"Ngapain Ris?"
Risma terlonjak kaget, lalu melihat Fatan yang tengah duduk dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Dia mendengus kesal, bagaimana bisa Fatan tidur senyenyak itu? Sementara dari semalam dia sama sekali tidak bisa tidur.
"Mama nyuruh bawain teh sama makanan." Ucapnya dan langsung melangkah hendak pergi.
"Masalah nggak akan selesai kalau kamu terus terusan pergi kayak gini."
"Masalah juga nggak akan selesai kalau kamu terus marah marah dan egois."
Fatan memijit pelipisnya, pening. Dia menatap Risma yang kali ini juga tengah menatapnya.
Hening
Tidak ada yang bersuara.
Fatan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu menghembuskan nafas pelan, rasanya begitu melelahkan. Risma benar benar marah. Rasa kecewa dan amarah dapat ia lihat di matanya.
"Maaf.." ucap Fatan menyesal.
"Aku terlalu emosi. Aku nggak sadar kalau semua ucapan dan perbuatan aku udah nyakitin kamu." ucap Fatan menyesal.
Lagi lagi, Risma berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Risma mengutuk dirinya yang selalu cengeng seperti ini.
Ternyata ungkapan maaf itu malah terdengar menyakitkan.
Risma tidak mengatakan apapun, dia berbalik dan menarik knop pintu hendak keluar.
"Apa kamu mau kita terus terusan kayak gini?" suara Fatan meninggi, dia kesal dengan Risma yang main perga pergi kayak gini.
Risma memejamkan mata, air matanya lolos keluar. Kenapa fatan tidak pernah bisa mengerti dirinya?
"Anterin aku pulang ke Bandung Mas" kata Risma lirih, suaranya serak. Entah benar atau salah, hanya ini yang dapat Risma pikirkan. Dia ingin kerumah orangtuanya.
Fatan langsung berdiri dan menahan Risma yang akan keluar. "Siapa yang ngizinin kamu buat ke Bandung?" tanya Fatan dingin
Risma memalingkan muka.
Fatan menghela nafas. Ia meraih tangan Risma dan kembali menutup pintu.
"Maaf" ucap Fatan lagi
"Aku kelewatan Ris, maafin aku."
"Aku juga udah mohon mohon maaf sama kamu Mas. Tapi kamu keras kepala dan nggak mau maafin aku" suara Risma bergetar
"Aku juga minta maaf untuk itu." Fatan mengusap airmata dipipi Risma. Dia sangat merasa bersalah melihat keadaan Risma yang seperti ini.
Fatan sadar kalau dia terlalu kasar kepada istrinya. Kemarahannya membuat dia bertindak bodoh dan egois. Dia juga tidak mempedulikan perasaan Risma.
Fatan mengusap Rambut Risma lembut, lalu mencium kening Risma.
"Aku menyesal Ris, aku minta maaf..."
Risma menangis hebat mendengar hal itu, "Aku nggak seperti itu Mas, aku nggak pernah ngapa-ngapain sama Tian. Dia temen aku dari kecil dan kita udah lama nggak ketemu. Kemarin itu kita nggak sengaja ketemu dan aku juga baru punya kontaknya. Dia sendiri yang nyimpen nomor dia di HP aku. Aku nggak berani bilang karena aku takut ngelihat kamu marah kayak kemarin" kata Risma sambil menangis.
Fatan tidak tega melihat Risma yang menangis seperti ini. Dia benar benar merasa bersalah. Fatan sadar kalau dia sudah menyakiti Risma. Kata katanya kemarin sangat keterlaluan.
Fatan menarik Risma kepelukannya, dia mengusap lembut kepala Risma.
"Aku percaya Ris, aku percaya sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Affair
RomanceDisaat aku mengetahui segalanya, Haruskah aku tetap bertahan?