THE KING AND HIS LORD - DUA

633 53 2
                                    

Damaris ternyata terletak tak  begitu jauh dari pusat kota Annora. Lord Jes hanya memerlukan waktu kurang dari dua hari, untuk melintasi beberapa perbukitan dan jalan setapak menuju Damaris.

Lord Jes turun dari pelana kudanya, pria itu sesekali mengusap kepala kuda dengan ras Friesian, jenis kuda terbaik itu memang berwujud amat gagah dengan bulu hitam elegan dan rambut buntutnya yang panjang. Salah satu jenis kuda yang selalu dipakai para ksatria untuk ditunggangi saat berjuang di medan peperangan. Lord Jes sangat mengasihinya, setiap sentuhan pria itu dimaksudkan sebagai ucapan terimakasih atas perjalanan  panjang yang kuda itu tanggung untuk tuannya.

Sebenarnya, Lord Jes bisa saja diantar oleh rombongan kerajaan. Seperti yang seharusnya dilakukan kebanyakan para pemimpin.

Sebuah kereta kencana, akan disiapkan, minimum akan ada lima orang pelayan yang ikut bersamanya sebagai orang yang bertugas mengurusi bekal selama di perjalanan mereka.

Tetapi, Lord Jes bukan tipikal Bangsawan yang manja seperti kebanyakan bangsawan kelas rendah yang banyak bertingkah semena-mena itu.

Sebenarnya sangat sederhana, alasannya karena Lord Jes sudah sejak remaja mendapatkan sebagian didikan militer. Tentu saja mengikuti jejak Ayahanda.

Lord Jes bisa menghitung bahwa ia lama berkutat di lapangan dibandingkan hanya ongkang kaki membaca surat dan meminum berbotol-botol anggur merah. Demi Dewa, ia paling membenci tipikal bangsawan seperti itu.

Uhm, jangan jauh-jauh memberikan contoh. Di Istananya, yang paling jelas, adalah Putra Mahkota Natta. Si bodoh tidak berguna itu, hampir setengah hidupnya pemuda itu habiskan bersama lusinan pria muda dan berliter-liter anggur merah. Dasar bajingan tidak berguna.

Ketika menjejakan kaki di tanah Damaris, lembayung sudah mulai muncul. Memberikan gradasi warna yang cantik pada luasnya langit yang membentang. Agak sedikit kemerahan diantara cahaya kuning yang benderang.

"Lord Jes, Istana ini sangat luas, terlalu luas untuk ukuran sebuah kerajaan dengan rakyat yang tak seberapa?" Kalimat itu lolos dari Jobby, pengawal utama Lord Jes.

"Diamlah, seseorang bisa mendengarmu. Jangan banyak bicara jika tanah ini bahkan belum bisa kita kuasai, mengerti?"

"Baik tuan,"

Mereka berjalan sedikit, usai menepikan kuda-kuda mereka kepada para petugas. Dua lelaki yang gagah perkasa itu dengan percaya diri, mulai memasuki area bangunan utama Istana.

"Selamat datang, kami sudah menyiapkan kamar untuk anda mempersiapkan diri, kami akan menunggu anda satu jam lagi untuk pesta makan malam." Seorang kepala pelayan datang menyambut Lord Jes dan Jobby yang selalu mengekor dibelakangnya.

Lord Jes hanya bisa tersenyum tanpa sedikitpun keramahan. Tetapi mungkin para pelayan sudah mafhum atas sikap para kaum bonjuris yang angkuh. Sang kepala pelayan nampak tak begitu tersinggung dengan sikap acuh tak acuh lawan bicaranya.

Padahal, jika dibandingkan dengan para bonjuris lain. Sebenarnya Lord Jes sama sekali tidak masuk kedalam kriteria kaum itu. Tak banyak orang yang memahami bahwa, sikap angkuh Lord Jes lahir bukan dari kehidupan Bangsawannya. Melainkan dari arogansi yang ia pungut di medan perang.

Bagaimana ya menjelaskannya? Sikap dingin dan aura yang pekat menguar dari Lord Jes tumbuh bersama lumpur yang berlumuran di tubuhnya. Tidak pernah sekalipun ia mandi bunga dan air hangat yang disiapkan oleh belasan pelayan .

Kepala pelayan rupanya salah kaprah.

Sikap bengis Lord Jes datang dari bagaimana ia mempertahankan hidupnya, memenggal kepala musuh jika tak ingin kepalanya sendiri yang ditargetkan untuk dipenggal musuh.

JESBIBLE'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang