!! Kejutan yang aku maksud di Chapter 1, adalah Cahpter ini !!
Happy Reading🏹
Malam telah turun, dan kegelapan menyelimuti kastil dengan ketegangan yang entah kapan selesainya. Di dalam kamar Pangeran Avi, waktu seakan berhenti. Semua orang menunggu laki-laki itu yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Setiap hembusan napas yang tertahan, setiap detik yang berlalu, hanya menambah beban kecemasan yang seakan menggantung di udara.
Halfoy, yang tak tahan lagi berada dalam suasana yang begitu menyesakkan, memutuskan untuk keluar. Dengan langkah besar, ia meninggalkan kamar itu, mencoba melarikan diri dari perasaan tak berdaya yang terus menggerogoti hatinya. Udara malam yang dingin menyambutnya, namun tidak bisa meredakan api kekhawatiran yang membakar dalam dirinya. Langkah besarnya membawanya menembus gelap yang menyerang di depan sana. Ia berjalan menuju pemukiman kurcaci, membiarkan pikirannya teralihkan sementara oleh desiran angin dan suara langkah kakinya yang menghantam tanah.
Beberapa meter sebelum sampai, Halfoy melihat kerumunan para kurcaci di bawah lentera-lentera yang memancarkan cahaya hangat. Cahaya tersebut seperti oase di tengah malam yang kelam, memberikan sedikit kelegaan di tengah kegelapan. Para kurcaci tampak tengah merayakan sesuatu, mungkin sebuah kemenangan, meskipun atmosfernya tetap dipenuhi rasa waspada.
Halfoy mendekat, matanya mencari sosok yang dikenalinya. Goufie, salah satu kurcaci yang langsung mengenali kehadirannya. Dengan senyum ramah, Goufie melambaikan tangan, mengundangnya untuk bergabung.
“Apa semua baik-baik saja?” tanya Halfoy dengan nada khawatir, meskipun sedikit harapan mulai tumbuh dalam suaranya.
Goufie mengangguk dengan senyum lega. “Hanya beberapa terluka, tapi kita berhasil,” jawabnya dengan nada yang menyiratkan rasa puas.
“Syukurlah,” ujar Halfoy, merasa beban di hatinya sedikit terangkat. Namun, sebelum ia bisa menikmati rasa lega itu, Goufie menariknya lebih dekat ke tengah kerumunan kurcaci.
Di antara para kurcaci yang saling merawat luka, Halfoy melihat sosok yang tak asing baginya. Bibi Anne, wanita yang selama ini menjadi duri dalam daging, kini berada di tengah-tengah para kurcaci, terikat dan tak berdaya. Halfoy merasakan lonjakan emosi yang tidak terduga—perpaduan antara kelegaan dan kemarahan.
“Kau mungkin akan senang melihat itu,” kata Goufie, menunjuk ke arah Bibi Anne dengan nada yang mengisyaratkan bahwa Halfoy seharusnya puas melihat wanita itu akhirnya berada dalam posisi yang tidak berdaya.
Halfoy mendekati Bibi Anne, menatapnya dengan tatapan yang penuh kebencian. Namun sebelum ia sempat mengucapkan sepatah kata pun, Bibi Anne berbicara lebih dulu dengan nada yang dingin dan tanpa penyesalan.
“Apa Avi sudah mati?” tanyanya dengan santai, seolah nyawa seseorang tidak lebih dari sekadar topik percakapan yang ringan.
Darah Halfoy mendidih mendengar pertanyaan itu. Bagaimana bisa ada seseorang yang begitu kejam dan tidak berperasaan? Kebencian yang selama ini ia pendam terhadap wanita ini sekarang mencapai puncaknya. Dulu, Halfoy mungkin pernah bersikap baik kepadanya, namun kini ia menyesali semua itu. Bibi Anne tidak layak menerima kebaikan apa pun, ia hanya layak menerima balasan atas semua keburukannya.
Namun, sebelum Halfoy bisa membalas ucapan Bibi Anne, Gren muncul di hadapannya, membawa sesuatu. Dengan wajah yang serius, Gren menyodorkan sebuah tongkat sihir ke arah Halfoy—tongkat milik Bibi Anne yang kini berada di tangannya.
“Kau mungkin ingin menghancurkan ini,” kata Gren, memberikan tongkat itu kepada Halfoy seperti sebuah hadiah yang berharga.
Halfoy tersenyum senang melihat tongkat itu di tangannya, ia menerimanya tanpa ragu. “Bukan aku yang akan menghancurkannya, tapi seseorang,” jawab Halfoy. Ia tahu bahwa tongkat ini akan berakhir di tangan yang tepat. “Terima kasih, Gren.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞
Fantasy[BAGIAN KEDUA] SELESAI Setelah kematian tragis Caspian, dunia tampak berjalan seolah-olah dia tak pernah ada. Para pangeran yang dulu bersama dan merasakan kehadirannya setiap hari kini melupakan setiap momen dan kenangan tentangnya. Hanya satu oran...