THE KING AND HIS LORD - SATU

602 50 1
                                    

* Trigger Warning * 

- Mengandung Kata umpatan 

-Narasi berdarah dan gore 

-Kekerasan fisik 

-Mental Illnes 

-Minuman Keras 

-Adegan Seks 

(Semua narasi dan adegan yang penulis tulis, hanya berdasarkan imajinasi semata, semua karakter dan tempat tidak berkaitan dengan sejarah asli negara manapun) 

***


Kerajaan Damaris, 1865.

Kicau burung terdengar saling bersahutan, pagi hari yang cukup cerah untuk mengawali kesibukan di Istana.

Istana ini sepertinya memiliki luas hampir menghabiskan rasio setengah dari ibu kota Damaris. Bahkan bagi beberapa pelayan, tugas membersihkan lantai Istana adalah sebuah hukuman. Karena istana ini sangat luas.

Normalnya memang manusia harus memulai kehidupan mereka pagi ini, tetapi tidak bagi penghuni salah satu bangunan yang menjadi bagian dari Istana. Bangunan itu masih nampak sepi, meski peradaban sudah dimulai sejak terbitnya matahari beberapa jam lalu. Penghuninya masih setengah terkantuk.

Padahal di luar pintu kamar yang menyekat dunia luar dan ruang pribadinya, sudah berjejer belasan pelayan wanita yang membawa berbagai kebutuhan si penghuni.

"Pangeran Agung, sudah saatnya bangun, Lord Mile akan menunggu anda di ruang makan, saatnya sarapan bersama." Suara Julian berusaha ditekan selembut mungkin, bahkan ketika pria itu sudah akan meledak karena menahan emosinya sejak tadi.

Julian sudah berusaha bersabar, jika itu menyangkut kehidupan sang pangeran yang berkelindan dengannya.  Bahkan ketika pemuda itu membuatnya harus mendapatkan sumpah serapah, dari lord mile karena dianggap tidak becus mengatur pemuda ingusan seperti Pangeran Agung.

Sementara di belakang Julian, para pelayan wanita sudah berjejer rapi menunggu titah dari Julian. Diantara mereka ada yang membawa nampan berisi air hangat dengan taburan kelopak bunga mawar, wewangian, dan secawan minuman herbal yang akan meredakan pengar sang pangeran. Ya, pangeran urakan tersebut memang seorang pemabuk.

"Pangeran agung sudah waktunya bangun." Sekali lagi, Julian mengetuk pintu kayu dihadapannya. Berharap bahwa pangeran agung akan segera memberikan akses masuk.

"Pangeran Agu-"

Suara pintu dibuka, membuat Julian terhentak karena rasa terkejut yang memangsanya bulat-bulat. Sialan sekali, kalau bukan pangeran. Mungkin sudah sejak lama Julian menghabisi pemuda itu.

Pangeran agung itu bernama Wichapas, ia merupakan anak kedua dari mendiang Raja Archen yang belum lama ini diwartakan tewas saat ikut bergabung ke medan perang.

"Kau memang sangat berisik, tak bisakah sehari saja tak usah mengganggu?" Suara itu terdengar tanpa hasrat, tak berprikemanusiaan. Terdengar dingin menusuk hingga ke tulang.

Julian hanya tersenyum penuh paksaan, ia tak begitu mau menanggapi keluhan sang pangeran. Lagipula, seharusnya disini ialah yang lebih cocok berkata demikian, tidak bisakah sehari saja dirinya tak harus mengurus pangeran ingusan super menyebalkan itu?

Hari ini Julian mendapat kabar dari pengawal pribadi Lord Mile, bahwa nanti malam Istana akan kedatangan tamu istimewa dari Kerajaan Annora. Maka dari itu, pagi ini Pangeran Wichapas harus segera hadir di ruang makan kerajaan. Untuk sarapan bersama seluruh anggota kerajaan, sembari membincangkan apa-apa saja yang harus dan tak boleh dilakukan selama utusan Kerajaan Annora bertandang ke Istana.

JESBIBLE'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang