Bab 9: Dalam Dinginnya Pagi

25 6 0
                                    

Yitzhaq terbangun pagi itu dengan perasaan masih dilingkupi oleh sisa-sisa mimpi buruknya. Cahaya lembut fajar mulai menembus jendela kecil di kamar asrama yang luas. Ruangan itu penuh dengan ranjang-ranjang bersebelahan, ditempati oleh anak-anak asrama yang lain. Suara napas mereka yang tertidur lelap membuat suasana terasa sedikit tenang, meski ketegangan masih menggantung di udara.

Tak lama kemudian, suara langkah berat terdengar mendekat di lorong. Penanggung jawab asrama, seorang pria tua dengan wajah serius, membuka pintu kamar dan mulai membangunkan anak-anak yang masih tertidur. "Bangun, semuanya! Waktunya bersiap-siap!" suaranya yang keras memecah keheningan pagi, membuat anak-anak mulai beranjak dari tempat tidur mereka dengan malas.

Dentang lonceng gereja yang menggema dari kejauhan seolah menjadi tanda resmi dimulainya hari baru. Yitzhaq perlahan bangkit dari tempat tidurnya, tubuhnya masih terasa kaku dan lelah. Dengan pandangan yang masih mengantuk, ia bergabung dengan teman-teman asramanya yang lain, menuju kamar mandi bersama-sama.

Di kamar mandi asrama, suasana pagi terasa dingin dan tidak nyaman. Suara keran air yang mengalir bersaing dengan tawa dan teriakan anak-anak asrama lainnya. Yitzhaq merasa sedikit canggung berada di tengah keramaian ini, tetapi ia berusaha untuk fokus menyelesaikan rutinitasnya. Dengan cepat, ia menanggalkan pakaiannya dan masuk ke dalam bilik mandi yang kosong.

Air dingin yang menyentuh kulitnya membuat Yitzhaq terkejut sejenak, tetapi ia segera terbiasa. Sambil membersihkan tubuhnya, pikirannya mengembara kembali ke rumahnya di Eropa, mengenang kamar mandinya yang nyaman dan hangat, jauh berbeda dari keadaan asrama ini. Bayangan keluarganya muncul, dan sejenak ia merasa sangat merindukan mereka.

Selesai mandi, Yitzhaq segera mengeringkan tubuhnya dan mengenakan pakaian bersih. Ia ingin cepat keluar dari kamar mandi sebelum anak-anak lain mulai mengganggunya. Namun, saat ia hendak mengambil handuknya untuk mengeringkan rambut, beberapa anak yang lebih besar mulai memperhatikannya. Salah satu dari mereka, berwajah bulat dengan rambut coklat yang mengkilap, mengejek Yitzhaq dengan suara keras. "Eh, lihat siapa yang datang! Ini si Isaak, si anak baru!" ujarnya dengan nada sinis yang mengiris telinga.

Yitzhaq berusaha mengabaikan mereka dan bergegas menuju wastafel untuk mencuci tangan setelah mengganti pakaiannya. Namun, seorang anak yang lebih tinggi dan kurus dengan wajah nakal dengan sengaja menjatuhkan handuk yang Yitzhaq letakkan di sebelahnya. "Ups, maaf! Handukmu jatuh," katanya dengan nada jelas-jelas tidak tulus, matanya berkilat licik.

Yitzhaq hanya menunduk dan mengambil handuknya dari lantai, berusaha untuk tidak membalas perbuatan mereka. Namun, ketidaknyamanan semakin meningkat saat anak-anak lain mulai berkumpul di sekelilingnya, memancing tawa dan komentar yang membuatnya semakin malu.

"Sini, Isaak! Katakan padaku, apakah kau tidak tahu cara menggunakan wastafel?" tanya seorang anak dengan rambut pirang, meniru aksen Yitzhaq dengan cemoohan yang tajam.

Wajah Yitzhaq memerah karena malu. "Tolong, jangan..."

"Jangan apa? Jangan mengejekmu? Kami hanya ingin tahu lebih banyak tentang 'anak baru' yang keren ini," sambung salah satu anak lainnya dengan nada meremehkan, suaranya penuh kepalsuan.

Sementara Yitzhaq berusaha menyelesaikan rutinitasnya, seorang anak dengan rambut hitam dan mata tajam dengan sengaja mengekencangkan aliran air dingin pada keran di wastafel, membuat air yang semula mati kini membasahi baju Yitzhaq yang sudah ia ganti setelah mandi.

Yitzhaq berdiri di sana, merasa tidak berdaya, sementara ejekan dan tawa anak-anak itu semakin memojokkannya. "Hah, lihat! Dia basah kuyup!" teriak anak yang mengekencangkan air, suaranya penuh kepuasan.

"Sudahlah, kalian!" teriak seorang anak lain yang berdiri di samping mereka, mencoba menghentikan keributan dengan nada marah. "Biarkan dia menyelesaikan mandinya. Kita tidak perlu membuatnya lebih buruk."

Bettelheim [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang