11. Sialan

7 3 0
                                    

We don't talk anymore.
Like we used to do.

-We don't talk anymore by Charlie Puth-

*****

Di hari Sabtu ini Alea memutuskan untuk berkunjung ke La Vida Libreria. Sudah lama ia tak berkunjung ke sana. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali berkunjung ke sana. Hmm, sekitar 2 bulan yang lalu mungkin?. Ya benar, sudah selama itu ia menghindari Agam. Jika ia berkunjung ke La Vida Libreria, bisa saja ia bertemu Agam. Oh ayolah, ia tak ingin usahanya untuk menghindar gagal hanya karena bertemu dengan Agam.

Hingga tak terasa kini ia sudah sampai di depan La Vida Libreria. Membuka pintu lalu mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Hingga, telinganya mendengar suara yang sangat familiar. Ia seketika terdiam di tempatnya, enggan untuk melangkahkan kakinya lebih jauh.

"Selamat datang di La Vida Libreria." Itu suara Jessy. Eh tunggu!, bukan suara Jessy yang Alea maksud. Tapi,

"Sertinya sama, tatapan khas matanya masih yang lama."

Nah suara ini yang Alea maksud, suara merdu yang tanpa izin menyapa indra pendengarannya. Suara seseorang yang sedang menyanyikan
lagu dari Juicy Luicy & Adrian Khalif yang berjudul Sialan. Memejamkan mata, menikmati nyanyian itu. Hingga sebuah pertanyaan terlintas di benak Alea. Ternyata selama ini orang itu bisa bernyanyi ya?.

"Kau ajak bicara, seketika kembali ku jatuh cinta."

Netranya lalu terbuka dan beralih menatap ke arah suara itu berasal. Di sana, lebih tepatnya di kursi yang ada di depan bar. Dapat dikihatnya punggung tegap yang membelakanginya itu. Dan jangan lupakan tangan tersebut yang bergerak lincah memetik gitar.

"Sialan dia."

"Sakit dan air mata sia-sia."

"Oh?, Alea?." Ucapan Jessy menyadarkan Alea kembali dari lamunannya.

Dan ucapan itu juga menghentikan suara nyanyian tersebut. Orang itu berbalik lalu menatap terkejut ke arah Alea yang hanya berdiri mematung.

"Oh Tuhan, sudah lama sekali kau tidak berkunjung ke sini." Jessy berlari ke arah Alea, lalu memeluknya erat begitu sampai dihadapan Alea.

"Aku sangat merindukanmu tau, kenapa kau tidak pernah berkunjung lagi?" Tanya Jessy setelah melepaskan pelukan mereka.

"Oh maaf, belakangan ini aku sedikit sibuk. Jadi tidak sempat berkunjung."

"Aku mengerti, yasudah ayo duduk." Jessy segera menggandeng tangan Alea menuju tempat duduk.

Alea pun pasrah dan berjalan mengikuti Jessy. Eh?, tunggu dulu. Kenapa ia malah di bawa mendekat ke arah bar?. Jangan bilang Jessy menyuruhnya untuk duduk di dekat orang itu?. Ya Tuhan, Alea rasanya ingin melarikan diri saat ini.

"Nah, kau duduk di sini dulu. Aku akan membuatkan milkshake kesukaanmu." Jessy lalu mendorong sedikit bahu Alea untuk duduk.

Nah kan benar. Seperti dugaannya Jessy menyuruh Alea duduk tepat di samping orang itu. Tapi bagaimana pun, tidak ada pilihan lain bukan?. Dengan terpaksa Alea pun mendudukkan diri di kursi itu.

Sedangkan orang di sampingnya masih terkejut dengan kehadiran Alea yang tiba-tiba. Ia lalu segera memalingkan wajahnya saat melihat Alea duduk tepat di sampingnya. Gitar yang sedari tadi ada di pangkuannya, ia letakkan di lantai. Menegakkan badannya, lalu berdeham kecil.

"Alea." Panggilnya lembut.

Alea menoleh ka arah orang itu, "Ya?." Tanyanya.

"Bagaimana kabar lo?." Tanyanya lagi.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang