Chapter 22 - Gagal

57 14 6
                                    

Happy Reading🏹

Udara pagi yang dingin menyelimuti kastil, mengiringi bangunnya Caspian. Saat ia membuka matanya, samar-samar terdengar langkah-langkah ringan dari lantai atas. Savior sudah bangun lebih dulu. Laki-laki itu tampak rapi, dengan mantel panjangnya yang tertata sempurna, meski matahari belum sepenuhnya muncul di horizon karena mendung pekat mendominasi awan.

Caspian, yang masih sedikit mengantuk, berjalan melewati lorong-lorong yang sepi. Suasana kastil begitu tenang, seakan terjebak di antara malam dan pagi. Ia bisa membayangkan bahwa Bentely, Theodore, dan Halfoy masih terlelap, terjebak di alam bawah sadarnya karena semalam tidur di waktu larut. Kakinya membawanya ke dapur, tepat ketika Bibi Sua baru saja kembali dari pasar, tangan-tangannya dipenuhi dengan tas belanjaan.

Melihat Savior yang sudah siap untuk berangkat, Caspian tahu Savior mungkin tidak akan sempat sarapan, terutama karena Bibi Sua belum mulai memasak. Tanpa pikir panjang, Caspian mengambil inisiatif untuk membuatkan sandwich sederhana. Dengan roti yang selalu tersedia di rak penyimpanan, ia menggoreng telur dan menyiapkannya dengan cepat. Dua porsi, satu untuk Savior dan satu lagi untuk Ayah mereka.

Ketika Caspian hendak membawa sandwich itu ke meja makan, ia terkejut mendapati Bentely sudah berdiri di belakangnya, senyum cerah terlukis di wajahnya.

“Pagiiii,” sapa Bentely ceria, suaranya menggema lembut di dapur yang hening.

Caspian tersenyum tipis, lega melihat Bentely yang ia kenal sudah kembali—santai dan penuh semangat seperti biasa. "Pagi," balas Caspian singkat.

Bentely menatap sandwich di tangan Caspian dengan senyum kecil yang tersirat di sudut bibirnya

“Aku cuma buat dua untuk Ayah dan Savior. Kau mau? Biar ku buatkan,” kata Caspian, seolah bisa membaca apa yang ada di pikiran Bentely.

Bentely menggeleng dengan pelan. “Aku akan buat sendiri,” jawabnya sambil berjalan ke arah dapur.

Caspian hanya mengangguk dan kembali berjalan ke arah meja makan lalu kembali lagi ke dapur untuk menyelesaikan hal lain, memanaskan susu sapi segar yang disimpan di lemari pendingin. Ia memanaskannya dalam panci kecil, kemudian menuangkannya ke dalam lima gelas—satu untuk dirinya, dan empat lainnya untuk yang lain.

Tanpa banyak bicara, Caspian memberikan segelas susu kepada Bentely, yang menerimanya dengan senang hati. Tidak lama kemudian, Savior muncul dari belakang mereka, sandwich yang Caspian buat sudah di tangannya, setengahnya sudah terkunyah.

“Kalau makan, sambil duduk,” tegur Caspian dengan nada tegas.

Savior mengangguk sambil mencoba menelan makanannya, lalu berjalan ke meja dapur untuk duduk. Caspian menghampirinya dan meletakkan segelas susu di depannya, lalu ikut duduk di sampingnya. Suasana dapur yang semula sepi mulai diisi oleh kehangatan mereka bertiga. Bibi Sua, sepertinya tengah berada di kebun belakang, mungkin memetik sayuran segar untuk sarapan nanti karena Bibi Zeyi belum tempak berada di kastil.

Bentely tak lama ikut duduk, membawa piring berisi sandwich buatannya sendiri. "Kapan kau berangkat?" tanyanya pada Savior.

"Setelah ini," jawab Savior singkat sambil menghabiskan makanannya.

Savior kemudian beralih menatap Caspian. “Apa Theodore sudah bilang? Dia mau mengajakmu ke makam hari ini.”

Caspian mengangguk. Ia sudah tahu sejak semalam.

“Mau pergi jam berapa?” tanya Savior.

Caspian menggeleng. “Belum tahu, tapi terserah Theodore.”

Savior mengangguk mengerti. Tidak lagi bertanya, ia mengambil gelas berisi susu dan meneguknya perlahan tanpa sisa.

Suasana hening sejenak hingga Bentely memecah keheningan. "Caspian," panggilnya.

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang