Hai, guys! Kalian udah baca cerita yang sebelumnya kan? Jangan lupa vote ya, biar aku semangat ngelanjutin ceritanya!
Selamat datang kembali di cerita Venus dan Viong! Siap-siap untuk kejutan baru di bab ini.Happy reading 💐💐
"Guys!" Viong berseru, melemparkan pulpennya ke meja dengan sedikit ketukan. Ketiganya berada di rumahnya.
"Kenapa Vi?" tanya Celia, masih asyik rebahan di sofa panjang milik Viong sambil main game di iPad nya.
"Eum... ini cerita ya, bukan gue yang ngalamin," ucap Viong, sedikit gugup, takut-takut kalau kedua sahabatnya salah paham.
"Iya, sok cerita," ucap Putri, kini duduk tegak di sofa, penasaran dengan cerita Viong.
"Sekiranya nih, diantara kalian berdua jalan nih malam-malam, terus tiba-tiba ada orang berhenti, dan tiba-tiba orang yang nggak jelas ini, yang tidak tau malu ini, cium bibir kalian. Respon kalian gimana?" tanya Viong, raut wajah kesal sangat kentara di wajahnya.
Celia langsung terduduk tegak, matanya melotot ke arah Viong. "Lo di cipok sama orang Yong?" tanyanya, nada suaranya sedikit meninggi.
"Bukan gue bangke, tapi gue udah bilang sekiranya," jelas Viong setelah menampar pelan kaki Celia yang ada di sampingnya.
Celia dan Putri menyipitkan matanya, menelisik semua raut wajah Viong. Seratus persen, hanya raut kebohongan yang mereka dapat dari sana. "Serius bukan lo Yong?" tanya Putri pelan, menatap Viong dengan curiga.
Viong menghela nafasnya, lalu menatap kedua sahabatnya yang sebelumnya ia tertunduk. "Semalam gue ketemu Venus, tapi tiba-tiba banget gue di cium sama dia. Gue nggak pa..."
"SERIUS LO UDAH DI CIUM SAMA SI VENUS?" teriak kedua sahabatnya tiba-tiba, membuat Viong semakin kesal.
"Lo pada, bisa diem nggak? Gue kesel nih," ucap Viong, nada suaranya sedikit meninggi.
"Anjir, terus-terus gimana lanjutannya?" tanya Celia, matanya berbinar-binar, penasaran dengan cerita Viong.
"Tadi gue bilang sama dia, dia harus tanggung jawab. Soalnya bibir gue udah rusak anjir, gimana ini?" tanya Viong, menggerutu sambil memegang bibirnya dengan tangan.
"Rusak gimana? Bibir lo baik-baik aja gue tengok," ucap Putri, sedikit heran dengan ucapan Viong.
"Bukan gitu maksudnya, bibir Viong udah nggak perawan," sahut Celia membenarkan, menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi geli.
Viong mengerucutkan bibirnya, sambil mengangguk pelan. "Gue harus gimana dong, gue kesel banget. Pikiran gue isinya Venus mulu, ribet banget huaaa," Viong menyenderkan punggungnya di badan sofa, karena ia duduk di lantai, ekspresinya terlihat frustasi.
"Bukan nya lo minta tanggung jawab tadi Yong? Venus bilang apa?" tanya Putri, menatap Viong dengan serius.
"Tadi sih iya, tapi belum jawab apa-apa, tiba-tiba ada yang nelpon dia, terus dia ninggalin gue langsung," jelas Viong, suaranya terdengar lesu.
"Emang lo, mau Venus tanggung jawab gimana?" tanya Putri lagi.
"Itu, yang bikin gue bingung," ucap Viong, menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ketiganya sama-sama terdiam, seolah mencari jawaban apa yang pantas untuk masalah Viong.
"Gimana kalau, lo tanya lagi besok sama dia?" ucap Celia, menawarkan solusi.
Viong masih terdiam. "Nanti gue dikira caper sama dia," ucap Viong
"Yaudah lupain aja," tambah Putri, menyerah dengan masalah Viong.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS (END)
Teen Fiction--- "Yong..." panggil Venus, tangannya menggenggam tangan Viong, menghentikan langkahnya. "Boleh gue cium lo?" bisik Venus, suaranya serak, penuh keinginan. "Hah?" gumam Viong, bibirnya sedikit terbuka. Venus nggak menunggu jawaban. Dia mendekat, bi...