10. Maaf (2)

14 3 0
                                    

I got all these diamonds runnin' down my face.
And I ain't letting any of 'em go to waste.
Got a shot glass full of tears.

-Shot Glass of Tears by Jungkook of BTS-

*****

Alea menghembuskan nafas lelahnya. Saat ini ia sedang duduk di tribun lapangan dengan kelima juniornya. Ya, sesuai dengan kesepakatan kemarin, saat ini Alea beserta kelompoknya akan mewawancarai Agam. Sialnya lagi, mereka harus menunggu sesi latihan ekskul basket selesai.

Jadi saat ini ia hanya memandang tanpa minat ke arah lapangan, yang dipenuhi oleh anak basket. Sedari tadi Alea sadar bahwa Agam sesekali mencuri pandang ke arahnya. Namun ia enggan menanggapi hal itu. Ia masih tetap pada pendirian awalnya, yaitu mengindar dari Agam.

"Ayo mulai wawancaranya, bang Agam udah siap." Tiba-tiba Rafli datang dengan baju jersey yang basah karena keringat. Untuk memberitahu bahwa sesi wawancara mereka akan segera dimulai.

"Kita wawancaranya di mana kak?." Tanya Salwa.

"Di sini aja, bentar gue panggilin bang Agam dulu." Rafli pun beranjak pergi.

Saat ini Naura dan Dion sedang bersiap dengan semua pertanyaan yang akan mereka tanyakan. Selagi menunggu kedatangan Agam dan Rafl.
Sedangkan Alea dan lainnya hanya diam dan mengamati.

Terdengar suara langkah kaki mendekat, dari belakang punggung Alea. Sepertinya Alea sekarang mulai menyesali keberadaannya di sini. Tangannya meremat rok yang dikenakannya kuat. Demi Tuhan, kenapa ia sangat gugup?. Padahal bukan ia yang nanti mewawancarai Agam. Hingga ia bisa merasakan Agam melewati tubuhnya. Semua anggota kelompoknya segera berdiri menyambut kehadiran Agam. Kecuali Alea tentu saja, ia memilih untuk tetap duduk, enggan mendekat.

"Nah ini yang namanya bang Agam." Ucap Rafli
saat ia dan Agam sudah berada di depan semua anggota kelompoknya. Dengan seragam rapi, tidak mengenakan jersey lagi.

"Halo semuanya salam kenal, gue Agam." Agam tersenyum ramah menatap satu-persatu manusia di hadapannya. Hingga netranya menatap satu orang yang sedari tadi hanya duduk di ujung.

"Salam kenal kak Agam, kami juniornya kak Rafli di jurnalistik." Jawab Naura, lalu ia mulai memperkenalkan temannya satu persatu.

"Oke, sekarang kita mulai wawancaranya ya." Ucap Rafli saat juniornya itu sudah selesai memperkenalkan diri.

Agam mengangguk lalu mendudukkan diri di dekat Alea. Di susul dengan Naura juga Dion yang duduk di sebelahnya. Alea yang menyadari itu segera berdiri, lalu berpindah duduk di kursi yang ada di belakang Naura. Di susul Rafli yang juga ikut duduk di sebelahnya. Salwa, Intan, dan Dina juga ikut duduk bersama mereka.

"Kenapa duduk di situ?." Tanya Agam, saat menyadari Alea berpindah tempat duduk.

Semua orang yang ada di sana terkesiap mendengar itu, kecuali Rafli tentu saja. Mereka tak percaya, apakah barusan Agam mempermasalahkan Alea yang berpindah tempat duduk?. Mereka bertanya-tanya, apa hubungan di antara Alea dan Agam?.

Sedangkan Alea yang mendengar itu mencoba untuk biasa saja. "Hanya ingin." Jawabnya singkat.

"Dion kayaknya lebih baik kalau lo pindah ke tempat duduk kak Alea tadi." Ucap Salwa mengarahkan.

Dion mengangguk lalu berpindah untuk duduk di tempat Alea tadi. Naura dan Dion pun memulai sesi wawancara mereka. Sedangkan Alea dan anggota kelompok lainnya yang saat ini berada di belakang mereka hanya memperhatikan.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang