Risma mendongakkan kepalanya, melihat nanar Fatan yang masuk kedalam kamar setelah menepis kasar tangannya.Brakk
Suara pintu yang dibanting cukup keras membuat Risma terlonjak. Dia memejamkan mata ketakutan. Detik berikutnya, Risma menangis sejadi jadinya. Beberapa kali dia memukul dadanya berharap agar rasa sakitnya berkurang.
Risma menggeleng, lantas menyeka air matanya dengan kedua tangan
Nggak
Mas Fatan nggak mungkin marah banget
Mas Fatan pasti maafin gue
Dengan cepat, Risma berlari menyusul Fatan yang berada di kamar. Yah, dia masih berusaha lagi dan lagi untuk mendapatkan maaf suaminya. Tidak peduli sebanyak apa kalimat menyakitkan yang dilontarkan Fatan, Risma masih tetap berusaha memperbaiki semuanya.
Risma membuka pintu kamarnya dan langsung mendekati Fatan yang tengah meletakkan ponsel di atas meja. Risma sudah tidak peduli dengan air matanya yang terus keluar, matanya memerah dan pipinya bahkan sudah basah oleh air mata.
Gerakan Fatan terhenti saat melihat kedatangan Risma, dia mengambil lagi ponselnya lalu memainkannya.
“Mas Fatan maafin Risma.” Mohon Risma sambil menangis
Fatan tidak menoleh sedikitpun. Dia masih sibuk bermain ponsel. Masih mengabaikan Risma.
“Christian sahabat aku dari kecil. Tadi juga kita nggak sengaja ketemu. Kita sudah temanan lama, aku sama Tian nggak ada hubungan apa apa Mas. Aku mohon maafin aku.” Risma menjelaskan dengan suara bergetar
Kali ini Fatan menoleh dan menatap Risma
“Kamu masih belum tahu letak kesalahan kamu dimana?"
Risma mengusap air matanya yang terus keluar. Kemudian dia mengangguk.
“Aku tahu Mas, sikap aku salah. Nggak seharusnya aku…” kalimat Risma terhenti karena ponselnya berbunyi. Ditengah isakannya, dia mengambil ponselnya berniat mematikan panggilan.
Namun, ketakutannya bertambah ketika melihat siapa orang yang tengah menelponnya
Dengan cepat, Risma mematikan panggilan tersebut.
Detik berikutnya, notifikasi chat muncul menampilkan pesan dari nama yang tidak Risma harapkan muncul di situasi seperti ini.
Ketakutan dan kegugupan Risma kian bertambah hebat. Tangannya yang gemetar membuka pesan tersebut hendak menghapusnya.
“Siapa?” suara Fatan yang dingin membuat Risma mendongak. Dia menggeleng gugup
“Aku nanya, yang telfon kamu siapa Risma?”
Tubuh Risma bergetar hebat. Tangannya yang hendak menghapus pesan malah dia urungkan. Tanpa berpikir panjang, Risma menggenggam ponselnya erat dan menyembunyikan dibalik tubuhnya.
“Bu … Bukan siap siapa “ jawab Risma terbata
Melihat ada yang aneh, Fatan sontak mengulurkan tangan. Ingin mengambil ponsel Istrinya,
“Siniin ponselnya.”
Risma menggeleng takut. Dia memundurkan tubuhnya menjauhi Fatan
“Siniin Ris” Ujar Fatan lagi. Tatapan-nya masih menyorot tajam kearah Risma.
Sementara Risma masih tetap menghindar, tidak membiarkan Fatan merebut ponselnya
“Aku mohon Mas, Jangan ambil ponsel aku. Aku minta maaf” Risma sudah tidak peduli dengan air matanya yang mengalir deras. Suaranya sangat lirih dan bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Affair
RomansaDisaat aku mengetahui segalanya, Haruskah aku tetap bertahan?