86

1.5K 304 24
                                    

Typo🙏
Happy Reading...!!!










Hari ini Cio memutuskan untuk tidak masuk kantor. Ia akan fokus pada Chika saja. Lebih tepatnya, untuk mendapatkan maaf dari Chika. Dari rumah, Cio berencana untuk mengajak Chika ke mall setelah pulang sekolah nanti. Cio tau Chika pasti akan menolak, tapi apa salahnya jika Cio mencobanya lagi. Siapa tau hati Chika akan luluh.

Cio sudah menunggu Chika di depan gerbang sekolah. Meskipun belum waktunya. Tak lama Cio melihat para murid berhamburan. Padahal ini belum jam pulang sekolah, pikirnya. Cio sudah tidak sabar menunggu putrinya itu keluar.

Keempat gadis remaja itu kini berjalan beriringan. Awalnya Ara dan Vivi dibuat terkejut dengan sikap Chika pada Christy setelah kepergian temannya itu. Chika dihujani pertanyaan oleh teman-temannya, terutama Ara. Dia takut kalau Chika berbuat aneh dan juga nekad menyakiti Christy lagi. Tapi itu semua terpatahkan dengan penjelasan yang Chika berikan. Dan dengan tangan terbuka sekaligus gembira, mereka semua menerima Christy sebagai teman baru di geng mereka. Ya meskipun sebelumnya Ara dan Vivi tidak pernah menganggap Christy sebagai musuh mereka. Hanya saja mungkin persahabatan mereka akan semakin dekat setelah ini.

Dari kejauhan Chika melihat seorang laki-laki berdiri di depan pintu gerbang.

"Chik, papa lo." ujar Ara.

"Tumben banget Chik?" sahut Vivi. Chika tidak menceritakan apa yang terjadi dengan papanya pada mereka. Sementara Christy hanya menyimak saja dan tidak ingin tau terlalu jauh juga.

Bisa Chika lihat, kalau papanya itu juga sudah menyadari kedatangannya. Menyambut Chika dengan senyuman dan tatapan penuh  kasih sayang seorang ayah pada putrinya. Senyum itu, yang dulu selalu Chika rindukan.

"Sayang." seru Cio.

Chika diam dengan tatapan dinginnya. Tidak terkesan dengan apa yang papanya lakukan. Chika berlalu di depan Cio. Membuat ketiga temannya yang berjalan di belakang berhenti seketika.

Cio dengan cepat menahan tangan Chika. "Sayang, papa mohon. Maafin papa nak. Ikut pulang sama papa."

Chika kemudian menatap tangannya yang di genggam oleh Cio, seolah meminta untuk dilepas.

Cio pun melepaskan genggamannya. "Sayang, harus dengan cara apa lagi papa minta maaf sama kamu nak? Coba bilang sama papa."

"Chika mau sendiri." ucap Chika datar sembari melangkah. Namun kembali di tahan oleh Cio.

"Sayang, kamu gak bisa giniin papa. Papa berusaha untuk berubah. Papa minta maaf. Papa sadar nak, papa udah banyak salah sama kamu."

Chika kembali menatap Cio, dengan airmata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. "Apa papa bilang? Aku gak bisa giniiin papa? SEMENTARA APA YANG UDAH PAPA LALUKAN SELAMA INI SAMA AKU PAH???? PAPA GAMPANG BANGET MINTA MAAF!" ucap Chika dengan nada bicara tinggi dan airmata yang mulai turun. Membuat teman-temannya kompak menutup mulut, tak percaya. Chika bisa meluapkan emosinya didepan sang papa bahkan semua orang saat ini sudah memperhatikan mereka.

"Makanya papa minta maaf sama kamu. APA KAMU GAK MAU NGASIH KESEMPATAN BUAT PAPA???" ucap Cio yang mulai tersulut.

Chika tersenyum getir, ternyata papanya itu tidak sepenuhnya berubah. Tanpa berkata-kata Chika langsung berlari dari sana.

"SAYANG!!!" pekik Cio.

"CHIK!!!" seru Ara.

"CHIKA!" kompak Vivi dan Christy yang kemudian berlari menyusul Chika.

"Om, maaf sebelumnya aku gak bermaksud ikut campur. Tapi lebih baik om biarin Chika sendiri dulu. Biar kita yang susul Chika." ucap Ara.

"Om minta tolong ya."

Bersama [Greshan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang