VN¹⁰

140 14 7
                                    

Follow sebelum baca!!!

Happy reading 🫶🏻

    Viong melangkah santai menuju Indomaret, yang dekat dengan rumah nya. Jarak yang cukup dekat, hanya memakan waktu 20 menit berjalan kaki. Gadis itu lebih suka berjalan sore seperti ini daripada harus naik mobil hanya untuk ke Indomaret. Dirumah Viong, tidak ada motor, karena hanya bapak nya yang bisa naik motor. Kecelakaan bapaknya dulu, membuat motor sang papa akhirnya dijual.

   Setelah beberapa saat memilih-milih makanan, akhirnya Viong berjalan menuju kasir.
"Makanya mas, kalau nggak punya duit jangan beli belanjaan segini banyak nya" ucap sang kasir dengan nada ketus.
"Mbak, saya punya duit ya, tapi ini masalah ketinggalan" jelas cowok itu, wajahnya memerah menahan malu.
"Alah" kesal kasir itu.
"Gimana sih anjir" racau si cowok, kepalanya menunduk, merasa malu berada di situasi ini.

"Mas kenapa ya?" Tanya Viong, yang ada dibelakang cowok itu mengantri.
Si cowok membalikkan badannya, hingga wajah Viong bisa ia lihat.
"Lo?...teman Venus kan?" Tanya Viong, matanya mengerjap-ngerjap.
"Iya" balas Gio, ya cowok itu adalah Gio.
"Lo nggak bawa duit?" Tanya Viong yang mendengar perselisihan mereka tadi.
Giovano menghela nafas, lalu mengangguk, wajahnya semakin memerah.

Malu sekali!!!

"Mbak ini belanjaan aku, sekalian sama punya dia ya" ucap Viong, senyumnya merekah.
Ingin Gio memprotes, namun Viong langsung segera mengangkat sedikit tangan nya menyuruh Gio diam.

Malu kuadrat!!!!

"Makasih Yong" ucap Giovano diangguki Viong.
"Rumah lo dimana?" Tanya Giovano
"Jalan xxx kenapa?" Tanya Viong
"Gue anterin" balas Giovano
"Nggak usah" tolak Viong
"Ayo, markas gue juga dekat situ nanti sekalian gue bayar utang gue" jelas Giovano
"Nggak.."
"Naik" potong Giovano, yang sudah duduk di motor nya dimana posisi Viong dekat dengan nya.

Viong menghela nafas. Pantasan Venus pemaksa, Giovano aja juga pemaksa. Dan lagi? Markas?
"Ternyata geng abal-abalan kalian punya markas juga?" Tanya Viong, yang sudah berada dimotor Giovano yang melaju.
"Iya" balas Giovano
"Nama lo siapa?" Tanya Viong, yang masih rada lupa dengan nama cowok itu.
"Gio" balas Gio

Viong mengangguk, lalu mengerutkan keningnya saat Giovano berbelok.
"Loh, kita mau kemana? Rumah gue bukan dari sini" panik Viong. Jangan sampai Giovano, juga sama dengan Venus.
"Ke markas gue bentar, lagian rumah lo bisa lewat sini juga kan?" Tanya Giovano

Iya juga ya!

Tapi jauhh!!

    Setelah beberapa saat, motor itu akhirnya berhenti di depan rumah yang cukup besar. Viong turun, matanya berputar-putar, mengamati rumah itu dari berbagai sudut. Ia pernah lewat sini, tapi tempat ini terasa asing. Selain jauh, tempat ini lumayan sepi, membuat Viong malas lewat dari sini.

"Markas apaan anjir, rumah sebagus ini?" Batin Viong,  suaranya tercekat tak percaya.

"Ayo," ucap Gio, sedikit menarik tangan Viong.
"Nggak usah, gue tunggu disini...atau gue langsung balik aja, rumah gue udah dekat banget kok," jelas Viong, berusaha menolak.
"Udah mulai malam, masuk aja gue cuman ambil dompet," ucap Gio, nada suaranya sedikit memaksa. Mau tidak mau, Viong masuk.

   Matanya berputar malas, saat menyadari motor Venus terparkir di depan.

"Lama banget sih lo?" Tanya Alfa, saat melihat Giovano muncul dari balik pintu.
"Gue masih balik lagi, dompet gue ketinggalan," jelas Giovano lalu berjalan ke lantai dua, dimana salah satu kamar yang sudah menjadi miliknya di rumah itu.

    Giovano tadi di telepon dan disuruh mama nya untuk belanja. Karena malas pulang kerumah hanya untuk meminta uang, akhirnya Giovano langsung saja tanpa kerumah. Tapi sialnya dompetnya ketinggalan, dan terjadilah drama ini.

"Eh anjir, Giovano bawa cewek," ucap Gavin, saat Viong berjalan masuk.
"EH GIOO, CEWEK DARIMANA LO CULIK INI AJIR, KAYAK SUSTER NGESOT" Teriak Niel, saat melihat Viong hanya menunduk di depan pintu, sedangkan mereka di sofa ruang tamu yang dekat dengan pintu.

"Heh, gue bukan suster ngesot yaa!" Ucap Viong, langsung dan berjalan pelan menuju mereka. Viong langsung mengalihkan pandangan, saat matanya bertemu dengan manik hazel milik Venus.

"Neng Viong ternyata? Ngapain disini neng?" Tanya Gavin
"Gio mana sih? Lama banget, gue pengen pulang," balas Viong. Ia sedikit tidak nyaman, jika berada di situasi seperti ini. Rumah ini sudah lama tertutup, jelas Viong tau itu.

Tapis sejak kapan, orang-orang ini menjadikan nya basecamp?
"Duduk," ucap Venus saat melihat Viong, masih berdiri.
"Gio, cepetan," ucap Viong, saat melihat Giovano udah berada di tangga.

Venus ikut melihat kearah tangga, lalu perlahan berdiri dan berjalan menuju Viong.
"Ayo,"
"Bentar ya bos, gue anter Viong dulu," tambah Giovano, lalu hendak menarik Viong agar segera pergi.
"Lo anter titipan Tante dulu, buat Viong urusan gue," jelas Venus

"Lo deket sama Viong?" Tanya Giovano
"Hmm," balas Venus, lalu menarik Viong dan mendudukkan nya di sofa, tepat didepan Alfa, Niel,dan Gavin.
"Sedekat apa bos?" Tanya Niel
"Pacar,"
"WHATTT"

   Disisi lain

  "Ma, aku mohon jangan kekang Venus seperti itu," ucap Siska, suaranya bergetar menahan tangis. Dia duduk di depan meja kerja Dania, tangannya menggenggam erat, seolah berusaha menenangkan dirinya.  Matanya berkaca-kaca, menatap Dania dengan penuh harap.

  "Kamu nggak ngerti apa-apa Siska! Kalau Venus nggak terima perjodohan ini, Oma akan kehilangan saham terbesar Oma di perusahaan B!" Jelas Dania, suaranya dingin dan tegas. Matanya tajam menatap Siska, seolah ingin menembus jiwa Siska.

  "Dan lagi, perusahaan kamu itu, saya yang punya kan? Kalau Venus nggak terima perjodohan ini, perusahaan kamu saya tarik," tambah wanita itu lagi, nada suaranya meninggi, penuh ancaman.  Dia menunjuk wajah Siska dengan jari telunjuknya, seolah ingin menekankan ancamannya.

  Siska menunduk, air matanya mulai mengalir deras.  "Ma, aku mohon..."

  "Lagian kamu juga untung banyak Siska, selain kamu makin kaya, suami kamu juga bakal balik lagi sama kamu," Dania berdiri sambil mengambil jaketnya. Dia berjalan mendekat ke Siska, matanya menyorot tajam.

  "Masa kamu, nggak bosan janda-jandaan dua tahun ini?" Tanya Dania, dengan nada mengejek.  Dia menjulurkan tangannya, menunjuk wajah Siska dengan jari telunjuknya.  "Kamu pikir hidup kamu bahagia?  Coba lihat diri kamu sekarang!  Kamu hanya boneka yang bisa dimainkan!"

  Dania segera pergi meninggalkan Siska, meninggalkan Siska yang terduduk lemas di kursi, air matanya mengalir deras membasahi pipinya.

  Siska menghapus air matanya. Berada di pilihan yang sangat sulit ini, membuat dadanya kembali terasa sesak. Siska tidak ingin Venus tersiksa karena Oma nya, tapi ia juga tidak punya pilihan banyak sekarang.

To be continue 💐💐

Jangan lupa vote dan komen nya!!!!

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang