CH 41

0 0 0
                                    

Untuk pertama kalinya, semua kehangatan di wajah kaisar menghilang dan tidak menampakkan ekspresi sama sekali. Tidak ada gerakan sekecil apapun yang terlihat di wajah kaisar, itu sesuatu yang tak lazim bagi manusia. Ekspresinya begitu datar sampai-sampai terlihat seperti sebuah topeng.

Wajahnya begitu hampa tanpa emosi sehingga terlihat seperti topeng. Wajah yang paling mirip dengan topeng itu adalah wajah asli sang kaisar.

"Rupanya kau sudah tahu."

Jade Gray mengangguk tanpa suara. 

Tatapan kedua lelaki itu beradu di udara. Rasanya seperti ada percikan api tak terlihat sedang beterbangan atau seperti ada kabut dingin yang merayap di antara mereka.

Setelah keheningan melanda (selama itu pula mereka saling memperhatikan satu sama lain tanpa berbicara), sang kaisarlah yang pertama kali mengibarkan bendera putih.

"Kalau begitu tanyakan saja apa yang ingin kau ketahui. Aku akan menjawabnya."

"Diana pergi ke hutan Kratyn untuk menjalankan perintah kekaisaran dan dengan melakukan itu, bukankah itu menjadi semacam imbalan karena sudah mempererat hubungan antara Enoch dan putra mahkota?"

Sang kaisar mengangguk sambil tersenyum licik pada Jade Gray yang mengajukan pertanyaan itu seolah-olah dia sudah menantikan saat ini.

"Kalau kau berhasil memenangkan hati putra mahkota, posisimu akan lebih diuntungkan saat pemilihan pedang kaisar nanti. Aku memberikan imbalan yang cukup besar pada Gray untuk memperkuat kalian menuju kemenangan, loh."

"....Haa." Mendengar jawaban sang kaisar, urat biru muncul di dahi Jade Gray. Tangannya yang terkepal mulai bergetar. Ini adalah puncak emosi yang ditunjukkan Jade Gray, meskipun sebelumnya dia selalu tenang saat mendesak kaisar.

Seolah-olah tidak memperkirakan hal ini, kaisar mengangkat alisnya dan membuka mulutnya untuk berbicara, tapi—

"Bisakah anda mengizinkan saya berbicara denga nyaman (informal) sejenak, mengingat saya sebagai seorang ayah yang kehilangan akal sehatnya saat mendengar berita tentang putri satu-satunya?"

Sang kaisar mengangguk sebagai tanda setuju, menyadari kalau penolakan akan dianggap sebagai pengkhianatan.

"....Lakukan sesukamu, Duke. Lagipula, sudah lama sekali rasanya (tidak berbicara informal)."

"Baiklah, Marchian." Itu adalah nama (panggilan) lama kaisar di masa lalu dan dalam sekejap, suasana berubah kembali ke saat Jade Gray sedang mengajar pangeran muda itu.

"Aku sudah mengajarkanmu semua yang kutahu, tapi ada satu hal yang belum kuberitahukan padamu."

"Itu pernyataan yang mengecewakan, guru. Saya pikir saya sudah menerima semua pengetahuan dari anda."

"Kau tidak perlu tahu, karena itu adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh Gray." Jade Gray mengulurkan satu lengannya ke udara seolah mengarahkan pedang ke leher kaisar. "Kami adalah ksatria dan pertempuran para ksatria hanya dilakukan dengan pedang. Hanya dengan pedang."

"......"

"Tak peduli seberapa sering orang menyebut Gray sebagai politisi, bukannya ksatria, fakta kalau kami adalah ksatria, termasuk diriku tak akan pernah berubah."

Sang kaisar kini menyadari betapa kasarnya kata-katanya apda Jade Gray dan seluruh anggota Gray.

Dari generasi ke generasi, Gray tidak hanya menjadi seorang pendekar pedang strategis dengan pikiran cemerlang, tapi juga unggul dalam berbagai bidang sosial (politikus) yang menyebabkan kesalahpahaman ini. Meskipun begitu, Gray adalah keluarga ksatria yang fondasinya terletak pada kekuatan mliter (bela diri).

|MUSUH KOK MALAH TUNANGAN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang