20 - BROKEN

53 4 0
                                    

"Mobil anjing!"

Berbagai umpatan keluar dari bibir perempuan yang sedang menjambak rambutnya frustasi. "Ya Tuhan, badan gue pegel semua. Kenapa ban mobil juga harus kempes, sialan!"

"Ada apa, Zelin?"

Zelin menoleh, dia melepas jambakan tangan di rambutnya, lalu menunduk dan berdeham. "Ban mobil saya kempes, Pak."

"Ini bocor." Ucap Fatan setelah mengecek ban mobil Zelin "Sudah malam, Zelin. Biar saya yang antar kamu pulang."

Zelin melotot. "Tidak perlu, Pak. Saya bisa naik taksi."

Setelah tragedi kurang ajarnya yang memaki dan hampir menampar bos nya beberapa hari lalu, Zelin tidak memiliki cukup muka untuk nebeng Fatan. Dia kira Fatan akan memecatnya, tapi ternyata setelah kejadian itu Fatan bersikap biasa saja. Seolah tidak pernah ada masalah.

Menurut Zelin Fatan orang yang sangat munafik. Dia tahu betul bagaimana kelakuan Fatan dibelakang istrinya. Tapi Fatan juga sangat menjaga ibadahnya. Bahkan yang Zelin tahu Fatan selalu melaksanakan sholat duha setiap pagi. Dari beberapa gosip yang dia dengar, Fatan juga sangat baik dan menyayangi istrinya. Zelin ingin muntah kalau mendengar hal itu. Fatan berhasil membuat branding yang baik dimata orang lain. Mungkin hanya Zelin saja yang tahu kebusukan Fatan. Sangat sangat busuk. Kalau tidak karena gaji yang tinggi mengingat ini adalah perusahaan besar dan terkenal, apalagi Zelin menjadi sekretaris dari direktur utama, mungkin dia sudah  resign dari dulu karena tidak mau memiliki atasan seperti Fatan.

"Jam segini sulit untuk cari taksi. Saya bisa antar kamu. Mobil ini biar di perbaiki montir besok pagi."

Benar juga. Eh tapi ....

"Saya tunggu di mobil." Fatan menunjuk mobilnya.

Kalau sudah seperti ini mau tidak mau Zelin harus menuruti perintah Fatan. Dia segera berjalan mengikuti Fatan dan masuk ke dalam mobil.

Suasana mendadak hening. Sangat canggung. Ini pertama kalinya Zelin dan Fatan berada di mobil hanya berdua. Biasanya kalau ada kerjaan diluar kota mereka selalu menggunakan sopir. Di kantor juga Zelin dan Fatan jarang bicara selain membahas kerjaan. Sekarang Zelin hanya diam dan Fatan melajukan mobilnya seperti biasa.

"Zelin." Panggil Fatan saat lampu berwarna merah.

"I-iya, Pak"

"Kamu sering minum?"

Zelin sedikit menoleh untuk melihat Fatan yang sedang fokus menatap ke depan. Minum apa yang dimaksud orang ini? Minum air? Alkohol? Kopi? Apa?

"Maksud Pak Fatan minum alkohol?" Tanya Zelin setelah menebak-nebak.

Fatan terdiam sebentar, kemudian menoleh menatap Zelin. "Temani saya minum sebentar, Zelin. Sebentar saja."

***

"Lo beneran nggakpapa?"

Risma mengangguk sambil meremas jemarinya. Sebenarnya dia masih sangat cemas dan takut. Berbagai pemikiran buruk muncul di kepalanya. Bahkan dia mati matian menahan agar tidak menangis.

Tian menghembuskan napas. Kenapa dia jadi ikutan pusing? Bagaimana kalau setelah ini Risma dilarang bertemu dengan dirinya? Wassalam sudah nasib skripsinya.

Tian jadi heran, seperti apa watak Fatan sampai Risma bisa ketakutan seperti ini. Padahal mereka tadi tidak ngapa-ngapain. Hanya menunggu Risma sholat, makan, setelah itu Risma ketiduran. Sementara dirinya memilih melanjutkan pekerjaannya di dalam kamar.

"Tolong ambilin ransel gue di belakang, Ris."

"Buat apa?" Kata Risma sambil mengambil ransel Tian di kursi belakang.

The Real AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang