DRRRTTT…DRRTTT….!!DRRRTTT…DRRTTT….!!
DRRRTTT…DRRTTT….!!
Sayup-sayup mata Fatan sedikit terbuka. Tidurnya terusik oleh panggilan ponsel yang berulang. Dia mendudukkan tubuhnya, lalu memijat lehernya yang terasa kram. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 04.00 WIB.
Dia termenung, lalu kembali melihat sekitar. Bukan di kamarnya seperti biasa, saat ini dia berada di sofa ruang tamu.
Fatan ketiduran disini karena menunggu Risma.
Diraihnya ponsel yang sedari tadi terus berdering. Fatan mengernyit. Ada lebih dari sepuluh panggilan dari nomor yang tidak dikenal.
“HALLO… HALLO.. OM FATAN?”
Fatan reflek menjauhkan ponselnya, terkejut oleh suara gaduh perempuan.
“Astaga. Akhirnya diangkat juga Ly..”
“Cepetan ngomong anjir!”
“Kok gue, ini salah lo yang kebanyakan minum bangsat”
“Lo yang ninggalin kita berdua ke hotel sama Ardan njing. Gue beneran nggak sadar tadi malem.”
“Terus semalem Risma pulang dari Club sama siapa? Yatuhan, gimana kalau Risma pulang sendiri terus ada preman jahat?”Fatan sontak menegakkan tubuhnya. Matanya membelalak, jantungnya seperti mencelos saat mendengar nama Risma disebut.
“Club?” suara Fatan membuat kedua gadis yang tadi berdebat dipanggilan terdiam.
“Risma pergi ke Club?” tanya Fatan lagi.
“I-iya. Semalem habis makan Risma ikut gue sama Rere ke Club.”
Rahang Fatan mengeras. Marah dan khawatir bercampur menjadi satu.
“Om Fatan.. Risma udah pulang kan? Harusnya sekarang dia udah dirumah. Kita berdua semalem udah nggak sadar, kita nggak tahu Risma pulang sama siapa. Risma udah pulang kan? Dia baik baik aja kan?”
“Jam 12 Risma masih nganterin gue ke kamar mandi.”
“Jam segitu lo masih sadar kenapa Risma nggak lo anterin pulang sekalian anjir”
“Lo juga jam segitu kemana aja? Lo mah sibuk mesum sama mantan lo!”Fatan mematikan panggilan sepihak. Sudah cukup dia mendapat informasi dari Rere dan Lily, teman Risma yang lumayan Fatan kenal.
Bahkan sekarang Risma juga belum pulang. Fatan sudah mencari Risma keseluruh penjuru rumah, namun nihil. Dia bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Setelah itu mengambil kunci mobil dan langsung keluar rumah. Sepanjang perjalanan Fatan terus menghubungi Risma dan tak henti berdoa.
Bodoh.
Pergi ke club?
Pulang sendirian tengah malam?Fatan meremas rambutnya frustasi. Bagaimana kalau terjadi apa apa dengan Risma? Ponselnya mati dan sampai sekarang tidak ada kabar.
Fatan sudah sampai di unit apertemen Risma. Kosong. Tidak ada siapapun. Dia bergegas ke apartemen Aldi yang masih satu tower dengan Apartemen Risma, hanya beda lantai.
Lagi lagi nihil. Tidak ada siapapun. Bahkan Aldi juga tidak ada.
“Kamu dimana sih Ris..”
Fatan mengusap wajahnya gusar. Kakinya terasa lemas. Tenaganya seolah lenyap begitu saja.
Dia tidak menyangka pertengkaran mereka semalam berakibat sampai seperti ini. Fatan benar benar menyesal. Dia sekarang tidak tahu harus mencari Risma kemana lagi.
Fatan mendongak oleh ponselnya yang tiba tiba bordering. Tangannya yang lemas mangambil ponsel dari saku, lalu menekan tombol hijau.
“Lo segitu sibuknya sampai nggak bisa kerumah Papa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Affair
RomanceDisaat aku mengetahui segalanya, Haruskah aku tetap bertahan?