47. Like A Star

3K 77 3
                                    



~~~

Ruangan itu kini terasa tenang meski bising orang berlalu-lalang di luar masih bisa terdengar, bercat warna putih bersih tanpa noda, ada satu kulkas berada dipojokan, televisi sebagai media penghibur yang tidak pernah dinyalakan, serta satu sofa berukuran sedang sebagai tempat duduk untuk tamu yang berkunjung.

Namun semua tamu yang tadinya menemani Kalana kini sudah pergi, bukan mereka yang tak ingin menemani, namun Kalana lah yang ingin memiliki waktu seorang diri.

Terlalu banyak peristiwa mengejutkan yang singgah berlalu-lalang memenuhi hari-hari Kalana beberapa waktu belakangan, hingga ia memerlukan suasana yang tenang agar dapat mencerna setiap tetes demi tetes kejadian.

Tadinya Kalana pikir kehilangan bayi nya adalah titik tertinggi dari sebuah kabar memilukan yang menghantamnya, namun ternyata Stefan membawa kabar lain.

Dulu seorang Ceilo Narendra Atmajaya nampak bagaikan bintang di langit bagi Kalana, karena lelaki itu begitu bersinar dan tidak mungkin untuk digapai, namun itu semua nyatanya hanyalah yang terlihat dari luar.

Saat ini bagi Kalana seorang Ceilo tetap dapat diumpakan seperti bintang di langit, begitu berkilauan, begitu indah, sinar nya sangat terang dan megah jika dilihat dari jauh, namun saat dilihat dari dekat sebenarnya ia tak sebagus itu. Banyak kerikil atau bahkan elemen-elemen yang saat terlihat dari jarak dekat jauh dari kata keindahan, bahkan bisa dikatakan berantakan.

Dilihat dari luar, dari segi manapun, seorang Ceilo sangatlah sempurna, terlahir dari keluarga bersendok emas, tampan rupawan, hidupnya seperti hanya menjetikan jari kemudian semua yang ia inginkan akan tersedia dihadapan mata. Namun saat mengenal Ceilo lebih dekat, ternyata si sendok emas tersebut ditempa dengan penuh luka, sekujur rohani nya dipenuhi bercak-bercak noda yang sulit untuk dihilangkan.

Nyatanya seindah apapun bintang, pada akhirnya tidak ada satupun hal yang sempurna di alam semesta ini.

Oh, Kalana sebenarnya juga sedikit marah disini.

Yang menjadi korban bukan hanya Ceilo seorang, namun Kalana juga, lalu kenapa Ceilo melimpahkan semua rasa dendamnya pada Kalana. Baiklah, kata Stefan, Ceilo melakukannya karena salah paham dan ketidaktahuan.

Tapi sekarang rasanya Kalana ingin protes, ia juga kehilangan ayahnya. Ayah yang paling menyayangi-nya dan paling Kalana sayangi pula. Dan semua karena perbuatan Intan bersama Yudha, ayah dari Ceilo.

Jika ditarik secara kasar bukankah penyebab ayah Kalana meninggal adalah akibat perbuatan dari ayah Ceilo?

Bahkan perlu waktu hingga hampir lima tahun untuk Kalana mengetahui kebenaran, penyebab dibalik kematian ayahnya.

Kenapa pula Kalana harus dipertemukan kemudian jatuh cinta pada putra dari seseorang yang menyebabkan ayah Kalana meninggal. Siapapun pasti setuju bahwa yang seharusnya memiliki dendam lebih besar adalah Kalana terhadap keluarga Ceilo.

Pantas saja juga waktu itu tiba-tiba Kalana mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Atmajaya padahal Kalana tidak pernah mengirimkan aplikasi beasiswa ke universitas tersebut.

Semua ternyata sudah ada benang merahnya, semuanya saling terhubung dan menghantarkan Kalana berada dititik sekarang.

Mendengar cerita dari Stefan tentang bagaimana hidup Ceilo sebelum bertemu Kalana, bagaimana runtut kejadian dimasalalu, membuat Kalana sepenuhnya paham mengapa Ceilo memperlakukannya dengan sangat buruk.

Tentu saja karena Kalana hanyalah objek pemuas dendam dan penumpahan rasa kesal Ceilo yang merasa tidak adil atas kehidupan buruknya dimasalalu.

Kalana merasa iba, tentu saja. Bagaimanapun Ceilo rupanya memiliki kehidupan yang sama sekali tak mudah. Namun sekali lagi, Kalana juga benci menjadi sasaran balas dendam padahal ia pun jua adalah korban.

Like A Star (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang