erlangga/clara

44 4 0
                                    

Disebuah cafe ada dua orang yang tengah berbincang-bincang siapa lagi kalo bukan Clara dan erlangga yang tadi disekolah janjian.

"Apa yang lo mau dari gue?" Tanya Clara menatap erlangga.

"Sabar dong, gue mau pesen kopi dulu," balas erlangga berniat memesan kopi.

"Yaudah buruan," kata Clara dengan membolak matanya malas.

Erlangga langsung memesan minuman tersebut, dan tak lama minuman nya sampai.

"Silahkan mas kopinya dinikmati" ucap pelayan cafe itu.

"Kalo perlu apa-apa lagi silakan panggil lagi saya" ujarnya tersenyum ramah.

"Udah makasih mbak," jawab erlangga tersenyum balik.

"Kalo gitu saya permisi dulu mas, mbak, marii!," pamit pelayan tersebut ramah sembari tersenyum.

Erlangga hanya mengangguk kepalanya pelan lalu meminum kopi itu.

"Jadi langsung keintinya aja apa yang lo mau dari gue!! Gausah bertele-tele, " dengus Clara menatap erlangga sinis.

Erlangga meletakkan kopi itu keatas meja lalu tersenyum kearah Clara, "gue mau lo bantu gue untuk dapatin widya,"

sontak Clara pun seketika kaget mendengar hal itu lalu bertanya, "jadi lo ngajak gue ketemu cuma mau minta bantuan gue? Ga, gue ga mau," tolak Clara kesal.

"Jadi lo gamau nih, yaudah gue sebarin kalo lo itu..." Ucapan Erlangga seketika terpotong karna  dibekap oleh tangan Clara.

"Yaudah, yaudah, iya gue bantuin lo. Puasss!!!" Gerutu clara dengan nada tinggi.

Kemudian Clara melepas bekapan itu dari mulut Erlangga.

Erlangga langsung tersenyum miring 'tau takut' gumamnya dalam hati.

"Jadi apa rencana lo?" Tanya Clara.

"Sini" panggil Erlangga lalu membisikan sesuatu.

"Jadi ngerti lo yang gue omongin?"

"Iya gue ngerti"

Clara mendengus kesal setelah mendengar rencana Erlangga, tapi tidak ada pilihan lain. Dia hanya bisa menuruti permintaan pria itu, meskipun hatinya merasa enggan.

"Lo yakin rencana ini bakal berhasil?" Clara memicingkan matanya, tidak sepenuhnya yakin.

Erlangga hanya tersenyum penuh percaya diri. "Lo cuma perlu lakukan bagian lo, Clara. Sisanya, gue yang atur."

Clara menatapnya tajam. "Gue beneran gak suka campur-campur urusan kayak gini. Tapi gue juga gak mau rahasia gue tersebar, jadi lo menang kali ini."

"Good girl," jawab Erlangga dengan nada puas, kemudian mengangkat cangkir kopinya lagi dan meneguk perlahan. "Santai aja. Setelah ini, lo bakal bisa hidup tenang. Lagian, lo kan juga gak suka Widya. Sekalian lo bisa ngeliat dia menderita."

Clara menatap Erlangga tajam, ada rasa jengkel yang masih tertinggal di dadanya. Dia tahu kalau Erlangga memanfaatkannya, tapi apa daya? Ancaman pria itu bisa menghancurkan hidupnya jika dia tidak menurut.

“Jadi, apa langkah pertama lo?” Clara mencoba terdengar tegas, meski hatinya berdebar cemas.

Erlangga tersenyum licik, menyesap kopinya lagi sebelum menjawab. “Lo cuma perlu dekati Widya, bikin dia percaya sama lo. Gue bakal kasih lo sinyal kapan waktunya kita lakuin rencana itu.”

Clara menahan napas, lalu menghela pelan. "Deketin Widya? Dia benci gue. Itu gak bakal gampang."

"Santai aja, Clara. Lo pintar ngomong, kan? Lo bisa pura-pura baik. Lakuin aja peran lo, dan biarin gue urus sisanya."

Transmigrasi Radewi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang