VN¹⁷

489 26 0
                                        

Happy reading 💐💐💐





  Viong meletakkan handphone-nya sebentar di atas perutnya, saat rasa kantuk menghampiri. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan hujan deras membasahi jendela kamarnya. Viong yang berencana begadang karena besok hari Minggu, mulai tergoda untuk memejamkan mata.

"Ah, hujan begini enaknya tidur," gumamnya, sambil menarik selimut lebih dekat.

Ting!

Notifikasi dari handphone-nya membuyarkan lamunannya. Viong membuka mata dan melihat pesan dari Venus.

"What?!" Viong langsung terlonjak dari tempat tidur, jantungnya berdebar kencang. Pesan dari Venus selalu membuatnya terkejut.

Tanpa pikir panjang, Viong berlari ke pintu kamar dan bergegas turun ke bawah.

Ceklek!

Viong membuka pintu utama dengan hati-hati dan mengambil payung.

"Venus?" Viong tercengang, saat melihat Venus berdiri di depan rumahnya, basah kuyup diguyur hujan.

Viong langsung berlari ke arah Venus, dan membukakan gerbang.

"Ven, lo ngapain di sini?" tanya Viong, sambil mengangkat payung untuk melindungi Venus.

"Dingin," ucap Venus, bibirnya bergetar menahan dingin.

Viong mengangguk, "Jelas dingin lah, orang lo diguyur hujan," pikirnya dalam hati.

"Masuk dulu, ayok," ucap Viong, sambil meraih tangan Venus. Namun, Venus menahannya.

"Ini hujan, Ven, nanti lo sakit," kata Viong.

"Hug me, Yong," pinta Venus.

"Iya, nanti, kita masuk dulu," balas Viong.

"Lama?" tanya Venus.

"Iya, Ven, ayo," Viong kembali menarik Venus, tapi Venus tetap tidak mau bergerak.

"Kiss?" tanya Venus, matanya berkilauan.

"Yes, as much as you like!" ucap Viong, suaranya lebih tegas kali ini.

"Oke!" Balas Venus, dan segera mengikuti Viong masuk ke dalam rumah.

...

Venus menatap datar Viong, setelah berhasil memakai celana panjang piyama Viong yang dipadukannya dengan kaos oversize miliknya.

"Cocok kok, sempit banget ya celananya?" tanya Viong, berdiri dengan menyandar di meja rias. Venus menggeleng, walau ia merasa celana itu sedikit ketat di kakinya.

Venus berjalan mendekati Viong, dan menariknya pelan. Ia duduk di pinggir kasur, dan membawa Viong duduk di pangkuannya. "Keringin, Yong," ucap Venus, dan langsung dipatuhi oleh Viong.

"Nanti, Ven, tunggu gue keringin," ucap Viong, saat Venus hendak memeluknya.
"Sebentar aja, Yong," balas Venus.

Sialan! Kenapa Venus semenggemaskan ini?

Viong tidak menjawab, dan segera mempercepat kegiatannya mengeringkan rambut Venus.
"Udah," ucap Viong, lalu segera berdiri.
"Hug me," balas Venus. Viong mengangguk, lalu merentangkan tangannya.
"Come on," ucap gadis itu.

Venus tersenyum, "Gue merindukan ini," gumamnya, lalu segera berhamburan ke pelukan Viong. Venus memeluk Viong dengan amat erat, seolah tak ingin melepaskan.

"Ven, gue tau ini tiba-tiba. Tapi, kalau lo ada masalah, gue ada kok," ucap Viong, sambil mengelus-elus punggung Venus. Venus mengeratkan pelukannya, seakan memberitahu Viong ia menyetujui tanpa perlu kata-kata.

Cukup lama mereka berpelukan, membuat Viong sedikit pegal. "Ven, kaki gue pegel, hehehe," ucap Viong hati-hati, takut Venus merasa tersinggung. "Gue nggak marah kok, kalau mau peluk lagi, it's oke. Tapi jangan sambil berdiri," jelas Viong, saat Venus menatapnya.

"Jangan tinggalin gue, Yong," ucap Venus, sesaat sebelum ia meraih tengkuk Viong dan segera menempelkan kedua bibir mereka. Viong membelalakkan matanya, namun segera memejamkan nya saat merasa malu melihat Venus menciumnya dengan mata tertutup.

Venus melumat bibir Viong dengan sangat lembut, tanpa ada kesan terburu-buru. Viong hanya bisa memilih sisi baju Venus, saat Venus menerobos lidahnya agar masuk ke dalam mulut Viong.

Malu! Ini sangat memalukan!

Viong benar-benar tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dan ia rasa, ia sangat nakal bersama Venus.

Venus mendorong badan Viong pelan-pelan, hingga keduanya terjatuh di kasur.

Merasa pasokan udara menipis, Viong memukul pelan pundak Venus.

Cup!

Tautan bibir mereka terputus, dan Venus mengakhirinya dengan satu kecupan manis di bibir Viong.

...

""Ven, kita nakal banget," ucap Viong, sambil melihat Venus yang berada di atasnya.

"Lo suka sama gue, Yong?" Tanya Venus, sambil menatap lekat manik indah di bawahnya.

Apakah saatnya Viong memperjelas perasaannya?

"Gue nggak tau, Ven. Tapi kalau ada lo, jantung gue... nggak aman," ucap Viong malu-malu.

Venus tersenyum kecil, lalu mengecup kening Viong sedikit lama. "Jangan biarin gue pergi," ucap Venus pelan, lalu berdiri. Viong menghembuskan nafasnya, lalu duduk.

"Kita langsung tidur?" Tanya Venus.

"Ha? Kita?" Tanya Viong kurang paham.

"Biarin gue tidur sama lo," ucap Venus.

"Kalau gue tolak?" Tanya Viong.

"I don't care, gue tetap tidur sama lo!" Balas Venus, lalu segera tidur di kasur dan diikuti Viong yang tampak malu-malu.

Venus menarik Viong, dan berakhir di pelukannya. "Kenapa, Ven?" Tanya Viong, saat Venus menatapnya. Venus memperhatikan lekat wajah cantik gadis itu. Wajah yang berhasil membuat dirinya tersenyum tiba-tiba, di antara beribu masalahnya.

"Satu bulan?" Tanya Venus, sambil mengelus-elus pipi Viong.

"Maksudnya?" Tanya Viong bingung.

"Belum ada satu bulan," bukannya menjawab, Venus bernyanyi pelan sambil tersenyum jahil.

"Ihh," Viong mencubit perut cowok itu, lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Venus.

"Apapun yang terjadi, lo part terbaik gue, Yong," ucap Venus, lalu mengeratkan pelukannya.

"Ini terlalu cepat, Ven," balas Viong, dengan suara terendam.

"Hm, gue tau," balas Venus, lalu keheningan menyelimuti mereka, sampai mereka masuk ke dunia alam bawah sadar.

....

08:00

Viong duduk di kasurnya, sambil menatap lantai kosong. Banyak harapannya semalam, jika ia terbangun dia akan melihat wajah tampan Venus. Tapi, dia bangun terlalu siang dan sekarang Venus sudah tak di kamarnya.

Viong memegang dadanya, yang menghangat. "Secepat itu gue suka sama lo, Ven," ucap Viong, sambil menahan bibirnya yang ingin bersorak bahagia. Ia tersenyum salting, saat mengingat momen indahnya semalam dengan Venus.

Ia mengigit jari telunjuknya, lalu kembali tengkurap sambil menendang-nendang kasurnya tak bisa menahan salah tingkahnya. "Bisa gila gue, Ven," gumam Viong, sambil senyum-senyum.

Sementara itu, di basecamp Vegas, terdapat 5 orang sedang bermain Ludo. Permainan sederhana, namun itu mampu membuat suara tawa sangat jelas terdengar dari sana.

"Al, lo jangan curang!" Ucap Gavin saat Alfa, malah memutar dadu miliknya.

"Aelah, cuman sekali," ucap Alfa sambil tersenyum jahil.

Permainan terus berlanjut, hingga pemenang pertama diraih oleh Niel, kedua Gavin, ketiga Venus, keempat Gio dan yang terakhir Alfa.

Setelah bermain Ludo, mereka berencana ingin beres-beres namun sebuah suara dari pintu depan membuat pergerakan mereka berhenti.

To be continue 💐💐

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang