya si gila ini?"

Tiba-tiba saja, ada tiga orang pria merangsak masuk dan berusaha menyejajarkan posisinya dengan Job.

Ya, tiga preman kampung yang sama. Rupanya setelah menggores bahu Nat, mereka melarikan diri ke Bar. Berusaha menyamarkan situasi ditengah kerumunan.

Melihat itu, meski dilanda kebingungan yang hebat. Job merasa bahwa mereka inilah yang telah melakukan kejahatan. Di baju salah satu pria, Job bisa melihat bercak darah. Entah milik siapa. Namun yang pasti, hanya menurut Intuisinya, Job meyakini hal itu.

"Apa urusannya denganmu sialan? Cari saja disana, tak usah mengusik adik kami" salah satu pria mendesak tubuh Job dengan kasar.

"Aku hanya bertanya, kenapa kalian sangat marah?"

"Kau berani melawan kami?" Pria itu sekali lagi arogan, kali ini menodongkan pisau kecil yang basah oleh darah.

Jejak ego dalam diri Job, tiba-tiba saja lenyap. Ia sudah tak lagi berpikir melanjutkan perdebatan tersebut.

Meski tanpa bukti sekalipun,  ia tetap  yakin bahwa mereka telah melakukan tindakan kriminal. Namun tetap saja ia tak bisa melawan empat pria  kasar dengan tangan kosong.

Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang?

Lari !

Tinggal masalah waktu saja pisau kecil itu akan menancap diperutnya. Maka Job dengan sisa kewarasannya, lebih baik menghindari mereka. Ia berusaha melarikan diri. Ia melarikan diri ke arah menuju parkiran. Hendak mencari mobilnya yang terparkir.

Tapi tak ada, Job lupa dimana memarkirkan mobilnya. Sementara satu diantara empat pria tadi, yang membawa pisau tentu saja. Ternyata mengejarnya, menyapu seluruh area parkiran, jaraknya tinggal beberapa meter saja dengan Job.

Ada sebuah mobil terparkir, dengan pengemudi yang mungkin saja tengah menunggu seseorang. Pria itu duduk dimobil kemudi, diam termenung dengan kaca mobil yang dibuka.

Job segera memasuki mobil itu, berkata pada pemiliknya untuk menolongnya.

"Kau nanti bisa menuntutku atas apapun, tapi tolong bantu aku, izinkan aku bersembunyi dimobilmu ini" Katanya, putus asa.

JESBIBLE'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang