VN²

272 16 42
                                    

Balik lagi dengan sisi😻💗

Bagaimana kabar kalian?💗

Venus melangkahkan kakinya santai, menyusuri koridor menuju kelas nya. Ke empat teman nya, masih di kantin. Berlama-lama di kantin, membuat Venus mati kebosanan. Ia rasa, lebih baik di kelas kalau tidak di rooftop saja, daripada di ruangan yang sangat berisik seperti kantin.

"HUAAA, PLIS JANGAN ARGAAAA!"  Jeritan Viong memecah kesunyian kelas,  suaranya bergetar hebat,  mencerminkan kepanikan yang  mencengkeram jiwanya.

Viong berlari kencang,  menghindar dari bayangan Arga yang mengejarnya dengan  tikus besar di tangan.  "ARGAAA"

"Hahaha tikus nya mau sama lo Viong"  Teriak Arga,  suaranya  bercampur tawa  yang  menyeramkan. 

"PUTRIII, CELIAAAA, TOLONGIN GUE PLISS!"  Viong  memohon,  napasnya  tersengal-sengal.

Putri  menatap  keduanya  dengan  tatapan  datar,  "Udah Arga, sahabat gue udah mau nangis itu." Ucap nya, sedangkan Celia malah menikmati momen itu dengan cekikikan.

  Viong  menyerah,  tubuhnya  lemas  menyangga  papan tulis.  Air matanya  mengalir  deras,  mencerminkan  ketakutan  yang  mendalam. "Arga udah, gue capek banget" 

Arga  terkejut  melihat  Viong  menangis.  Tawa  nakalnya  lenyap  seketika,  tergantikan  oleh  rasa  bersalah.

Dengan  cepat,  Arga  melemparkan  tikus  mati  itu  ke  tong sampah.  Dia  mendekati  Viong,  mencoba  menenangkannya.

"Sorry Yong, lo sampai ketakutan begini,"  ucap  Arga  lembut,  jari-jarinya  mengusap  air mata  Viong.

"ARGHHHH TANGAN LO BEKAS TIKUS ARGAAA!"  Viong  menjerit  ketakutan,  menghindar  dari  sentuhan  Arga.  Dia  berlari  kencang,  tanpa  menyadari  jika  pintu  tertutup.

Dugh!

Tubuh  Viong  menabrak  pintu,  wajah  cantiknya  terbentur  dengan  keras.

"Aduh!" 

Viong  bertekad,  dia  benar-benar  akan  mendiami  Arga  sampai  tamat!

...

Venus, dengan langkah pasti, menelusuri koridor menuju kelasnya.  Tatapannya dingin,  memandang lurus ke depan,  seolah-olah dunia di sekitarnya  hanya  sebuah  bayangan  yang  tak  berarti.

Suara  benturan keras  dari  dalam  kelas  MIPA1  menyeruak  ke  telinganya.  Venus  menoleh  sejenak,  tatapannya  datar,  tanpa  sedikitpun  rasa  ingin  tahu.  Dia  kembali  melanjutkan  langkahnya,  menenggelamkan  diri  dalam  dunia  sendirinya.

Tatapan  kekaguman  dari  orang-orang  di  koridor  tak  berpengaruh  padanya.  Venus  tak  terusik,  langkahnya  tetap  tegas,  seolah-olah  dia  berjalan  di  atas  karpet  merah  yang  membentang  menuju  takdirnya.

"Venussss"

Suara melengking dari luar kelas, mampu menghentikan Venus yang hendak membenamkan wajahnya di lipatan tangan nya.
"Malah balik sendiri lo bos" ucap Alfarendra sambil duduk di bangku depan milik Venus.

"Bos?"  gumam Venus dalam hati.

"Heheh, setelah di pikir-pikir lo lebih cocok jadi ketua deh" kata Alfarendra dengan menatap Venus dengan posisi duduk menyamping sambil menyandar ke dinding.
"Benar bos, terus si Al waketu nya" tambah Gio
Sedangkan Niel, dan Gavin hanya mengangguk.

"Ga tertarik;"

"Astaga bos, kayak cewek aja main nolak-nolak mulu,"  heran Alfarendra,  suara  kecewa  terdengar  jelas  dalam  suaranya.

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang