'Cause I don't know how it gets better than this.
You take my hand and drag me head first,
Fearless.-Fearless by Taylor Swift-
*****
Sudah satu bulan berlalu dari percakapan antara Alea dan Agam di La Vida Libreria. Sejak saat itu mereka menjadi sedikit lebih akrab. Di hari sabtu atau minggu mereka selalu menyempatkan untuk datang ke La Vida Libreria. Seperti biasa, kegiatan yang mereka lakukan hanya membaca. Agam dengan komik nya, dan Alea dengan novel romance nya. Tidak ada yang spesial memang. Tapi dengan interaksi mereka sekarang, itu sudah membuat Alea sangat bahagia.
Seperti sekarang ini, di hari minggu yang cerah Alea sedang duduk berhadapan dengan Agam. Tidak ada yang berbicara mereka hanya sibuk dengan kegiatan membaca masing-masing. Dengan satu gelas americano dan satu gelas lemon tea yang ada di atas meja di antara mereka. Hanya keheningan yang meliputi kedua remaja tersebut.
"Romance lagi?." Hingga akhirnya pertanyaan Agam yang memecah keheningan itu.
"Hmm." Jawab Alea tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang dibacanya.
"Lo nggak bosen baca romance terus?."
Alea meletakkan novel yang di bacanya ke meja, lalu memilih untuk meneguk sedikit lemon tea nya sebelum menjawab pertanyaan Agam.
"Kalau kak Agam sendiri, nggak bosen baca komik terus?." Gotcha!, pertanyaan yang diajukan Alea benar-benar tepat mengenai sasaran.
"Sialan, nggak usah mengalihkan pembicaraan." Agam kesal mendengar pertanyaan itu.
Alea hanya terkekeh mendengar umpatan Agam. Iya, memang sudah sedekat ini mereka hingga Agam tidak sungkan untuk mengumpatinya. Dan Alea tidak terlalu mengambil hati umpatan yang dilontarkan untuknya itu. Alea sebenarnya bingung di sebut apa hubungan di antara mereka ini.
Teman? menurut Alea kedekatan mereka melebihi sebuah teman yang hanya saling mengenal. Sahabat? tidak juga, Alea rasa mereka tidak sedekat itu untuk di panggil sahabat. Jadi mana yang benar?. Entahlah mungkin akan Alea pikirkan lain kali, untuk saat ini biarlah mereka menjalani hubungan apapun itu yang penting mereka tetap berinteraksi.
"Besok pulang bareng gue, mau?." Tanya Agam tiba-tiba.
Alea mengerutkan dahinya, tiba-tiba sekali?. Selama satu bulan kedekatan mereka Agam tidak pernah mengajaknya untuk pulang bersama.
"Kenapa?." Akhirnya Alea memilih untuk mengajukan pertanyaan tersebut, karena sejujurnya ia penasaran apa alasan Agam mengajaknya pulang bersama.
Agam mengangkat alisnya bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Alea. "Kenapa?, kenapa apanya?."
Alea mengehela nafas. "Kenapa ngajak gue pulang bareng?."
"Nggak tau pengen aja."
"Alasan yang sangat tidak masuk akal."
"Lah ngajak pulang bareng tanpa alasan emang nggak boleh?." Tanya Agam bingung.
Alea memutar kedua bola matanya malas. Malas menanggapi pertanyaan bodoh yang dilontarkan Agam.
Sedangkan Agam yang melihat respon Alea hanya mengedikkan bahunya, acuh. "Yaudah kalau nggak mau." Finalnya, daripada percakapan ini diteruskan yang mungkin bisa menimbulkan pertengkaran di antara mereka berdua.
"Iya, gue mau." Jawab Alea akhirnya, karena ia sadar kesempatan ini tidak datang dua kali.
Agam tersenyum kecil melihat Alea yang pasrah. Agam sebenarnya tau apa maksud dari pertanyaan Alea. Tapi, ia sendiri juga tidak tahu kenapa ia ingin mengajak Alea pulang bersama. Mungkin karena mereka adalah teman, mungkin.
Mereka kembali diam, bingung harus membicarakan apa. Hanya saling menatap tanpa berkata.
"Lo sama Rafli pacaran?." Hingga akhirnya Agam kembali mengajukan pertanyaan.
Sebenarnya pertanyaan ini sudah sangat ingin Agam tanyakan dari satu bulan yang lalu. Saat ia melihat Alea dan Rafli makan bersama di kantin. Tapi setiap bertemu Alea ia selalu lupa untuk menanyakannya.
Alea seketika tertawa setelah mendengar pertanyaan Agam. Ia dan Rafli pacaran?, sungguh pernyataan yang lucu sekali.
Rafli Adiwijaya namanya, dia hanyalah teman satu ekskul Alea, yang kebetulan juga menjadi salah satu junior Agam di ekstrakulikuler Basket.
Sedangkan Agam yang melihat Alea tertawa hanya mengerutkan dahinya, bingung. Apakah ada yang lucu dengan pertanyaannya?. Ia jadi kesal sendiri melihat Alea yang tidak berhenti tertawa.
Alea perlahan mencoba untuk meredakan tawanya saat menyadari raut Agam yang sudah mulai tidak bersahabat. Lalu meneguk sedikit lemon tea nya sebelum menjawab pertanyaan Agam. "Gue sama Rafli cuman teman kak." Jawab Alea seraya meletakkan kembali gelas lemon tea nya ke meja.
"Teman tapi makan bareng di kantin?." Agam memicingkan matanya, tidak percaya dengan ucapan Alea.
Alea mendengus mendengar pertanyaan Agam. "Teman nggak boleh makan bareng di kantin?, berarti gue nggak boleh makan bareng sama Adel di kantin dong."
"Ya nggak gitu juga, Adel kan cewek sedangkan Rafli cowok."
"Hah? bedanya apa?." Tanya Alea bingung.
Agam mengembuskan nafasnya lagi, terlalu malas untuk menjelaskan kepada Alea. "Pikir sendiri!." Ucapnya ketus
Alea menaikkan alisnya bingung mendengar nada bicara Agam. Kenapa Agam tiba-tiba menjadi ketus?, pikirnya. Jujur ia tidak mengerti dengan Agam. Entahlah, ia pun mengedikkan bahunya acuh dan kembali melanjutkan kegiatan membacanya.
Agam kini semakin merasa kesal setelah melihat respon Alea. Ia memilih untuk beranjak pergi meninggalkan Alea dan berjalan menuju bar. Duduk di kursi kecil yang ada di depan meja bar, memilih memperhatikan Jessy yang tengah membuat pesanan pelanggan lain.
Ia juga bingung kenapa ia bertingkah seperti ini. Padahal Alea sudah menjawab bahwa hubungan Alea dan Rafli adalah teman. Tetapi ia masih merasa tidak percaya dengan jawaban tersebut. Ia tidak yakin ada apa dengan dirinya, ia merasa ada yang salah dengan dirinya.
"Kenapa kau duduk di sini?." Pertanyaan yang dilontarkan Jessy membuyarkan pikiran Agam.
"Tak apa hanya ingin saja." Jawabnya seraya tersenyum kecil.
Jessy memandangnya, "Seingatku sudah lama kau tak duduk di sini, semenjak Alea berkunjung kesini mungkin?. Kau lebih sering memilih duduk dengan Alea setelah itu."
Agam terdiam, benar sudah lama ia tak duduk di sini. Dulu, sebelum Alea berkunjung ke sini Agam sudah lebih dulu sering berkunjung ke sini.
Dan saat berkunjung ia selalu memilih untuk duduk di depan bar dengan membaca komik. Tapi setelah Alea berkunjung entah kenapa Agam lebih suka duduk dengan Alea.
Ah, lagi dan lagi ia tak mengerti alasannya kenapa sikapnya dan juga kebiasaannya bisa berubah hanya dengan kehadiran Alea di hidupnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Novela Juvenil"Bagaimana kalau kita mulai dengan first date?." . . . . Alea Zea Askiya itu seperti bulan. Bulan yang selalu sendirian di malam hari yang dingin dan gelap. Hanya sendiri. Tetapi, untungnya Tuhan menciptakan Agam Arkatama sebagai Bintang. Bintang ya...