THE KING AND HIS LORD - SEPULUH

493 37 1
                                    

Agaknya sebuah langkah yang salah bagi Pangeran Wicha, ia tidak bisa lagi menahan rasa marah dan kecewanya. Sehingga luput berpikir rasional. Meskipun sebenarnya, pada dasarnya pangeran wicha selalu ceroboh. Namun kali ini berbeda, ia terlalu ceroboh sampai harus membahayakan nyawanya sendiri.

Eh, tunggu dulu. Tetapikan ini sama sekali bukan salahnya?! Lord Jes hanya memaki dan berkata kasar padanya alih-alih mengajak pemuda itu ikut tradisi berburu rusa. Bukan salah pangeran wicha kalau ia sama sekali tak tahu bahwa hari ini akan dilaksanakan tradisi berburu rusa di hutan belakang istana. Maka pemuda itu sejak tadi hanya sibuk berlari tanpa tujuan pasti. Tidak tahu apapun mengenai bahaya yang mengancamnya.

Sementara itu, setelah puas menerjang barang-barang di kamar pribadinya, Lord Jes akhirnya hanya duduk diam. Ia mencubiti keningnya yang sangat pening. Untung, sekarang amarahnya sudah sedikit meredam.

Sudah tiga jam lebih sejak pertengkaran Lord Jes dan pangeran wicha terjadi. Matahari juga kian naik ke puncak langit biru. Suasana Istana makin ramai. Sejak tadi memang para tamu telah memulai sesi berburu mereka.

Terkecuali Lord Jes yang mendadak membatalkan jadwal berburunya hari ini. Ya, lagipula kan awalnya pria itu hendak mengajak Pangeran Wicha.

Tapi apa boleh buat, pertengkaran mereka malah membawa suasana tak menyenangkan seperti ini. Mana mau Lord Jes berpura tak terjadi apa-apa dan bergabung dengan para tamu, memasang topeng berpolitiknya lagi. Uh, tidak mungkin. Keluhnya dalam hati. Bisa-bisa semua tamu justru merasa tak nyaman kala berada didekatnya.

Diam-diam Lord Jes menyuruh Jobby memeriksa area bangunan Lord Jes, sementara ia sendiri pergi menuju kamar pribadi Pangeran wicha. Rupanya pria itu masih menaruh rasa peduli terhadapnya. Ia penasaran, apakah Pangeran wicha masih menangis tersedu dan merajuk padanya, atau malah bersikap biasa saja setelah pertengkaran hebat mereka tersebut.

Tetapi disana tak ada jejak Pangeran wicha, kondisi ruangan tersebut bahkan masih sama persis dengan yang terakhir kali dirinya lihat saat mereka berdebat hebat.

Kemana pemuda itu pergi? Tak henti-hentinya Lord Jes menuntut ide kemana kiranya Pangeran Wicha melarikan diri. Ia kira, pemuda itu hanya akan merajuk dan tidur meringkuk dikamarnya.

Kamar Pangeran wicha sebenarnya tak begitu luas, namun cukup ideal untuk menyimpan beberapa lukisan hasil karyanya. Meski bertumpuk, lukisan tersebut nyatanya sama sekali tak menghabiskan ruang di kamar tersebut.

Ketika mengintip beberapa hasilnya, selain pemandangan dan beberapa figur serta tentu saja lukisan Natta yang baru setengah jadi. Lord Jes juga bisa menemukan lukisan-lukisan yang ia rasa bisa dirinya kenali dengan mudah.

Lord Jes mengeluarkan tiga buah lukisan dari tempat penyimpanan disudut ruangan tersebut, tiga lukisan itu amat indah, rupanya guru besar pangeran wicha memang tak berbohong mengenai kemampuan ajaib yang dimiliki sang pangeran dalam bidang ini. Lukisannya memang sangat bagus. Indah, seakan-akan hidup dan dapat berbicara.

Lukisan pertama adalah wajah Lord Jes, kalau tidak salah ingat, itu sepertinya momen ketika mereka pertamakali bertemu. Saat pangeran wicha memanjat tubuh lord Jes dan menghirup leher pria itu. Wajah Lord Jes kala pangeran wicha merabanya sebelum akhirnya tertidur pulas. Hanya wajah hingga ke bahu. Lord Jes bisa merasakan sensualitas yang berusaha pemuda itu sematkan.

Lukisan kedua, adalah sebuah potret penuh dari Lord Jes yang sedang tersenyum, dengan gradasi kelam yang pekat dan lengkap dengan komponen rerumputan, gemintang, serta api unggun didekatnya. Pria itu tebak lagi, itu adalah ketika mereka sedang berbincang panjang lebar saat beristirahat di padang savana kali terakhir perjalanan mereka ke Annora. Sungguh indah. Pangeran wicha melukis gurat rupawan lord Jes, sosok yang seolah-olah rela memberikan dunia dan seisinya untuk pangeran wicha.

JESBIBLE'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang