14. Liburan Semester Ganjil (2)

5 3 0
                                    

Forever Young,
i want to be forever young.
Do you really want to life
forever, forever, or never?.

-Forever Young by Alphaville-

*****

Alea, Adel dan Rafli kini sedang berada di stasiun. Dengan menggendong tas ransel masing-masing  Duduk di kursi menunggu keberangkatan kereta yang akan mereka naiki, juga menunggu kehadiran Agam. Saat ini jam menunjukkan pukul  03.50 dini hari, itu berarti masih ada waktu 25 menit lagi sebelum keberangkatan kereta mereka.

Hari ini mereka berencana untuk berlibur bersama di kota yang lumayan jauh dari kota tempat mereka tinggal. Butuh watu 3 jam untuk sampai kesana menggunakan kereta api. Nanti mereka akan pergi ke pantai yang ada di kota itu. Lalu jam 18.00 mereka akan pulang, menggunakan kereta api juga. Saat ini mereka sedang menunggu kehadiran Agam. Selagi menunggu kedatangan Agam, mereka sesekali mengobrol. Hingga,

"Maaf terlambat." Suara dari seseorang yang sedari tadi di tunggu.

Mereka pun hanya mengangguk mendengar itu.

"Kalian sudah sarapan?." Agam menatap ketiga adik kelasnya itu.

"Belum, tapi gue udah bawa bekal, di suruh ibu sih sebenarnya.." Jawab Adel.

"Sama, gue juga udah bawa bekal." Rafli menyahut.

Sedangkan Alea yang mendengar itu tersenyum kecut. Bekal ya?, bahkan ia lupa bagaimana rasa dari masakan Bundanya. Tadi pun ia datang ke stasiun sendiri, tidak ada yang mengantar. Berbeda dengan Adel yang tadi di antar oleh sang Ayah.

"Kalau lo Al?." Tanya Agam, netranya menatap Alea yang sedari tadi hanya diam.

"Gue lupa bawa bekal, nanti gue sarapan saat udah sampai di sana aja." Jawab Alea seraya tersenyum tipis.

Agam sudah menduga hal ini akan terjadi, maka dari itu, "lo makan bekal gue. Tenang aja, gue bawa 2 bekal. Sebenarnya itu buat jaga-jaga siapa tau ada yang lupa bawa bekal. Dan ya, lo lupa." Agam pun menyodorkan satu kota bekal kepada Alea.

Alea tersenyum saat menerima kotak bekal itu. "Terima kasih kak."

Agam hanya mengangguk menanggapi itu. Tidak lama terdengar suara pemberitahuan jika kereta mereka akan segera berangkat. Mereka pun beranjak untuk masuk ke dalam kereta. Mengamati tiket yang ada di tangan mereka masing-masing. Guna mencari tempat duduk yang akan mereka tempati.

"Lo duduk di kursi nomor berapa Al?." Tanya Adel.

"25 A." Jawab Alea, tetapi maniknya masih berusaha mencari keberadaan kursinya.

"Kak Agam, lo duduk di kursi nomor berapa?." Kini Adel beralih bertanya kepada Agam.

"Nomor 24 A." Jawab Agam.

Adel pun terperangah saat mendengar itu. "Wah berarti kalian duduk bersebelahan. Udah sana lo cari aja bareng kak Agam." Adel segera mendorong badan Alea ke arah Agam.

Alea pun hanya mengangguk lalu mendekat ke arah Agam, yang saat ini tampaknya masih sibuk mencari keberadaan kursi mereka.

"Itu dia." Agam pun menarik pergelangan tangan Alea menuju kursi mereka.

Setelah sampai, Agam meraih ranselnya dan ransel Alea untuk diletakkan di tempat penyimpanan barang, yang ada di atas kursi mereka. Mereka pun duduk menempati kursi masing-masing sesuai nomor.

Sialnya, Alea tidak mendapat kursi di dekat jendela. Padahal ia ingin sekali duduk di dekat jendela. Ia pun hanya menghembuskan nafas kasar. Toh percuma juga menyesal. Lalu ia menyandarkan punggungnya ke kursi. Dan mulai memejamkan matanya. Sungguh, ia sangat mengantuk saat ini.

Berbeda dengan Agam yang saat ini sangat bahagia saat mengetahui bahwa kursinya dekat dengan jendela. Lalu ia pun menyadarkan punggungnya ke kursi. Saat baru saja memejamkan mata, ia merasakan ada yang menimpa bahu sebelah kirinya. Ia pun kembali membuka matanya, melirik bahu kirinya. Ah, ternyata itu adalah kepala Alea. Agam lalu membenarkan posisi kepala Alea di bahunya, agar nanti saat bangun gadis itu tidak merasa pusing. Setelah selesai, ia pun kini mulai memejamkan matanya mengikuti Alea menuju alam mimpi.

Adel yang saat ini duduk berseberangan dengan mereka, tersenyum saat melihat kejadian itu. Adel dengan segera mengambil ponselnya, tujuannya saat ini yaitu memotret momen langka itu. Setelah selesai ia segera menyimpan kembali ponselnya, lalu juga ikut memejamkan mata. Sedangkan Rafli sedari tadi sudah berada di alam mimpi.

*****

Alea mengerjapkan matanya menyesuaikan netranya dengan sinar matahari. Menggeliat kecil, menyesuaikan posisi kepalanya dengan bantal di lehernya. Eh?, bantal?, sejak kapan bantal nya terasa keras?.

"Sudah bangun?."

Alea segera menegakkan badanya mendengar itu. Lalau menolehkan kepalanya ke samping. Netra Alea dapat melihat Agam yang saat ini sedang memijat bahunya sendiri. Sial, apa tadi dirinya tertidur di bahu Agam?.

"Maaf kak." Alea menatap Agam penuh sesal.

Agam tertawa lirih mendengar itu. "I'ts okay, ayo sarapan. 30 menit lagi kita sampai." Agam pun beranjak untuk mengambil bekal mereka yang ada di ransel.

Setelah mendapatkannya ia memberikan salah satunya kepada Alea. Alea menerima itu dengan senang hati. Mereka pun mulai melahap sarapan dengan damai. Alea juga sesekali memuji masakan ibu Agam. Rasa ini, Alea sudah lama tidak merasakan masakan seorang ibu.

Sedangkan di kursi seberang, Adel dan Rafli kini tengah berebut nuget. Sebenarnya nuget itu milik Adel, tadi ia sudah memberi Rafli 4 nuget. Tapi dengan kurang ajarnya Rafli malah meraih 2 nuget lagi.

Setelah melihat itu ia tak terima dan merebut kembali nuget yang berada di tangan Rafli. Rafli pun kembali merebutnya, hingga terjadilah adegan saling berebut nuget itu.

"Balikin, ini punya gue." Adel menatap Rafli penuh permusuhan.

"Pelit lo, gue cuman mau minta 2 aja." Rafli pun menatap temannya itu sengit.

"2 aja kata lo?!, gue tadi udah kasih 4 ya!."

"Itu kan lo yang kasih gue nggak minta, nah ini beda karena sekarang gue yang minta." Sanggah Rafli.

"Nggak bisa gitu lah, sialan!."

Alea dan Agam yang melihat dan mendengar keributan itu hanya menggelengkan kepala mereka. Mereka pun memilih untuk melanjutkan sarapan mereka tadi. Hingga mereka berdua sudah menyelesaikan sarapan, tetapi kedua manusia di seberang mereka masih saja membuat keributan.

Alea yang sudah tidak sanggup mendengar keributan itu dengan segera meraih 2 buah nuget yang menjadi akar permasalahan itu. Dan memasukkan 2 buah nuget itu ke dalam mulutnya, tanpa menyadari tatapan permusuhan yang dilayangkan kepadanya.

"Alea!."

*****

>Hi!, aku kembali lagii dengan chapter baru🐳 Semoga kalian suka ya sama chapter baru ini.
Seperti biasa kalau ada salah penulisan kalimat dan kata (typo) kalian bisa komen aja ya!. See u on the next chapter♡!.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang