05 - SIAPA?

758 33 6
                                    


Risma bernafas legah ketika melihat mobil suaminya masih belum terparkir di garasi.

Dia segera memarkir mobilnya dan langsung memasuki rumah lewat pintu samping. Matanya melirik jam dipergelangan tangan. Risma mendesah kecil, merutuki kebodohannya yang sampai ketiduran selama berjam jam di Apartemen adiknya.

Aldi yang terus saja mengajaknya bercerita dan bernostalgia. Menyuruhnya memasak nasi goreng lalu memakannya bersama. Mengajaknya bermain uno hingga mereka berdua ketiduran di atas karpet depan TV.

Saat bangun matanya kian membesar karena melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Risma sampai mengumpati Aldi saat melihat laki laki itu sedang asik main PS. Aldi bangun lebih awal tapi tidak mau membangunkannya.

Benar benar menyebalkan.

Risma menaiki tangga dengan sedikit berlari. Berangkat pagi dan pulang saat menjelang maghrib. Ini adalah rekor terbesarnya setelah menikah.

"Baru pulang?" Suara bariton seorang laki laki mampu menghentikan langkah Risma yang tergesa gesa. Risma berbalik dan langsung melihat Fatan yang juga tengah menatapnya dengan .... ah tatapan itu. Risma yakin sebentar lagi Fatan akan menegurnya.

"Mas Fatan udah pulang?" Tanya nya dengan kikuk. Risma menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kok mobilnya nggak ada?"

Fatan menatap Risma lekat
"Tadi bilangnya cuma sebentar. Aku telfon juga nggak diangkat"

"Tadi ketiduran di Apartemem Aldi. Hp aku juga mati. Aku nggak bohong kok. Suwerr" Risma menunjukkan dua jarinya sambil menyengir

Fatan menghela nafas pelan,
"Yaudah, besok besok pulangnya jangan terlalu sore"

Risma mengangguk "Nggak marah kan?"

"Enggak."

"Beneran nggak marah?"

"Enggak Ris"

"Mobil Mas Fatan kemana?"

"Bengkel."

"Oh.." gumamnya pelan.
"Aku mandi dulu, keburu ashar nya habis" Ujarnya sambil masuk kedalam kamar

Fatan menghela nafas. Dia selalu dibuat kesal, dan marah secara bersamaan. Anehnya, meski Risma sering membuatnya kesal tapi dia sama sekali tidak pernah bosan. Tingkah aneh dan menyebalkan itu selalu terlihat lucu dimatanya.

**

Fatan tidak bisa mengalihkan tatapannya dari perempuan berbaju doraemon yang baru keluar dari kamar mandi.

Bibirnya mengeluarkan tawa kecil.

Apa yang dia nikahi itu bocah SMP?

Dia semakin tidak habis pikir ketika melihat Risma yang malah berputar putar di depan kaca sambil menyanyikan lagu korea yang sama sekali tidak ia mengerti.

"Piyama baru?" Suara Fatan mampu menghentikan gerakan Risma

"Iya." Risma melihat Fatan dan langsung mendekati nya dengan atusias "Kasian tau, tadi pagi ada ibu ibu jualan baju dipinggir jalan. Anaknya sakit dan suaminya udah nggak ada. Mau aku kasih uang tapi dianya nggak mau. Jadi, aku beli piyama nya satu. Ibu itu langsung kelihatan seneng banget"

"Satu yang ini?" Tunjuknya ke piyama yang Risma pakai

"Satu lusin Mas. Bukan satu biji"

Mata Fatan melebar, "Satu lusin?"

"Iya." Jawabnya tanpa dosa, "Aku ambil satu yang ini. Terus yang lain aku bagiin ke tetangga."

Fatan semakin terperangah, terkejud dengan kelakuan Risma yang selalu diluar dugaan.

"Mas Fatan nggak marah kan?"

"Enggak." Jawabnya lemah.

"Tadi kan totalnya sekitar delapan ratus ribu. Ya karena uang aku di dompet ada satu juta, jadi aku kasih semuanya. Aku nggak salah kan, Mas?."

"Iya, nggak salah"

"Nggak papa kan uangnya aku buat beli baju? Kan niatku cuma pengen ngebantu"

Fatan hanya bisa mengangguk pasrah "Iya, nggak papa"

"Pokoknya harus ikhlas lo ya. Kata ayah sama bunda kita harus rajin bersedekah. Semua yang kita miliki itu cuma titipan. Kata bunda, ngebantu orang yang kesusahan itu kewajiban. Harus dibantu selagi kita bisa" Jelasnya panjang lebar.

Fatan tersenyum kecil, lalu mecubit pipi Risma pelan "Iya sayangku"

"Sakit Mas," seru Risma sambil memegangi pipinya.

Fatan terkekeh, senang karena bisa menggoda istrinya.. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Risma, lalu kembali meraih remot tv dan lanjut menonton pertandingan sepakbola yang tadi sempat tertunda.

TingTong

Fatan reflek menegakkan tubuhnya saat mendengar bel ruman berbunyi.

"Bukain gih, aku males keluar"

Risma berdecih "Kebiasaan!"

Fatan semakin tertawa ketika melihat istrinya berjalan keluar sambil mencak mencak. Dia jadi teringat kejadian tadi, dimana Risma yang dengan mudahnya membeli satu lusin piyama dari penjual dipinggir jalan. Benar benar mengejutkan.

***

Risma menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Siapa yang bertamu malam malam seperti ini? Dia jadi parno sendiri. Tidak mungkin maling kan? Apa jangan jangan itu penjahat?

Risma memutar bola matanya. Pikiran negatifnya ini sudah dipastikan akibat terlalu sering nonton film India bersama Aldi. Dia benar benar sudah teracuni.

Bel yang terus saja berbunyi membuat dia semakin mempercepat langkahnya hingga tiba didepan pintu kayu berwarna coklat.

Dibukanya pintu itu dengan sekali tarikan.

Seketika tubuhnya membeku. Matanya takbisa berpaling dari perempuan dengan dress mini tanpa lengan sedang berdiri dihadapannya. Rambutnya panjang dengan bagian bawah yang bergelombang. Bibirnya berwarna pink cherry yang sedikit glossy. Tubuhnya tinggi namun tetap memakai higheels.

Risma melihat dress perempuan itu yang hanya bisa menutupi separuh pahanya. Hingga paha dan kaki jenjang yang terlihat putih mulus itu bisa terekspos dengan jelas.

Ck. Apa dia tidak merasa kedinginan?

Perempuan itu berdehem, lalu menatap Risma dengan tersenyum.
"Kakaknya ada nggak, dek?"

Apa yang dia bilang tadi? Adek? Apa Risma terlihat sekecil itu?

Dan siapa kakak yang dia maksud? Perempuan ini mungkin sudah salah alamat.
"Maaf, tapi saya tidak memiliki kakak." Jawabnya

"Benarkah?" Perempuan itu sedikit terkejut. Lalu melihat kembali ponselnya,"Tapi alamatnya sudah benar. Ini alamat yang pak Fatan kirimkan tadi pagi" gumam perempuan itu yang lagi lagi membuat Mata Risma melebar.

"Pak Fatan katamu? Fatan Ardana?"

"Iya, kamu adeknya kan?" Perempuan itu tersenyum lebar

Astaganaga. Sumpah demi banyak nya dewa yang ada di film India perempuan ini membuat Risma sangat kesal. Ada urusan apa dia dengan suaminya. Apalagi baju yang dia pakai itu menambah kekesalan Risma bertambah berkali kali lipat. Apa wanita ini berniat menggoda suaminya? Yang benar saja.

"Akan aku panggilkan, silahkan masuk dulu" Dengan berat hati, Risma menyuruh perempuan itu masuk kedalam. Meskipun dia menyebalkan, tapi dia tetap tamu yang harus di hormati dan di jamu dengan baik.

****

The Real AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang