CH 38

0 0 0
                                    

Benedict berbisik lembut sambil merangkul Melsia yang berdiri dengan keadaan linglung. "Putri kita melakukannya dengan sangat baik."

"Dia memang anakku."

Melsia menyandarkan kepalanya di bahu Benedict dan memejamkan mata. Akhirnya dia bisa menghembuskan napas lega setelah mendengar bahwa kondisi Cherrya baik-baik saja. Dia baru menyadari seberapa besar ketakutannya (takut anaknya kenapa-napa) itu setelah dia melahirkan.

"Bukannya usia Lady Balmore itu sama dengan anak kita, tujuh tahun. Tapi, kenapa Cherry kita itu tumbuh begitu cepat?"

Benedict terkekeh pelan meihat ekspresi Melsia yang sedikit merasa tidak puas. Dia (Benedict) mengangguk, setuju dengan ucapan Melsia. "Cherry sama sekali tidak memberi kita kesempatan untuk menjadi orang tua."

Mereka ingin melihat Cherry tertawa, menangis, mengamuk, dan merengek seperti anak-anak pada umumnya. Tapi, Cherry sudah terlihat seperti anak dewasa sejak lahir, tak pernah sama sekali menunjukkan kelemahan sedikit pun. Terkadang, mereka sebagai orang tua merasa kesal. Mereka mengira, Cherrya harus bertingkah seperti itu supaya bisa disayangi.

"Tetap saja, senang rasanya melihatnya menjadi seperti anak kecil sejak dia mulai belajar pedang."

"Iya, kan!"

Melsia menangguk antusias. Perubahan signifikan pada Cherrya dimulai setelah adu jotosnya dengan Enoch di taman, yang membuatnya belajar pedang karena rasa dendam. 

Untuk pertama kalinya, Melsia memarahi anaknya, melihat Cherrya menangis, dan menyaksikan dia yang tertawa terbahak-bahak saat latihan. Melihat Cherrya yang berperilaku sesuai usianya membuat mereka benar-benar bahagia.

"Tapi, kita seharusnya bahagia melihat perkembangannya."

"Benar. Cherry-ku sudah tumbuh menjadi seorang Emblem sejati."

"Itu karena caramu membesarkannya, Mel."

"Kita membesarkannya bersama-sama."

Mata Benedict terbelalak mendengar kata-kata Melsia, lalu dia terenyum hangat dan menganggapi dengan sumringah. "Ya, kita membesarkannya bersama."

Melsia dan Benedict menatap ke depan secara bersamaan. Dari kejauhan, mereka mendengar suara lantang anak mereka yang sudah lama mereka tunggu-tunggu.

"Mama! Papa!"

Cherrya berlari ke arah mereka dengan senyuman cerah. Tangannya melambai penuh semangat (itu diangkat sampai di atas kepala), terlihat dipenuhi bekas luka itu menarik perhatian kedua orang tuanya. Namun, karena tidak melihat tanda-tanda kesakitan di wajah Cherrya, mereka tersenyum lebar dan membuka lengan mereka.

"Astaga, Putriku!! Kamu sudah melakukannya dengan sangat baik!!"

"Aku kembalii!!"

Cherrya melompat ke pelukan mereka dengan sekuat tenaga. Sambil memeluknya dengan erat, Melsia bertanya, "Apa putriku ini bersenang-senang?"

Cherrya merenung sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan menjawab dengan jelas. "Apa mama, tahu? Kupikir aku sangat suka pedang!"

"Eh?? Yang bener, nih?"

"Eung! Mulai sekarang, aku akan berlatih lebih giat dan belajar lebih banyak!"

Melsia dan semua pasukan Emblem tampak senang dengan ucapan Cherrya dan mereka yang sengaja datang untuk melihat wajah-wajah kekalahan para Emblem (setelah diumumkan kemanangan Gray) kecewa dengan suasana hangat mereka dan pergi begitu saja.


***

Malam (setelah perburuan) itu, Enoch mengambil pedangnya. Dia menolak beristirahat untuk menjaga ketajaman indra tempurnya.

"Hukk, hupp!"

Pedang itu bersinar tajam di bawah sinar bulan saat membelah udara. Pedang itu (yang dibuat dengan sempurna agas pas ditangan Enoch), bergerak seolah-olah menjadi bagian dari tubuhnya. Gerakannya sempurna dan mengalir dengan sangat mulus ke gerakan selanjutnya. Gerakan pedangnya menjadi lebih halus, secara bertahap menghilangkan semua celah.

'Kalau kamu bisa melakukannya (gerakan ini) saat latihan, kamu pasti bisa melakukannya saat pertarungan yang sesunghan. Ilmu pedang gray itu letak uniknya ada pada strategi dan taktik, jadi kalau pikiranmu kosong, kamu tidak akan bisa mengerahkan kekuatan yang sesungguhnya. Apa kamu mengerti apa yang harus dilakukan?'

Enoch terus terngiang-ngiang kata-kata kakeknya, yang sepenuhnya dia sadari selama kompetisi berburu yang baru saja berlangsung. Dia bisa saja mengayunkan pedangnya lebih dulu, tapi kalah cepat dari Cherrya.

'Itu berarti kamu harus berlatih sampai tubuhmu bergerak sebelum pikiranmu.' (refleknya dipertajam).

Enoch akhirnya mengerti kata-kata kakeknya. 

Dia sudah menyaksikan seseorang yang mempraktekkannya, orang itu berada tepat disampingnya. Cherrya yang melakukannya. Bukan Enoch. Ini tandanya Cherrya sudah mengayunkan pedangnya tanpa kenal lelah sampai-sampai tubuhnya bergerak lebih spontan daripada pikirannya.

"Haa, haa, haa....." Enoch berhenti mengayunkan pedangnya dan bernapas dengan berat.

Bayangan rambut merah yang berseliweran masih terbayang jelas di benaknya. Bagi Enoch, momen itu terasa seperti satu detik yang berubah menjadi satu menit. Mata Cherrya (saat dia lewatinya) tampak sangat tenang. Tatapannya tak tergoyahkan dan ayunan pedangnya itu penuh keyakinan. Enoch terkejut melihat mata kuningnya yang selalu dipenuhi kehidupan itu berubah menjadi begitu dingin.

"Dia berhasil melakukannya." Enoch menggigit bibirnya dengan kuat.

Cherrya belajar pedang itu karena dia. Untuk rasa dendam dan persaingan. Hanya untuk itu. Dia berpikir kalau Cherrya akan segera menyerah. Karena dia tahu, Cherrya itu plin-plan (pilihannya selalu berubah-ubah). Ternyata Cherrya memiliki kegigihan yang lebih besar dari yang dia kira.

'Keunggulanmu itu adalah pikiran dan tubuh yang tanggap, mampu bereaksi dengan tepat.'

Seperti yang dikatakan kakeknya, Enoch memiliki pikiran yang tajam. Saat bertanding dengan lawan, dia bisa memperkirakan arah pedang lawan berdasarkan arah mata dan sudut mata kaki mereka. Jadi tak bisa dipungkiri kalau Cherrya tertinggal jauh dibelakang Enoch. Dia bisa mengetahui semua itu hanya dengan melihat saja.

Para ksatria resmi dari Gray mempunyai taktik pedang yang tak terduga. Gerakan pedang Cherry bisa dibaca oleh Enoch. Tapi, itu berarti Cherrya juga memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh Enoch.

'Cherrya Emblem memang tertinggal jauh darimu, tapi kegigihan dan semangatnya patut diakui.'

Daya saing Cherrya yang tiada henti-hentinya, di mana dia bertekad harus lebih baik dari pada Enoch dalam segala hal mulai dari tingkat satu sampai sepuluh.

Tidak seperti Enoch yang bisa membaca suatu gerakan setelah dia memahaminya di dalam pikirannya, Cherrya lebih melatih gerakan yang sama sampai puluhan, bahkan ratusan kali sampai terbiasa.

Pada akhirnya, perbedaan ini membuat Cherrya melangkah lebih unggul hari ini.

"....."

Untuk pertama kalinya, Enoch merasa cemas. Kemenangannya (yang tanpa disadarinya dia anggap sepele), terancam untuk pertama kalinya.

Sikap berpuas diri itu tidak baik. Itu adalah poin yang paling ditekankan dari sang kakek. Seperapa hebatnya bakat yang kamu miliki jangan cepat merasa puas dan percaya diri begitu saja.

Enoch mengerti kalau peringatan kakeknya adalah sesuatu yang ingin dia katakan pada dirinya sendiri di masa mudanya. Dia tahu, dia harus mengukir peringatan ini dalam-dalam, kalau bisa sampai ke dalam tulangnya. Kalau tidak, bakatnya yang disebut semua orang sebang berkat itu akan berubah menjadi racun dan menyebar ke seluruh tubuh Enoch tanpa dia sadari.

Sesaat dia menyadarinya. Semuanya sudah terlambat. Kalau dibiarkan lebih lama, ini benar-benar bisa menghancurkannya secara diam-diam.

|MUSUH KOK MALAH TUNANGAN|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang