VN⁷

228 19 2
                                    

Reminder: Follow sebelum baca!!

Happy reading 💐

Hanya kediaman yang menyelimuti Viong dan Venus, selama perjalanan.
Hingga kini tiba mobil hitam itu, berhenti didepan rumah Viong.

"Gue duluan" ucap Viong dan Venus hanya mengangguk kecil. Viong kembali membawa baju sekolah nya tadi, lalu segera memasuki rumahnya.

Lain dengan Venus, cowok itu memilih melajukan mobil nya menuju basecamp mereka. Mobilnya meluncur dengan mulus, melewati jalanan yang mulai ramai di sore hari.

"Hahahaha"
Terdengar tawa keempat teman nya dari dalam sana. Venus langsung memasuki rumah itu, dengan wajah datar khas nya. Suasana di dalam rumah terasa hangat, dengan aroma kopi yang menggoda.

"Bos!" teriak Niel langsung. Venus diam saja, namun ia sedikit merasa Niel yang paling ingin dekat dengan nya. Niel memang selalu ceria dan penuh semangat, berbeda dengan Gio yang cenderung pendiam.

"Kulkas udah berisi, makanan lain nya juga udah kita beli" ucap Alfa tiba-tiba.
"Pake duit siapa?" Tanya Venus sambil mendudukkan bokongnya di sofa. Sofa itu empuk dan nyaman, membuat Venus sedikit rileks.

"Tektekan lah bos" jawab Gavin kali ini. Gavin selalu punya cara untuk membuat suasana sedikit lebih ringan.
"Nanti gue ganti" balas Venus
"Nggak usah bos, kayak sama siapa aja" ucap Alfa diangguki yang lain.

Venus memilih diam, lalu kembali memainkan handphone nya. Layar handphone itu seakan menjadi tembok pemisah antara dirinya dan keempat temannya.
"Lo ada masalah Ven? Cerita ke kita, kita bakal bantu sebisanya" ucap Alfa
Venus menatap keempat nya, dia butuh waktu yang cukup lama untuk sekedar mempercayakan masalah nya pada keempat insan ini.

"Ga ada, gue memang malas bicara" jelas Venus, sambil tersenyum kecil lalu menyimpan handphone nya.

"Kalau ada masalah bos cerita sama kita, kita sahabat lo sekarang" ucap Gavin penuh keyakinan.
Venus mengangguk.
"Kalian ngerokok?" Tanya Venus, saat melihat Alfa mengambil satu bungkus rokok dari sakunya.

"Cuman gue sama Gio, Gavin sama Niel nge Vape" jelas Alfa.

Kini pandangan Venus beralih pada Gio.

Ternyata cowok itu merokok ya, pikir nya.

Gio adalah yang paling pendiam diantar mereka, dan Venus menyukai itu.

"Lo nggak ngerokok Ven?" Tanya Alfa
"Nggak" balas Venus
"Lah? Kirain lo ngerokok bos" ucap Niel

"Gio" panggil Venus tiba-tiba.
"Napa bos?" Tanya cowok itu, yang sedari memainkan handphone nya.
"Lo pintar main internet?" Tanya Venus
"Ha? Hacker maksudnya?" Tanya Gio
"Semacam itu" balas Venus
Gio diam sesaat, lalu mengangguk.

"Mayan lah" balas Gio

Tukk

Gavin menampar pelan bahu Gio.

"Mayan apaan, lo memang hacker anjir. Foto bugil ibu may...hmppp"
Gio langsung menutup mulut Gavin, yang secara terang-terangan memberitahu kan perbuatan busuk nya.

"Nggak usah ember bangke" ucap Gio
"Sialan lo, tangan lo bau tai" kesal Gavin, lalu menghapus jejak tangan Giovano dari mulut nya.

"Nanti gue kirim nama nya, lo cari tau ya" ucap Venus
"Siap" balas Gio, sambil berpose menghormat.
"Gue balik dulu, kalau kalian mau nginap disini nggak papa" ucap Venus
"Lo nggak ikut disini bos?" Tanya Alfa
"Gue masih ada urusan" balas Venus, lalu segera berlalu.

...

Venus memasuki rumah nya. Suasana di dalam rumah terasa dingin dan hampa, hanya diiringi suara detak jam dinding yang berdetak pelan. Helaan nafas kembali keluar dari mulut nya, saat melihat mama nya duduk di sofa dengan pandangan kosong nya.

"Ma.." Suara Venus terdengar lirih.
"Mama kecewa sama kamu" ucap Siska langsung, suaranya terdengar datar dan dingin.

"Maafin Venus ma, tapi Venus nggak bisa terima perjodohan itu" jelas Venus lalu duduk di depan mama nya.  Ia berusaha untuk tenang.

"Kamu bisa bujuk Oma kamu baik baik Ven, nggak kayak tadi" jelas Siska
"Udah aku bujuk ma, tapi tetap aja Oma maksa aku" jelas Venus
Siska memijat kening nya, pikiran nya kembali berkecamuk didalam sana. Wajahnya tampak lelah, seakan beban berat menindih pundaknya.

Siska berdiri, lalu duduk disamping anak nya. Ia menatap Venus dengan tatapan yang sulit diartikan, penuh harap dan keputusasaan.
"Nak, demi mama...kamu terima ya" ucap wanita itu tiba-tiba, suaranya bergetar menahan tangis.

"Apa maksud mama?" Venus mengerutkan kening, tak mengerti maksud perkataan mamanya.
"Bukan nya tadi, mama bilang aku bujuk Oma, buat batalin itu?" Tanya Venus dengan nada yang terkesan kecewa.

"Iya nak, tapi Oma kamu nggak bakal mah. Cuman itu satu-satunya cara, biar Oma tetap mau  ngurus kita" ucap Siska
"Kembaliin perusahaan Oma ma, bisa kan?" Tanya Venus
"Venus mau, lihat mama terluka?" Tanya Siska

"Maksud mama Venus nggak terluka juga?" Batin laki-laki itu.

Rasa sakit menusuk hatinya, mendengar perkataan mamanya.
"Venus mau istirahat" ucap Venus, lalu segera berjalan menuju kamar nya. Langkahnya berat,  seakan membawa beban yang tak tertanggungkan.

...

Disisi lain, Viong duduk disamping tempat tidur papa nya. Rumah terasa sunyi, hanya diiringi suara detak jam dinding yang berdetak pelan.  Viong merasakan keheningan yang mencekam, seperti ada bayangan kesedihan yang menyelimuti ruangan.

"Mama masih lembur ya pa?" Tanya Viong, sambil menggenggam tangan Rido.  Sentuhan tangan Rido terasa dingin dan lemah, seakan menggemakan kesedihan yang menyelimuti hati Viong.

Rido menggeleng kecil. Viong mengangguk, ia melihat wajah papa nya yang semakin pucat dan sembab. 
"Papa jangan sedih ya, Viong masih disini" ucap Viong, suaranya bergetar menahan kesedihan. Ia berusaha untuk tegar, untuk menjadi sandaran bagi papa nya.

"Pa..pa nggak...sedih" akhirnya Rido berucap, walau terbata-bata.  Kata-kata itu terlontar dengan susah payah, seakan beban berat menindih dadanya.

Viong menemani Rido, hingga pria itu tertidur dan Viong kembali ke kamar nya. Ia berjalan dengan langkah gontai, seakan membawa beban berat.

Viong menghempaskan badan nya, di kasur milik nya. Matanya menatap langit-langit kamar nya, dengan beribu pikiran yang menghantui nya.  Pikirannya melayang, seakan terjebak dalam pusaran emosi yang tak terkendali.

Venus.

Tiba-tiba nama laki-laki itu, terlintas di pikiran nya. Viong memegang sudut bibirnya, saat mengingat Venus mengecup nya tadi sore.  Rasa hangat menjalar di pipinya, membuat jantungnya berdebar kencang.

"Tiba-tiba banget anjir" gumam nya,  suaranya nyaris tak terdengar.

Viong mengubah posisinya menjadi tengkurap.  Ia memeluk guling dengan erat, seakan mencari pelarian dari kenyataan yang sedang dihadapinya.

"Gue harus gimana ya?" Bingung nya, saat mengingat ia harus menjadi pacar Venus sampai masalah cowok itu selesai.  Rasa tidak nyaman menyelimuti hatinya.

"Kesan nya, gue dimanfaatin nggak sih?" Tanya nya lagi,  suara itu terdengar lirih, penuh keraguan.

Viong kembali terlentang, biarlah malam ini ia istrahat dan bayangan Venus hanyut dalam dunia bawa sadar nya.  Ia berharap, mimpi akan membawa ketenangan dan jawaban atas semua pertanyaan yang menggerogoti hatinya.

To be continue 💐💐

Jangan lupa vote dan komen nya!!!!

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang