BAB 8

109 6 0
                                    

Keceriaan mereka berdua pun pudar saat melihat para anak monyet menuju mejanya.
"Boleh kita gabung" tanya mondi dan langsung duduk.

"Gaperlu ngomong tanpa diiya in juga kalian pada duduk kan." Jawab Vonzy sambil memutar bola Matanya malas.

"Neng Vonzy jangan galak-galak atuh nanti AA arka jadi takutt hhe!" Ucapnya sambil terkekeh kecil.

"Bacot!!Lo gue sambelin tuh mulutt" balasnya.

"Ehhh,, ampun neng,neng Vonzy kalo marah makin cantik aja" sambil mengedipkan matanya.

Vonzypun mencubit lengan arka yang dari tadi ngebacot membuat gendang telinganya sakit. "Aduh neng atitt tauu..." Meniup-niup tangannya.

"Bodo amatt" jawabnya.

Lalu clarapun bersuara. "Vonzy jangan galak-galak jadi perempuan,harusnya lemah lembut kayak aku, nanti kamu gak laku gimana?" Katanya membuat Vonzy tersindir pun tak terima.

Vonzypun tersenyum dengan miring sambil berkata. "Gue tuh orangnya apa adanya gak munafik! Kayak siapa ya?"lalu melirik kearah Clara dan berkata lagi. " Dan ya, gue tuh bukan barang yang bisa dijual laku apa tidak, karna diri gue buat gue sendiri bukan buat laki-laki manapun!ngerti??hmm..." Ucapnya dengan tenang tapi menyentil hati seseorang.

Mereka semua tercengang atas omongan Vonzy itu setau mereka Vonzy kalo diledek ataupun dihina dia tidak akan. Membalasnya dengan omongan melainkan dengan membully orang tersebut.

Arsenal yang didekat Clara hanya diam tak mau menjawab omongan Vonzy, ntah kenapa dia jadi ada rasa yang sedikit asing dihatinya.

Setelah cukup lama keheningan Andre membuka suara agar tidak terlihat canggung lagi. "Ehh pada mau makan ga, gue mau pesen nih,,nitip gak?" Tanya Andre.

"Gue bakso ikan dan minumannya teh dingin 1" ucap saka.

"Kalian mau apa?" Tanya Andre sekali lagi.

"Samain aja" jawab Arsenal dengan santai.

"Oke"

***

Arsenal yang sedari tadi menatap Vonzy yang sedang makan batagornya terus melihatnya, tidak niatan  berpaling. Namun, Clara yang melihat itupun mengepalkan tangannya dibawah meja dengan ada amarah dihatinya. Lalu dia berkata ke Arsenal agar melepaskan pandangannya itu. "Ar, kamu kenapa liatin dia terus?".ujarnya sambil mukanya diimut-imutin.

*Olo-olo bag*Ng guys*

Arsenal yang tersadar pun menatap wajah Clara. "Enggak aku cuman... Ngga lupain aja." Jawabnya dengan terbata-bata.

"Ihh! Kamu mah gitu" ucapnya sambil meninggalkan meja itu.

"Ar, gue baru ngeh Lo iyah dari tadi ngeliatin sivonzy, Lo suka ya sama dia hha" ucap xaliza sambil terkekeh pelan.

"Nggak" jawabnya singkat.

"Biasanya nih yee,,, benci itu ujung-ujungnya cinta Iyah kan guys!." Kali ini bukan xaliza tapi mondi.

"Iya gue setuju" ujar arka.

Mereka semuapun menertawakan Arsenal yang kena mental atas ucapan mondi. Ia pun hanya diam tak menggubris kawan-kawannya sedang Vonzy yang mendengar hal itu lalu berkata. "Sembarang kalian kalo ngomong, dah lah gue mau pergi, yuk Wid." Jawabnya sambil meninggalkan meja tersebut dengan kesal.

Sementara Wiliam hanya diam melihat interaksi mereka semua. Lalu dia menupuk bahu Arsenal. "Pilih salah satu" ucapnya singkat.

Arsenal yang mendengar itupun jadi bingung sendiri. Ada apa dengan dirinya ini.

Transmigrasi Radewi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang