TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!Pagi hari Veranda dibuat panik karena Cio dari semalam belum pulang juga. Ditambah ponselnya tidak bisa dihubungi, begitupun dengan Shani. Veranda dan juga Gita kewalahan menghadapi Chika yang terus menangis menanyakan keberadaan Shani, Chika sama sekali tidak tidur kembali, berbagai cara Veranda dan Gita coba untuk membujuk Chika. Mungkin karena terlalu lama menangis gadis kecil itu akhirnya tertidur juga.
Veranda terus mencoba menghubungi Cio namun tetap saja sama.
"Kamu kemana sih Cio? Kamu bikin mami khawatir deh." Gerutu Veranda di ruang makan.
"Mi, bang Cio belum dateng juga?" Tanya Gita yang sudah bersiap akan pergi sekolah.
"Belum, mami khawatir Abang kamu sama Shani gak bisa dihubungi. Mami takut mereka kenapa-kenapa dek." Veranda mencoba untuk tetap tenang meskipun tidak dengan perasaannya. Karena dari semalam dia merasa tidak enak hati dan selalu teringat pada Cio.
"Udah mami gak usah khawatir, semoga Abang baik-baik aja." Ucap Gita mencoba menenangkan Veranda.
"Semoga apa yang kamu bilang itu bener dek, ya udah kamu sarapan dulu. Mami mau liat Chika, takutnya dia bangun."
"Shhh..."
"Mi, mami kenapa?" Tanya Gita panik.
"Kepala mami pusing dek, mungkin karena kurang tidur." Jawab Ve.
"Ya udah mami istirahat aja. Apa gak sarapan dulu?"
"Nanti aja, mami belum laper. Kamu semangat ya sekolahnya. Jangan bikin ulah!" Ucap Ve, diakhiri dengan kata-kata yang selalu Gita dengar setiap harinya kala ia akan pergi ke sekolah.
"Iya mi... Salim dulu." Gita pun mencium punggung tangan Ve.
"Be a good girl."
Gita mengangguk paham.
Veranda pun berlalu ke lantai atas."Semoga hari ini gak ada yang bikin aku emsosi deh,"
Gita pun melanjutkan sarapannya, hanya selembar roti dan segelas orange juice. Gita paling tidak suka minum susu di pagi hari. Karena itu akan membuatnya bolak balik ke kamar mandi, jadi dia paling menghindari hal itu.***
Sementara itu di kediaman Shani, Cio masih tertidur. Mungkin saking lelahnya ayah satu orang anak itu tertidur sangat pulas. Shani mengetuk pintu kamar itu dengan pelan namun tidak ada jawaban dari dalam. Karena penasaran dan juga dia sudah membawa nampan ditangannya yang berisi sarapan untuk Cio Shani memberanikan diri untuk masuk.
Dilihatnya Cio masih terlelap. Shani menatap sendu Cio yang terbaring, laki-laki yang sudah menyelamatkannya tadi malam. Entah dengan cara apa dia harus membalas kebaikan Cio. Shani menyimpan nampan di atas meja. Lalu membuka gorden kamar itu, dan membiarkan cahaya matahari masuk.
Cio mulai mengerjapkan matanya yang silau terkena cahaya matahari yang mengenai matanya.Saat pertama kali membuka mata, Cio melihat Shani yang sedang sibuk membuka jendela. Dia menyandarkan tubuhnya di headboard, dejavu itulah yang dia rasakan. Saat ini dia merasa sedang bersama dengan Anin.
"Maaf, aku ganggu tidur kamu ya?" Tanya Shani.
"Harusnya saya yang minta maaf, saya sudah merepotkan kalian."
"Aku bawain sarapan buat kamu." Ucap Shani sambil menyerahkan sepiring nasi beserta lauk-pauk didalamnya.
"Makasih Shan, saya mau ke kamar mandi dulu." Ucapnya.
"Ya sudah, bisa gak kamu jalannya? Apa mau aku bantu?" Tanya Shani, walau bagaimanapun dia khawatir akan keadaan Cio yang belum pulih kembali.
"Gak usah, saya bisa sendiri." Cio perlahan bangkit. Baru satu langkah kaki yang Cio ayunkan, kepalanya terasa pusing. Dan tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang.