CH 35

2 1 0
                                    

Aku ini bukan orang yang tak memiliki keterampilan pedang. Bahkan, dalam kehidupanku sebelumnya, aku sangat percaya diri dengan kemampuan fisikku. Makanya, aku tak hanya bisa mengikuti latihan, tapi juga bisa melakukannya dengan baik tanpa merasa kesulitan.

Berbeda denganku, Enoch yang tidak memiliki ingatan tentang kehidupan sebelumnya sepertiku, tapi bakatnya itu benar-benar luar biasa sampai-sampai melampaui imajinasiku. Dan aku harus berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan ini.

Pada akhirnya, kekuatan fisik adalah satu-satunya pilihanku. Aku melayangkan lebih banyak pukulan dari pada Enoch, sampai-sampai tubuhku jadi benar-benar larut dalam tiap gerakan. Itulah sebabnya aku percaya diri. Sekarang ini, tidak ada seorang pun yang bisa mengayunkan pedang lebih cepat dariku.

"Hupp!" Bersamaan dengan suara kekuatan yang kupusatkan, aku menghentakkan kakiku dengan kuat ke tanah dan menusuk pedang lurus ke depan.

Celah kecil yang ada pada monster itu menarik perhatianku. Saat dia mengangkat kakinya depannya untuk mengehentak tanah, otot pahanya bergerak seperti orang-orangan sawah yang sering ku pakai untuk latihan di tempat latihan Emblem.

Satu titik yang terlihat jelas di mataku itu tampak seperti orang-orangan sawah yang menjadi teman latihan menusuk di kediaman Emblem. 

'Aku harus menusuk di sana.'

Pikiran itu sejenak terlintas di benakku ketika pedangku sudah menembus otot paha monster itu. Tubuhku (bergerak) lebih cepat daripada pikiranku.

"Kwaaak!!" Meskipun itu adalah babi hutan bertanduk rusa yang tak bisa merasakan sakit ketika dia menyerang, tapi karena kaki depannya tidak bisa menapak tanah dengan benar dan dia pun menjerit kesakitan.

Secara naluriah dia mencoba mengerahkan tenaga untuk bangkit lagi. Tapi, ototnya yang tertusuk pedangku seakan mengabaikan perintah tersebut. Kaki depannya masih tak bisa digerakkan sama sekali.

Teknik yang kulakukan ini benar-benar berjalan sempurna, sesuai dengan ekspetasiku, menghasilkan dorongan yang kuat dan tepat tanpa banyak gerakan. Saat berjuang sekuat tenaga untuk mecabut pedangku dari kaki monster itu, aku berteriak, "Enoch!!"

Leher monster yang jatuh itu terekspos jelas dihadapan Enoch. "Hupp!!" Enoch yang terlambat sadar, sambil menahan amarahnya dia menusukkan pedang ke leher monster itu dengan kuat sebelum mengoyaknya secara horizontal (berniat untuk memotong kepalanya).

Mata monster itu terbelalak dan darah menyembur keluar seperti air mancur. Rambut perak Enoch yang bersinar terang dengan cepat berubah menjadi hitam karena darah hitam monster itu.

"Kwaakk.. Kuk!" Monster itu menggeliat dengan gila, tapi itu pun tak berlangsung lama. Entah kehabisan tenaga atau bagaimana, pupil matanya tertetuk kelakang sepenuhnya saat lidahnya terjulur dan berakhirlah nyawanya.

"Hahh.. hah..hah..." Sambil terengah-engah, aku menatap monster yang tak bernyawa itu.

Aku yang menyesuaikan gerakan pedangku dengan kecepatan serangan monster yang mendekat untuk menusuknya. Tapi, berbeda denganku, Enoch tak hanya menusuk kulit keras monster itu dengan kekuatannya, tapi juga berhasil mengoyak lehernya. Apa ini bakat yang selama ini sering dibicarakan orang dewasa? Sungguh mengejutkan.

"......"

Aku menatap telapak tanganku yang mulai terasa berdesis, seperti terbakar api. Karena aku memaksa menusukkan pedang ke kulit tebal monster itu, alhasil bukan hanya telapak tanganku yang robek, tapi area pergelangan tanganku juga memerah, dan darah mulai mengalir keluar.

Dengan tanganku yang gemetar, aku mencabut pedangku yang masih tertancap di monster itu. Rasa gemetar sekarang menjalar dari tanganku ke pedang itu.

'Sensasi ini... Bisa-bisanya aku melupakannya tadi.'

|MUSUH KOK MALAH TUNANGAN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang