VN²¹

531 23 5
                                        

Satu langkah menuju end:)

Happy reading babe🫶🏻🫶🏻🤩

  Seperti yang diucapkan Venus sebelumnya, ia benar-benar tidak sekolah sampai hari ini.  Keempat sahabatnya, Niel, Gavin, Gio, dan Alfa, berkumpul di rooftop, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah mereka.  Mereka menatap lapangan basket di bawah sana, tempat para siswa berlatih dengan semangat.

"Kasihan ya Viong, ternyata bokapnya meninggal, Cok," ucap Niel, menopang dagunya, matanya tertuju pada lapangan basket.

"Iya anjir, gue juga syok banget kemarin, pantesan dia nggak sekolah beberapa hari yang lalu sama kedua temannya," tambah Gavin, mengangguk setuju.

"Si Bos kemana ya? Eh btw, kalung itu udah lo kasih sama Viong? Ini udah hari ke empat anjir Bos absen," tanya Niel, pandangannya berpindah ke Gio yang duduk di sampingnya.

"Nanti dia datang lo nggak kasih, mampus lo," tambah Niel, nada bicaranya sedikit mengancam.

"Hm, nanti gue kasih," jawab Gio.

Keempatnya kembali terdiam, masing-masing larut dalam pikirannya.

"Menurut kalian, Venus masih balik?" tanya Alfa tiba-tiba, suaranya memecah keheningan.

Semua pandangan langsung tertuju pada Alfa, yang sedari tadi memilih diam dan mengamati teman-temannya.

"Maksud lo?" tanya Niel, sedikit heran.

"Nggak, ayo balik bentar lagi bel," ucap Alfa, lalu berjalan menuju pintu rooftop.

Ketiga temannya menatap punggung Alfa yang menghilang di balik pintu.

"Sifat si Al, udah kayak Venus anjir," ucap Niel, menggeleng-gelengkan kepala.

"Iya, mungkin karna udah sering bergaul?" sahut Gavin, lalu berjalan mengikuti Alfa.

....

"Ck, dia kemana sih?" Viong menggerutu, meletakkan handphone-nya dengan kesal ke meja.  "Masih nggak online?" tanya Putri, matanya menatap Viong dengan khawatir.

"Iya, udah tiga hari. Dia bahkan nggak datang ke rumah gue, seperti yang dia bilang sebelumnya," jelas Viong, suaranya bercampur dengan kekecewaan.

Putri mengelus pelan punggung Viong, mencoba menenangkannya. "Mungkin dia lagi ada kerjaan, coba lo tanya sahabat-sahabatnya," ucap Putri.

"Gue udah tanya Putri, tapi mereka bilang healing. Healing gimana anjir maksudnya? Sampai empat hari tanpa ngabari gue?" tanya Viong, suaranya meninggi.

"Si Kirana juga udah pindah..."

Brak!

Putri memegang dadanya yang hampir copot, saat Viong menggebrak meja dengan keras.

"Kirana pindah dua hari yang lalu kan?" tanya Viong, matanya menatap Putri tajam. Putri mengangguk, membenarkan ucapan Viong.

Deg!

Viong menengang, matanya membulat.

"Ini nggak lama..."
"Setelah ini, gue bakal lepasin lo."

Viong teringat ucapan Venus kemarin, saat dirumah Oma-nya.  "Put, Venus ninggalin gue," ucap Viong, suaranya bergetar, lalu segera berlari meninggalkan Putri yang bingung dengan situasi ini.

Viong berlari sempoyongan, seolah tak peduli dengan tatapan para siswa padanya. Pikirannya kini tertuju pada Venus.  "Gue udah jatuh cinta, dan lo ninggalin gue Ven?" tanya Viong dalam benaknya, sambil menahan air matanya yang ingin tumpah.

Setelah berhasil melewati satpam dengan semua rayuan dan kelicikannya, Viong akhirnya mengendarai mobilnya menuju rumah Venus. Ia tidak bisa menunggu-nunggu waktu pulang sekolah lagi, ia ingin segera menjumpai cowok itu.

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang