02 - KEMBALI

1.2K 39 4
                                    

"Aku juga sayang sama kamu" Risma tersenyum setelah mematikan sambungan telfonnya. Dia memeluk ponselnya, lalu melihatnya lagi. Foto dirinya yang tengah tersenyum bersama seorang laki laki yang memasang muka datar tanpa ekspresi membuatnya melonjak lonjak kegirangan.

Ia menciumi foto itu berkali kali dengan mata berbinar binar.

"Sinting." Decak Aldi, dia bergidik ngeri melihat kelakuan kakaknya yang sangat menjijikkan.

Jika orang lain melihat kejadian ini, pasti mereka akan mengira bahwa kakaknya ini sedang tidak waras. Dia mendesis kesal saat kakaknya masih terus melonjak lonjak sambil berteriak tidak jelas.

"Berhenti jadi orang gila,bisa?"

Gerakan Risma terhenti. Lalu memandang Aldi sambil mencebik. "Gue nggak gila tuh." Dia menerawang mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, bibirnya tersenyum kecil "Gue lagi bahagia"

"Jangan terlalu terbang. Nanti jatuh. Kalau jatuh nanti sakit. Kalau sakit harus minum obat. Jaman sekarang harga obat mahal." Aldi mulai meracau.

"Lo," Risma menunjuk adiknya tidak percaya "Nggak jelas!"

"Lo lebih nggak jelas." Aldi berdecak, "Tadi pagi aja nangis nangis. Baru aja ditelfon sebentar udah kegirangan. Gampang banget sih luluhnya."

Bukannya marah, Risma malah tersenyum sambil bertopang dagu. "Lo tau nggak sih?"

"Nggak" Jawab Aldi cepat.

"Ish.. dengerin dulu!"

"Apasih mbak?" Aldi kembali menatap kakaknya.

Risma tersenyum saat mengingat semua yang dikatan Fatan beberapa waktu lalu "Mas Fatan tuh baik tau."

"Alasannya apalagi?"

"Kemarin gue terlalu berlebihan nggak sih?" Risma meraih jepitan kecil lalu menjepit rambutnya asal. "Penerbangan nya dipending, mungkin ada masalah. Mas Fatan nggak ngabarin gue karena HP nya rusak, terus dia beli HP baru."

Aldi tersenyum sinis "Yakin banget HP nya rusak? Cih..pinter banget nyari alesan."

Risma melotot "Kok lo nyebelin sih?"

Risma memukuli lengan Aldi. Merasa kesal karena adiknya terus saja berpikiran buruk. Dia sangat yakin seratus persen terhadap suaminya. Seorang Fatan Ardana tidak mungkin berbohong terhadap istrinya. Apalagi menghianati. Itu sama sekali bukan Fatan yang dia kenal.

Aldi meringis saat pukulan kakaknya tidak kunjung berhenti. Dia meraih tangan risma, memegang dengan erat agar pemiliknya berhenti begerak kurang ajar "Berhenti dong mbak, sakit nih." protesnya.

Aldi menatap kakaknya yang sudah berhenti bergerak. Yang ditatap hanya mengerucutkan bibir. Dia terpaku sesaat, melihat mata Risma yang sedang menyorot bahagia tanpa kegelisahan.

Aldi menghela nafas berat, pikirannya mulai mengarah pada kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi. Tentang beberapa hal yang ia ketahui.

Dia berdecak. Lalu menghentakkan tangan Risma sedikit keras.

Risma mengerutkan kening,"Lo kenapa sih?" Tanya Risma bingung

Aldi menatap ke arah lain. "Nggak usah sok peduli"

"Lo marah?"

"Nggak!"

"Lo terpesona sama kecantikan gue?" Tanya Risma bercanda.

Aldi menoleh "Bilang apa barusan?"

"Tingkah lo akhir akhir ini aneh."

Aldi mendengkus "Ngaco!" sanggahnya. Meskipun dalam hati dia membenarkan ucapan Risma.

The Real AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang