Enoch dengan tangan terkepal, melotot ke arahku saat aku menoleh ke belakang. Rambut Enoch yang berwarna hitam terlihat seperti bulu hitam yang legam.
".....Hah..?"
Melihat penampilan itu, wajah orang lain muncul bersamaan dengan wajah Enoch dalam pikiranku. Suaranya yang tiba-tiba muncul bagaikan alunan melodi merdu dengan alunan yang tertata rapi.
"Lagi-lagi, kau tertinggal selangkah, ya, inspektur."
Dia adalah pemimpin perencanaan stategis yang berdiri di sebelah pria yang membunuh pasangan calon orang tua angkatku yang kemudian membunuhku.
"Hah.. Rupanya kita bertemu lagi, nih. Duh, kayaknya inspektur ini sengaja ingin bertemu denganku, yaa? Ngaku aja."
Otaknya yang digunakan untuk mengelola keuanan dan mengawasi semua strategi politik. Dia musuh bebuyutanku di masa lalu, Yoon Doyoon.
Saat (bayangan) wajahnya tiba-tiba muncul menimpa wajah Enoch, perasaan gejolak yang kuat menyelimuti diriku, membuatku jadi ingin muntah.
"Uhgh, Ugh!!" Walau aku berusaha menahannya, aku tak bisa mencegah tubuhku terkulai ke depan dengan pinggangku yang tertekuk.
"Cherry?!!" Enoch yang menatapku dengan panik, bergegeas mendekat.
Aku mengangkat telapak tanganku ke arah Enoch dan berteriak, "Jangan mendekat!" Melihatku protes, Enoch jadi terpaku di tempat, mungkin dia menyadari wajahku yang berubah jadi pucat.
'Ah, sial. Kenapa wajah bajingan itu muncul di pikiranku, sih?'
Aku mengangkat wajahku dan menatap kepala Enoch yang bernoda hitam. Apa jangan-jangan karena itu? (Rambut si doyoon kemungkinan besar item).
Pertama kali aku merasakan yang seperti ini (rasa mual), itu terjadi saat aku melihat Enoch sebagai bayi yang baru lahir untuk pertama kali . Sejak itu aku sering merasa mual, tapi tak pernah sampai kesulitan menahan (rasa mual) seperti sekarang.
"Apa kau baik-baik saja? Apa karena darah monster itu?" Enoch sepertinya mengira kalau ketidaknyamananku disebabkan oleh penampilannya yang berlumuran darah. Aku ingin menyangkalnya, tapi aku terlalu sibuk menahan rasa mual yang semakin menjadi-jadi.
Karena terpengaruh olehku, Enoch menarik kaosnya dan mulai membersihkan darah monster itu. Meskipun pakaiannya berlumuran darah monster, itu lebih baik dari pada membiarkannya begitu saja. Rambut perak Enoch mulai berkilau lagi, menandakan kehadirannya, bahkan terlihat acak-acakan sekarang.
"....Haa." Itu membantu meredakan rasa mualku dengan cepat. Begitu aku merasa tenang, aku menegakkan tubuhku dan merasa jauh lebih lemas daripada saat menghadapi monster tadi.
"Sudah merasa lebih baik?"
"Hmm." Sambil mengangguk, aku teringat sapu tangan di sakuku dan menyerahkannnya kepada Enoch. "Pakai ini untuk membersihkan itu."
Enoch mengambil sapu tangan itu dengan mengatupkan bibirnya dan menatapku sejenak. Lalu dia kembali seperti mode awal, dia melotot ke arahku lagi.
"Kenapa kau lakukan itu?"
"Apa? Oh..., yah, aku memberikannya padamu karena kau terlihat sangat koto—"
"Ck, bukan itu! Kau kan yang membunuh monster itu, bukan aku! Jadi, kenapa kau berbohong?"
Oalah, jadi itu sebabnya dia kesal, toh.
Menyadari kekesalannya, aku sama sekali tak mengerti dan menanggapinya dengan ekspersi bingung. "Karena aslinya kau yang membunuhnya.""Tidak, aku tak melakukannya."
Tiba-tiba Enoch melangkah mendekat dan menyerahkan pedang yang kuletakkan tadi. "Ambil ini.""Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
|MUSUH KOK MALAH TUNANGAN|
Historical Fiction[NOVEL TERJEMAHAN PENGGEMAR] Karya ini murni bukan milik saya. Saya hanya menerjemahkan dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia. Seluruh kredit karya ini mutlak milik author. Judul: Enemies Meet at the Engagement Ceremony Author: Lee Seorae Releas...