VN³

200 17 147
                                    

Halo, Squad! 👋 Kembali lagi dengan Sisi!

Setelah beberapa hari sibuk, akhirnya aku update lagi! Sedikit sedih sih, cerita aku belum ada yang baca. 😅 Ayo dong guys, kalau kalian baca, vote dan komen! Biar sisi makin semangat lanjutin nya.

Penasaran sama kelanjutan cerita Viong dan Venus? 😉 Jangan lupa follow akunku biar nggak ketinggalan update terbaru!

Oke, semangat membacanya! 💖

💗💗💗

Justin Bieber - Peaches 🎶🎶🎶

Benjolan di kening Viong sudah mulai memudar, meninggalkan bekas samar. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Waktu yang pas untuk berpetualang ke Indomaret. Ia beranjak dari kasur, semangatnya terdongkrak oleh aroma jajanan malam.

"Ke Indomaret bentar ah," gumamnya, sambil meraih dompet dan menyelipkannya di saku hoodie kesayangannya.

Viong tak perlu izin. Bibi pasti sudah terlelap, dan Mama pasti sedang lembur. Ia melenggang keluar, tak takut dengan sepi malam. Gadis yang tak pernah naik motor ini, kini melangkah jauh dari rumah.

"Andai mobil nggak dibawa Mama, pasti gue nggak jalan kayak gini," gumamnya, sesekali menoleh ke belakang.

Akhirnya, Indomaret pun terlihat. Viong masuk, matanya berbinar-binar melihat deretan snack menggoda. Ia memilih dengan cermat, sesekali mengambil beberapa barang lainnya.

"Ba!"

"Allahu Akbar!" Viong tersentak, tangannya langsung meraih dadanya. Ia terkejut bukan main saat sebuah tangan tiba-tiba menempel di pundaknya.

Viong langsung memasang wajah datar saat melihat Arga.
"Viong, maafin yang tadi siang" ucap Arga, suaranya terdengar menyesal.
Viong diam, tak ingin memberi Arga kepuasan dengan mudah.
"Yong" panggil Arga lagi mengikuti Viong, yang berjalan menuju kasir.

Viong mengucapkan terima kasih kepada kasir, setelah membayar belanjaannya.
Arga langsung menahan tangan Viong, yang hendak berlalu.

"Yong, maafin" pinta Arga suaranya terdengar lebih mendesak.

Viong menatap Arga, hatinya masih bergejolak tapi ia berusaha bersikap tenang.

"Hm" gumamnya singkat.

"Serius lo maafin Yong?" tanya Arga tak percaya.

"Hm, udah ah, gue mau pulang" jawab Viong berusaha melepaskan tangannya.

"Gue anterin, sebagai permintaan maaf gue" ujar Arga.
"Nggak usah, kan udah gue maafin" balas Viong berusaha tegas.
"Ini udah larut Yong, gue anter ya" bujuk Arga.
"Kalau lo anter, gue marah lagi" ucap Viong suaranya sedikit meninggi.
Arga akhirnya mengalah.
"Yaudah cium dulu" ucapnya asal berharap Viong luluh.

Plak!

"Gaje!" Viong menampar pelan lengan Arga, lalu berlalu dengan cepat.
Arga tersenyum geli melihat Viong yang sudah pergi.  Viong memang menggemaskan.

Viong berjalan gontai, dua kantong kresek belanjaan menempel di tangannya. Jalanan sepi, hanya beberapa kendaraan yang sesekali melintas. Sebagai perempuan, rasa takut sedikit menggerogoti hatinya.

"Naik" ucap seseorang tiba-tiba. Viong tersentak, jantungnya berdebar kencang.
"Njir, apa gue bakal dibegal?" batinnya menjerit.

"G..." Ia terdiam, tak mampu melanjutkan kalimatnya. Pengendara itu membuka helm full face-nya, memperlihatkan wajah yang tak asing.

"Ven?" tanyanya, lega karena ternyata Venus yang menghampirinya.

Venus meletakkan helmnya di depan, lalu menarik pelan tubuh Viong agar lebih dekat. Ketakutan Viong perlahan mereda, namun masih ada rasa canggung. Venus, yang biasanya jarang berkomunikasi dengannya, kini menarik tubuhnya, membuat Viong semakin bingung.

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang