CH 18

8 1 14
                                    

Meskipun aku berusaha menghibur mereka, ketiga gadis muda ini terlihat benar-benar tak kenal lelah. Bahkan staminaku (yang terasah sampai level maksimal lewat latihan pedang setiap hari) terkuras habis. Aku berusaha bertahan sekuat tenaga, tetapi kini akal sehat dan kesabaranku sudah mencapai batas.

Ketika ketiganya (akhirnya) melihat ekspresi lelahku dan menutup mulut mereka. Mereka bertukar pandang satu sama lain. Lalu mereka bersama-sama menarik napas dalam-dalam, seolah-olah mengumpulkan kekuatan untuk satu teriakan yang lebih keras.

Tepat saat itulah benang-benang kesabaran dan akal sehatku yang sudah tegang sampai batasnya, berakhir putus. "Aku akan menikahi dengan ayahku!! Ayahku kan lebih tampan dari Enoch!"

'Terkejut'

"...U–Uhuk!"

Saat aku teriak (seperti itu), anak-anak yang terkejut itu mulai terbatuk (karena) menahan tawa mereka.

Sambil melotot ke arah mereka yang menyipit satu persatu (karena menahan tawa), aku mengarahkan jariku ke arah ayah yang sedang membaca buku dengan tenang.

"Lihat!" Karena kelakuanku yang tiba-tiba itu, ayah yang sedang fokus pada bukunya (jadi) mengalihkan pandangannya ke arah kami. Saat itulah dahinya yang tertutup oleh helaian rambut yang jatuh terlihat jelas.

Saat aku menunjuk ke arah wajah ayah, para gadis muda yang sejak awal menggodaku akhirnya melihat ke arah ayah

"......!"
"......!"
"......!"

Tiga pasang mata terbelalak di saat yang bersamaan. Aku tanpa malu mengangkat ujung daguku dan membuat ekspresi arogan.

'Kau tidak punya ayah seperti ini di rumahmu, kan?'

Ini adalah ekspresi yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya. Sebenarnya, ayahku bisa menyamarkan kehadirannya jika dia mau. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa melakukan itu dengan penampilannya seperti itu.

Mereka bertiga yang tidak bisa menutup mulut mereka yang menganga, tampaknya sadar dengan wajah ayah mereka.

"Dibandingkan ayahku, Enoch itu seperti sekam! Itulah sebabnya aku lebih suka ayah daripada Enoch! Kau mengerti?" Aku dengan bangga membanggakan ayahku dan mengendus padanya. Siapapun yang melihat kecantikan ayahku yang memukau tidak akan pernah bisa menyangkal kata-kataku.

"....Oh."
"Ya, Cherrya."
"Benar,benar..."

Seharusnya begini dari tadi. Aku menatap ketiganya yang akhirnya terdiam dan mendesah.

Sekarang, kita adalah bocah tujuh tahun yang tidak menarik. Ini adalah masa ketika otakku tumbuh sampai taraf tertentu dan ketegasanku menjadi lebih kuat, tapi itu masih merupakan masa ketika aku masih memiliki kepolosan murni.

Saat itu, gadis-gadis seusiaku cukup polos untuk mendengarkan omong kosong tentang pernikahan dengan ayah mereka adalah kenyataan. Tentu saja ini juga berhasil karena ayahku memiliki penampilan yang menentang akal sehat. Jadi aku harus menggunakan alasan ini sebanyak mungkin selagi aku masih di usia yang memungkinkan.

Seorang gadis muda yang duduk paling dekat denganku menarik lembut ujung gaunku dan berbisik, "Tapi, kau tahu, Cherrya..."

"Apa yang harus ku lakukan kalau aku ingin menikah dengan ayahmu juga?"

"Pikirkan tentang perbedaan usia (mu dengan ayahku). Apa kau ingin ayahku menjadi seorang penjahat (pedofil)?"

"Huh, tapi..."

"Kalau kau tetap bersikeras, pergi beritahu ibuku dulu. (Kalau) kau ingin menikah dengan ayahku, jadi mintalah (mereka untuk) cerai."

"......"

|MUSUH KOK MALAH TUNANGAN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang