bab 12 hiling

87 5 0
                                    

Setelah kejadian aneh diruang guru, vonzy duduk dikantin bersama widya sambil menikmati makan siangnya.dan dia sesekali bergumam. "Bodo amat deh, yang penting gue sekarang bisa makan," pikirnya sambil bergabung dengan widya.

Meskipun berusaha mengabaikan kejadian itu, pikirannya masih terus berputar-putar. Untuk mengalihkan perhatian, ia membuka ponsel dan berniat mengirim pesan pada langit.

"Ahh, besok gue ajak langit jalan mumpung hari libur, kan," gumamnya dalam hati sambil tersenyum sendiri.

               

𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐤𝐮𝐭𝐮𝐛!

                            𝐌𝐞:𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐛𝐞𝐬𝐨𝐤 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧
                                              𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐲𝐮𝐤
             
𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭:𝐲

                             𝐌𝐞:𝐞𝐦𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐡 𝐤𝐥𝐨 𝐜𝐡𝐭𝐧
                                    𝐬𝐦𝐚 𝐨𝐫𝐠 𝐤𝐮𝐭𝐮𝐛 𝐢𝐭𝐮      
                                        𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐛𝐧𝐫

𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭:𝐡𝐦
       
                                   𝐌𝐞:𝐚𝐮 𝐚𝐡 𝐜𝐡𝐭𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐚   
                                    𝐥𝐮 𝐦𝐡 𝐛𝐢𝐤𝐢𝐧 𝐠𝐮𝐞  
                                       𝐝𝐚𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠

Vonzy kesal sama silangit karna terlalu dingin guys.

Widya yang duduk didepannya, memperhatikan vonzy yang tadi senyam senyum sekarang kayak lagi bete. "Lo kenapa, tadi senyam senyum sendiri sekarang kayak yang bete gitu?" tanyanya penasaran.

Vonzy hanya menggelengkan dan mendengus kesal. "Nggak ada apa-apa, wid gue cuman lagi kesel sama seseorang, " jawabnya sambil memanyukan bibirnya, tak ingin memberi terlalu banyak bocoran tentang ia yang berteman dengan langit.

Widya tertawa kecil. "Ciee, siapa tuhh, gebetan baru yah?" tebaknya dengan nada menggoda.

Vonzy pura-pura kaget dan memasang wajah polos. "Wah, wid lo cenayang apa penyihir suka nyisir ya? Kok bisa salah penebakannya," candanya sambil tertawa, mencoba menyembunyikan rahasianya.karna kalo widya tau bisa gawat nanti dia laporin lagi sama widya ke abangnya secara abangnya gasuka sama silangit.

Dimana vonzy tau yah dari novelnya yang dulu pernah dia bacalah.

"Hhe, salah ya? Tapi kelihatan dari raut wajah lo kayak ada yang spesial dari org yang buat lo kesel." ucap widya yang mengakat alisnya sebelah.

"Nggak ya" balas vonzy sambil memutar bola matanya malas.
lalu kembali fokus pada makanannya, sambil dalam hati bertekad untuk membuat rencananya berjalan dengan sempurna esok.

Hari yang ditunggu tampak menjanjikan, dan dia berharap bisa hiling mencari ketenangan karna pikirannya sedang mumet memikirkan alur novel banyak yang berubah.

"Kenapa ya ini alur pada berubah? Apa karna gue masuk ke dunia ini ya!" pikirnya sambil menunggu langit  ditaman.

"Tapi nanti gue bisa pulang ke dunia asli gue ga ya hmm" gumamnya berbicara sendiri.

"Gue kangen temen gue sieren,biasanya kalo gue lagi stres dia selalu ada tadi disini juga ada widya yah pushing gue dah,"

"Kemana lagi ni orang punya tubuh ngga pernah nongol dalam mimpi lagi apa lah." ucapnya linglung.

Vonzy duduk ditaman, mengayunkan kakinya pelan sambil melirik jam ponselnya. Udara sore terasa hangat, tapi hati vonzy agak kesal karena lama menunggu langsung belum datang juga padahal dia nunggu dari jam 1 sekarang udah setengah 4 jadi pantas aja dia kesal yakan guys.

"Ini orang lama banget dah? Jangan jangan lupa lagu," pikirnya sambil melipat tangan didada.

Akhirnya, setelah beberapa menit yang dan vonzy udah ngebacot tidak karuan, langit pun muncul dengan langkah santainya. Tanpa banyak bicara, dia langsung duduk disamping vonzy.

"Lo, lama banget sihh, langitt?" vonzy langsung mengeluh, mengungkapkan kekesalannya.

"Macet," jawab langit singkat, seperti biasa.

Vonzy menarik napas panjang. "Gue udah hampir beju nungguin lo di sini. Kita jadi nggak nih jalan-jalan sih?"

Langit menatap sebentar, lalu mengangguk pelan. "Jadi.mau kemana?"

"Bentar" langit menatap sekilas kearah vonzy, lalu mengeluarkan sebuah novel dari tasnya. "Nih, buat lo."

Vonzy menatap novel itu dengan bingung. "Apaan ini?"

"Novel buat lo mau ga?" ucapnya langit dengan nada datar.

"Ya mau donk" jawabnya singkat.

Namun vonzy terdiam sesaat, lalu bertanya. "Kok lo bisa tau gue suka baca novel?"

Langit mengalihkan pandangannya kedepan, "gue liat lo baca pas kita lagi istirahat. Gue pikir lo bakal suka jadi gue beli buat lo."

Vonzy tersenyum tipis, merasa sedikit tersentuh. "Thanks, langit. Gue nggak nyangka lo perhatian juga sama gue hhe." ucapnya sekali menggoda langit.

Langit mengangguk pelan. "Nggak perlu dipikirin."

"Jadi sekarang mau kemana?" tanyanya.

Vonzy tersenyum, meskipun masih ada sisa rasa kesal. "Gue pengen jalan-jalan aja, ketempat yang tenang. Mungkin ke taman kota atau kafe yang nggak terlalu rame."

Langit mengangguk lagi. "Oke, boleh. Tapi lo nggak marah kan?"

"Kok dia bisa tau sih gue ngambek gara-gara nungguin dia lama" gumamnya dalam hati.

Vonzy berpikir sebentar. "Hmm... Gue sih pengen marah, tapi karena lo udah datang, yaudah gue maafin," jawabnya sambil tersenyum menggoda.

Langsung mengangguk, tidak terlalu memedulikan candaan vonzy. "Kita naik apa?"

"Motor gue aja. Biar cepet nyampenya," jawab vonzy semangat.

Langit mengangguk setuju. "Oke. Gue yang bonceng lo nggak ada penolakan!"

Vonzy tersenyum puas. "Boleh deh, kali ini gue yang dibonceng deh," ucapnya sambil berdiri. "Ayo, mumpung masih sore."

Mereka berdua berjalan menuju parkiran, "ini pakai dulu. Jangan lupa kencengin tapi helmnya," ujar langit sambil menatap vonzy.

Vonzy menerima helm itu dan memakainya. "Siap, kapten!" candanya, mencoba mencairkan suasana. Setelah memastikan semuanya siap, mereka berdua pun berangkat, meninggalkan taman dengan kecepatan sedang.

Vonzy merasakan ada sesuatu yang aneh dari langit.

Vonzy menatap langit dengan tatapan curiga. "Eh, langit, gue mau nanya deh," ucapnya tiba-tiba.

Langit yang sedang mengendarai mobil menoleh sebentar. "Apa?"

"Kenapa lo belakangan ini bisa jadi perhatian sama gue? Lo ada maksud ya?" tanya vonzy setengah bercanda tapi sebenarnya penasaran.

Langit terlihat bingung sebentar, apa yang dimaksud vonzy. "Gak ada maksud apa-apa gue. Gue cuma lebih pengen aja  merhatiin lo sekarang."

Vonzy mengernyit, bingung. "Maksud lo apa sih? Gue jadi bingung!"

"Nggak... Ga usah pikirin"
Ucapnya panik.

"Kenapa sih ni orang kesambet apa yah?" pikirnya.

Transmigrasi Radewi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang