Malam semakin larut ketika Peach dan Nat memutuskan menyerah pada pertarungan ketiga. Mereka pikir, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat keduanya berulangkali melakukan pelepasan. Ah, sangat menyenangkan.
"Jadi, mulai sekarang kita berkencan?" Nat yang terbaring disamping Peach bertanya, kentara penuh rasa penasaran.
Nat meringkuk disamping Peach, kepalanya ia taruh di lengan berotot milik pria seksi itu.
"Tentu saja, mulai sekarang aku adalah milikmu." Peach menjawab dengan lantang, meski pada kenyataannya suara peach parau karena berbicara menggunakan sisa-sisa tenaganya.
Perasaan diantara keduanya sudah jauh lebih meregang, sepertinya mulai lahir perasaan nyaman satu sama lain.
Bahkan kepercayaan diantara keduanya juga mulai tumbuh meranggas. Setelah malam yang panjang dan menyenangkan, mereka melanjutkan percakapan di ruang makan yang sempat tertunda. Membawa topik tersebut sebagai bahan pillow talk.
Lebih tepatnya Nat yang mau terbuka pada Peach. Ini rasanya amat melegakan bagi pria itu. Karena pada akhirnya tanpa paksaan apapun, Nat mau bercerita banyak pada peach.
"Ayahku punya hutang pada seorang tauke besar disini, semua orang tau betapa orang itu sangat disegani meski seorang kriminal. Suatu hari, ayahku diculik oleh segerombolan preman. Yang ternyata adalah anak buah tauke itu. Dua hari kemudian, giliran aku yang diculik. Masih ingat, saat itu aku pulang laporan praktik, lalu ada dua orang pria mendatangiku. Mereka menyeretku, diantara gang sempit menuju kondominiumku." Ada jeda diantara suara Nat yang bergetar. "Aku tak sempat berteriak, karena mereka membiusku. Ketika aku terbangun, kulihat ayahku sudah babak belur. Dia diikat dan duduk bersimpuh menghadap tauke besar itu."
"Tak apa jika kau tak mau bercerita," Peach merangkul tubuh telanjang Nat menjadi semakin merangsak kearahnya. Sehingga pemuda itu bisa mendengar degup jantung peach dengan begitu jelas. Kuping Nat menempel persis di dada Peach, adalah alasan utamanya.
Rasanya hangat, sesekali letupan debar jantung Peach terdengar kembali, membuat pemuda itu tersenyum penuh arti.
Menanggapi permintaan Peach, Nat terlihat menggeleng, sangat menggemaskan. Pemuda itu rupanya menolak, karena ia tak keberatan untuk melanjutkan ceritanya.
Kentara sekali bahwa Nat mulai merasa nyaman disekitar Peach, kalau boleh malahan ia ingin terus berkeluh kesah kepadanya. Mungkin inilah pertama kali dalam hidupnya, setelah enam tahun memendam semua perasaannya tanpa henti. Akhirnya Nat bisa menggelontorkan seluruh perasaan yang biasanya hanya bisa dirinya pendam seorang diri.
Sementara Peach hanya tersenyum, ia juga merasakan hal yang sama. Sudah lama sekali tak pernah merasakan lagi sensasi mengayomi seseorang. Mendengarkan cerita dan keluh kesahnya Nat. Ternyata cukup menyenangkan dibanding mendengarkan bualan para kriminal kelas teri maupun kakap.
Peach sudah lama tak bersikap dominansi terhadap keberadaan seseorang. Ah, ternyata selama ini Peach terlalu kaku dan keras pada dirinya sendiri. Sehingga ketika bertemu dengan Nat, hatinya mulai luluh kembali. Ia merasakan sebuah pengharapan baru pada pemuda ini.
"Lalu ayahku yang sudah tak berdaya menangis, bilang pada tauke besar untuk tidak menyentuhku barang sejengkalpun. Tetapi apa daya, itu hanyalah sebuah kebohongan yang berusaha dirinya tanamkan pada tauke besar. Itu jelas hanya sebuah tipu daya. Ayahku tak benar-benar akan melakukan itu. Hanya saja, saat itu aku masih percaya saja."
"Lalu apa yang ayahmu lakukan padamu?"
"Dia menjualku," Kata Nat dengan suara bergetar, ada nada yang tak bisa dipungkiri olehnya. Itu adalah sebuah nada jijik yang ia sematkan terhadap dirinya sendiri. Itulah yang saat ini Nat rasakan. pemuda itu sempat ragu saat mengucapkan kata,"menjual"
KAMU SEDANG MEMBACA
JESBIBLE'S STORIES
Short StoryKumpulan kisah fiksi Jes dan Bible, dengan berbagai genre dan judul berbeda. Pasti tamat, tetapi tidak akan pernah berakhir. Ditulis oleh Nongskm_v sebagai cara untuk mendukung Jes Pipat dan Bible Wichapas sumettikul. Semoga kamu suka, terimaka...