Fatan melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Dia mendesah kecil. Sudah hampir 30 menit dia duduk di ruang tamu untuk menunggu Risma bersiap. Padahal Fatan sudah merelakan istirahat makan siang nya untuk pulang dan menjemput Risma yang katanya mau ketemu Tian untuk membantu mengerjakan skripsi. Tapi malah Risma sendiri yang terlambat."Ayo, Mas. Aku sudah siap."
Fatan langsung menoleh dan mendapati Risma tengah tersenyum lebar kepadanya. Dia melihat penampilan Risma dari atas ke bawah, kemudian berdecak. "Ngapain pakai dress? Ganti sana, kaki kamu kelihatan."
Risma melotot. "Kok gitu?! Dress aku dibawah lutut kok! Aku pernah pakai ini waktu keluar sama kamu juga nggak masalah!" Protes nya tidak terima.
"Aku bilang ganti, Ris."
"Nggak mau. Aku tetep mau pakai ini. Aku cantik pakai dress ini. Lagian aku cuma ketemu Tian sebentar."
"Karena ketemu Tian aku nggak mau kamu kelihatan cantik."
Risma membelalak, "Kamu berlebihan! Pokoknya aku nggak mau ganti. Aku tetep mau pakai ini. Titik!"
"Ganti atau kita nggak jadi berangkat?" Kata Fatan telak.
Bibir Risma mengerucut. Dada nya naik turun karena menahan kesal. Dia melihat Fatan tidak suka. Lalu membuang tas nya asal dan berbalik dengan kepala berasap.
"SETELAH INI JANGAN NGOMONG SAMA AKU LAGI!!!"
Fatan justru terkekeh mendengar hal itu. Dia yakin kalau Risma tidak akan bisa marah lama kepadanya. Paling nanti setelah ganti juga sudah biasa saja. Dan yang paling dia syukuri adalah Risma yang selalu menurut, meskipun kadang dengan teriakan kesal atau ngambek yang justru membuat dia merasa gemas.
Keduanya tetap berangkat meski Risma masih sedikit ngambek. Dia juga sudah berganti pakaian menjadi celana panjang dan blouse. Fatan merasa senang dan tentu saja lebih tenang untuk membiarkan Risma bertemu dengan Tian.
Akhirnya setelah perjalanan kurang lebih 40 menit, mereka sudah sampai di cafe tempat Risma dan Tian bertemu.
Fatan melepas sabuk pengamannya dan menoleh "Inget kata kata aku ya, Ris."
Risma berdecak. "Yang mana?"
"Kita putar balik kalau gitu." Ancam Fatan
"IYA IYA INGET!"
Fatan menahan tawanya. "Apa coba?"
"Nggak boleh deket deket sama Tian, nggak boleh lama lama ketemunya, nggak boleh kemana mana selain di cafe ini, nggak boleh pulang sama Tian, nggak boleh sentuhan sama Tian." Risma menghela napas. "Udah? Puas?"
Fatan tersenyum senang, lalu mengelus kepala Risma. "Good Girl."
Ia keluar mobil dan beralih membukakan mobil untuk Risma. Matanya tanpa sengaja melihat tali sepatu Risma yang terlepas. Ia segera berjongkok, "Tumben pakai sneakers." Katanya sembari memperbaiki tali sepatu Risma.
"Ini baru aku beli kemarin waktu main ke Mall sama Rere. Bagus nggak?"
"Bagus." Jawab Fatan sambil berdiri kembali.
"Kalau nanti aku gabisa jemput, aku suruh supir buat jemput kamu."
"Aku bisa pulang sendiri naik taksi." Risma melihat Fatan dan tersenyum kecil. "Makasih, Mas. Aku masuk dulu, Dah.." katanya sambil melambaikan tangan dan segera berlari memasuki cafe.
***
Tian berdecak saat matanya menangkap perempuan yang sedang berlari kecil menuju ke mejanya. "Lo telat 20 menit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Affair
RomanceDisaat aku mengetahui segalanya, Haruskah aku tetap bertahan?