VN⁶

162 14 2
                                    

"Nanti mama nyusul, kalian duluan," ucap Siska sambil menatap Venus, dan Viong bergantian. Siska menyadari ekspresi membingungkan yang sangat kentara di wajah gadis itu.

"Ayo," ucap Venus, lalu kembali menarik Viong menuju mobilnya.
"Pamit ya Tan," ucap Viong terlebih dahulu, sebelum jauh dari Siska.  Viong menoleh sebentar, melihat Siska yang masih berdiri di tempat, matanya masih tertuju pada mereka.

Viong menghela nafasnya, saat ia kini sudah berada di mobil milik Venus.
"Ven, kita kemana sih? Gue dari tadi bingung banget anjir," ucap Viong, sambil menatap Venus yang terlihat fokus pada jalanan.

Venus menepikan mobilnya, di area yang cukup sepi.  Suasana di sekitar mereka sunyi, hanya terdengar suara beberapa kendaraan yang lewat.

"Pake!" Ucap Venus, setelah melemparkan satu paperbag tepat di pangkuan Viong.
Viong membuka paperbag itu, dan melihat gaun hitam disana.  Gaun itu tampak elegan, dengan detail renda yang cantik.

"Maksud lo?" Bingung nya, kembali menatap Venus.
"Ganti, lo pake itu," ucap Venus.
"Gue ganti disini? Dimobil lo?" Tanya Viong memastikan.
"Hm," balas Venus. 

"Gila! Gue nggak mau," ucap Viong lalu kembali melemparkan paperbag itu pada Venus.

Venus menatap Viong dalam-dalam, lalu mengambil paperbag itu dari paha nya.
"Lo nggak mau ganti?" Tanya Venus, sambil mendekat pada Viong.  Jarak mereka semakin dekat, membuat Viong merasa sesak napas.

"Ya.., pikir sendiri lah Ven, gue ganti di mobil? Minimal ke SPBU deh bentar," ucap Viong mencoba memberi solusi, saat Venus memperhatikan nya sangat dalam.

"Kebelakang. Ganti!" Ucap Venus dengan tegas, seolah tak mau dibantah.  Viong menatap paperbag yang kini kembali pada nya.
"SP..."
"Jauh," potong Venus, lalu kembali ke posisi duduknya nya yang awal.

Viong bingung, tapi tak ayal ia bergerak dengan cepat ke bangku belakang.  Ia merasa jantungnya berdebar kencang.
"Jangan ngintip," ucap Viong.

"Ven," panggil Viong, yang merasa belum dijawab cowok itu.
"Satu menit," ucap Venus, berhasil membuat Viong berdecak kesal.

     Viong dengan cepat membuka seragam sekolahnya, jari-jarinya gemetar saat kancing-kancing seragam itu terlepas satu persatu.  Ia kemudian mulai memakai dress hitam itu, tangannya sedikit kaku saat meraba kain lembut yang membalut tubuhnya.  Dress itu terasa asing, dan Viong merasa dirinya seperti boneka yang dipaksa mengenakan pakaian baru.

Venus melirik kaca spion sebentar, lalu segera mengalihkan pandangannya.  Laki-laki itu menghela nafasnya, banyak sekali yang menganggu pikirannya akhir-akhir ini.  "Ven, ini kita mau kemana? Gue pake dress-dress gini?" Tanya Viong, yang kembali ke bangku depan. 

Venus memperhatikan penampilan Viong, yang cukup menarik di matanya.  Venus menyuruh satpamnya membelikan dress ini, sebelum mereka berangkat tadi.  Dan ya! Dress itu terlihat cocok, dan pas pada tubuh gadis itu.

Lagi-lagi, Viong harus menelan ucapan dan pertanyaan nya sendiri saat Venus terlihat malas menanggapi nya.  Dia seperti anak gadis yang sedang diculik cowok tampan saja.  Rasa takut dan bingung bercampur aduk dalam dadanya.

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka tiba di rumah yang kalau menurut Viong, lebih besar dari rumah Venus tadi.  Venus menatap Viong.

"Kita ngapain kesini?" Tanya Viong, saat melihat ada beberapa mobil terparkir di depan rumah ini, ah lebih tepatnya mansion.  Mata Viong membulat,  "Ini bukan rumah biasa, Ven."

Pertanyaan bagus!

"Satu hal yang harus lo ingat hari ini, kalau gue pacar lo," jelas Venus.  Suaranya terdengar tenang, namun matanya memancarkan aura yang sulit diartikan.

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang