13 - REUNI

116 7 0
                                        

"Mas Fatan..Mas Fatan.." Panggil perempuan berbando ungu sambil berlari kecil menuju ruang kerja suaminya. Dibukanya pintu berwarna putih dan senyumnya semakin lebar ketika melihat suaminya juga tengah tersenyum kepadanya.

"Apa sayang?"

Fatan geleng geleng sendiri melihat penampilan Risma yang sebenernya sudah biasa ia lihat namun rasanya tetap menakjubkan. Bando ungu, piyama motif bunga, dan sandal tidur kelinci.

Sebenarnya dia menikah dengan perempuan dewasa atau bocah TK?

"Lihat ini ya" Risma menaruh dua paperbag di meja, kemudian membukanya.

"Untuk bunda dan ayah?"

Risma mengangguk antusias. Dia menunjukkan anting emas kecil dan topi hitam kepada Fatan. "Bagus kan?"

"Ndak seimbang Ris, masak ayah cuma kamu belikan topi?"

Risma cemberut "Kan juga nggak mungkin kalau aku kasih ayah perhiasan." Risma memakai topi itu dan bergaya didepan Fatan, membuat laki laki itu menggeleng heran "Lucu kan, ini tuh biar ayah kelihatan semakin muda tau."

"Terserah kamu aja" Pasrah Fatan. Dia memasukkan perhiasan dan topi kedalam paperbag. "Besok berangkat jam berapa?"

Awalnya setelah mereka berbaikan Fatan mengira kalau Risma sudah melupakan keinginannya untuk ke Bandung. Namun ternyata Risma tetap merengek agar Fatan memberinya izin. Dia begitu semangat sampai sibuk memilih kado, dan membuat makanan untuk ayah dan bundanya..

"Mungkin sekitar jam 9. Agak pagi soalnya aku harus jemput Aldi di apartemen dulu."

Risma duduk di sofa sebelah Fatan, "Aku kangen banget sama bunda." gumamnya lirih. Kemudian seolah diingatkan oleh sesuatu, dia kembali berdiri dan langsung memeluk lengan Fatan sambil menatapnya penuh harap.

"Aku di Bandung satu minggu ya, Mas" Risma tersenyum penuh arti, "Boleh ya?"

Fatan menghela nafas, "Berarti aku harus sendirian selama beberapa hari?" Ujar Fatan tidak kalah memelas.

Risma mengerucutkan bibir, mendadak lesu, padahal dia sangat kangen pulang kerumahnya. Mungkin sudah hampir dua bulan Risma tidak bertemu orangtuanya.

"Nggak boleh ya?" Tanya Risma lemah.

Fatan terkekeh mendengar itu, dia mengacak rambut Risma. "Boleh."

Mata Risma membulat, "Serius?"

"Iya, Ris."

"Serius boleh?"

"Iya sayang, kemungkinan aku baru bisa nyusul hari kamis. Soalnya disini banyak kerjaan."

Risma langsung memeluk dan mencium pipi Fatan berulangkali. Dia melompat lompat kegirangan.

Yes, bisa lama di Bandung.

Ye ye ye

Fatan tertawa sendiri melihat kelakuan Risma, "Jangan lompat lompat nanti jatuh." peringatnya.

"Mas Fatan mau bantuin aku buat nastar? " Tanya Risma dengan mata berbinar,

"Bantuin apa?" Alis Fatan terangkat. Pasalnya dia tidak tahu menahu soal urusan dapur. Dia saja sudah berencana pesan makanan online atau pergi kerumah orangtuanya ketika Risma tidak ada. Itu lebih baik daripada harus masak sendiri.

"Bantuin bulet buletin adonan. Pasti bisa kok. Nanti aku ajarin." Bujuk Risma lagi.

DRTTTT...DRRTTTT...

Fokus mereka teralihkan oleh dering Telfon. Risma mengambil ponselnya, rasanya ingin sekali dia mengumpati nama yang ada di layar ponsel. Kenapa selalu saja menelfon disaat yang tidak tepat.

The Real AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang