Balik lagi dengan sisi😻💗
Bagaimana kabar kalian?💗
Venus melangkahkan kakinya santai, menyusuri koridor menuju kelas nya. Ke empat teman nya, masih di kantin. Berlama-lama di kantin, membuat Venus mati kebosanan. Ia rasa, lebih baik di kelas kalau tidak di rooftop saja, daripada di ruangan yang sangat berisik seperti kantin.
"HUAAA, PLIS JANGAN ARGAAAA!" Jeritan Viong memecah kesunyian kelas, suaranya bergetar hebat, mencerminkan kepanikan yang mencengkeram jiwanya.
Viong berlari kencang, menghindar dari bayangan Arga yang mengejarnya dengan tikus besar di tangan. "ARGAAA"
"Hahaha tikus nya mau sama lo Viong" Teriak Arga, suaranya bercampur tawa yang menyeramkan.
"PUTRIII, CELIAAAA, TOLONGIN GUE PLISS!" Viong memohon, napasnya tersengal-sengal.
Putri menatap keduanya dengan tatapan datar, "Udah Arga, sahabat gue udah mau nangis itu." Ucap nya, sedangkan Celia malah menikmati momen itu dengan cekikikan.
Viong menyerah, tubuhnya lemas menyangga papan tulis. Air matanya mengalir deras, mencerminkan ketakutan yang mendalam. "Arga udah, gue capek banget"
Arga terkejut melihat Viong menangis. Tawa nakalnya lenyap seketika, tergantikan oleh rasa bersalah.
Dengan cepat, Arga melemparkan tikus mati itu ke tong sampah. Dia mendekati Viong, mencoba menenangkannya.
"Sorry Yong, lo sampai ketakutan begini," ucap Arga lembut, jari-jarinya mengusap air mata Viong.
"ARGHHHH TANGAN LO BEKAS TIKUS ARGAAA!" Viong menjerit ketakutan, menghindar dari sentuhan Arga. Dia berlari kencang, tanpa menyadari jika pintu tertutup.
Dugh!
Tubuh Viong menabrak pintu, wajah cantiknya terbentur dengan keras.
"Aduh!"
Viong bertekad, dia benar-benar akan mendiami Arga sampai tamat!
...
Venus, dengan langkah pasti, menelusuri koridor menuju kelasnya. Tatapannya dingin, memandang lurus ke depan, seolah-olah dunia di sekitarnya hanya sebuah bayangan yang tak berarti.
Suara benturan keras dari dalam kelas MIPA1 menyeruak ke telinganya. Venus menoleh sejenak, tatapannya datar, tanpa sedikitpun rasa ingin tahu. Dia kembali melanjutkan langkahnya, menenggelamkan diri dalam dunia sendirinya.
Tatapan kekaguman dari orang-orang di koridor tak berpengaruh padanya. Venus tak terusik, langkahnya tetap tegas, seolah-olah dia berjalan di atas karpet merah yang membentang menuju takdirnya.
"Venussss"
Suara melengking dari luar kelas, mampu menghentikan Venus yang hendak membenamkan wajahnya di lipatan tangan nya.
"Malah balik sendiri lo bos" ucap Alfarendra sambil duduk di bangku depan milik Venus."Bos?" gumam Venus dalam hati.
"Heheh, setelah di pikir-pikir lo lebih cocok jadi ketua deh" kata Alfarendra dengan menatap Venus dengan posisi duduk menyamping sambil menyandar ke dinding.
"Benar bos, terus si Al waketu nya" tambah Gio
Sedangkan Niel, dan Gavin hanya mengangguk."Ga tertarik;"
"Astaga bos, kayak cewek aja main nolak-nolak mulu," heran Alfarendra, suara kecewa terdengar jelas dalam suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS (END)
Teen FictionYong," panggil Venus, tangannya meraih tangan Viong, menahannya sebelum gadis itu melangkah pergi. "Boleh gue cium lo?" tanya Venus, suaranya serak, penuh dengan keinginan yang tak terucapkan. "Ha?" gumam Viong, bibirnya sedikit terbuka. Venus tak...