Happy reading 💐💐💐
Viong menatap punggung Arga yang menjauh, hatinya terasa sesak. Laki-laki itu seakan tidak peduli padanya, langsung menyimpan tasnya dan berlalu pergi tanpa menoleh. "Lo ada masalah sama dia Yong?" tanya Putri, suaranya lembut, saat ia melihat Viong terdiam.
"Hm, gue bilang gue belum bisa jawab perasaan dia," ucap Viong, suaranya terdengar lirih.
"Nggak papa, nggak usah merasa bersalah. Semua orang punya hak mencintai, dan dicintai. Lo nggak salah Yong," balas Putri, matanya menatap Viong dengan penuh pengertian. Viong mengangguk pelan, hatinya masih dipenuhi rasa bersalah."Gue bingung banget Put," ucap Viong, sambil memutar-mutar pulpennya, matanya tertuju pada lantai. "Gue tau perasaan lo. Tapi lo juga harus tegas sama perasaan lo Yong, kalau beneran pacaran sama Venus nggak usah dekat-dekat lagi sama Arga," ucap Putri, suaranya tegas.
"Gue yakin, cepat atau lambat Arga pasti sembuh kok," jelas Putri, sambil tersenyum lembut.
"Tapi kalau lo nggak beneran pacaran sama Venus, nggak ada salahnya lo buka hati sama Arga. Gue yakin Arga tulus sama lo," jelas Putri lagi.Putri benar! Ia juga harus segera membereskan ini pada Venus sekarang.
"Tapi Put..."
"Gue kayak udah suka sama Venus," jujur Viong, suaranya berbisik lirih. "Gue nggak tau kapan perasaan ini muncul Put, tapi gue kayak nempatin Venus di hati gue akhir-akhir ini," ucap Viong.
"Karna dia cium lo?" tanya Putri, suaranya sedikit tajam. Viong terdiam, matanya tertuju pada lantai."I don't know," balas Viong.
...
Viong menggaruk kepalanya, bingung. Sudah tiga hari Venus nggak masuk sekolah, dan itu bikin dia nggak tenang.
"Venus nggak sekolah tiga hari ini?" tanya Viong, suaranya sedikit khawatir.
Niel mengangguk, "Iya Yong, tapi dia baik-baik aja kok, nggak usah khawatir."
Viong masih penasaran. "Kirana juga?" tanyanya, matanya menatap Gavin dan Niel.
Gavin dan Niel saling pandang, lalu menggaruk tengkuknya. "Sama, nggak sekolah," jawab Gavin pelan.
"Tiga hari?" tanya Viong lagi, kali ini suaranya lebih tegas. Mereka berdua mengangguk.
Viong merasa ada yang nggak beres. Hatinya tiba-tiba terasa sesak.
"Oke," ucap Viong, lalu langsung beranjak dari kelas Venus.
Viong berjalan menuju kantin, pikirannya masih dipenuhi Venus dan Kirana. Dia jarang banget dapat pesan dari Venus, kecuali waktu Viong nekat nyium Venus di parkiran dulu.
"Harusnya gue nggak berharap kayak gini," gumam Viong dalam hati.Dia duduk di samping Celia, Putri ada di depannya.
"Kenapa muka lo ditekuk gitu?" tanya Putri penasaran.
"Nggak papa," jawab Viong singkat, lalu mulai makan baksonya.
"Gimana hubungan lo sama Venus?" tanya Putri lagi.
"Nggak papa, kayak biasa," jawab Viong, berusaha bersikap biasa aja.Kedua sahabatnya mengangguk. Mereka percaya Viong pasti bisa ngatasin masalah percintaannya.
....
Jam terus berputar, sampai akhirnya bel pulang berbunyi.
"Ga," panggil Viong, menahan tangan Arga yang mau keluar kelas.
"Kenapa?" tanya Arga, suaranya terdengar dingin. Viong bisa ngerasain kalau Arga lagi marah."Maafin gue Ga, gue nggak tenang jalanin hubungan gue sama Ven..."
"Gue maafin lo, nggak usah ganggu gue," potong Arga, lalu langsung pergi ninggalin Viong.

KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS (END)
Teen Fiction"Yong..." suara Venus terdengar lirih, jemarinya menggenggam erat tangan Viong, menghentikan langkah mereka. Viong menoleh, matanya bertemu dengan tatapan Venus yang dalam. "Boleh gue cium lo?" bisik Venus nyaris tak terdengar, suaranya serak, penuh...