VN¹²

128 13 0
                                    

Happy reading 🎶🎶

Viong menutup pintu utama rumahnya.

Saat berbalik, matanya membulat sempurna. Venus berdiri di sana, bersandar pada motornya, tangan terlipat, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Venus?" Viong terkesiap, sedikit terkejut. Sudah seminggu sejak Venus mengantarnya malam itu, dan mereka sama sekali tak bertemu.

"Hai?" Viong mencoba bersikap biasa, meski hatinya berdebar kencang.

Venus mengambil helm pink dari belakang, lalu memberikannya pada Viong. "I know, but you are my girlfriend, isn't it appropriate to act like this?" tanyanya, nada suaranya rendah dan penuh makna.

Venus mulai memakaikan helm itu pada Viong, jarinya menyentuh rambut Viong dengan lembut. Viong merasakan sensasi aneh, seperti aliran listrik yang mengalir di tubuhnya.

Venus tersenyum kecil, melihat mata Viong yang mengerjap lucu. "Want me to carry you?" tanyanya, dengan senyum jahil.

Puk!

Viong memukul pelan dada Venus, merasa digoda. "Lo belajar gituan sampai satu mingguan, sampai gue nggak pernah lihat lo?" tanyanya, sedikit kesal.

Venus menaikkan sebelah alisnya, membuat Viong langsung salah tingkah.

Astaga! Viong tanpa sadar mengutarakan perasaannya, jujur saja dia mencari Venus selama seminggu ini.

"Cute," ucap Venus pelan, membuat wajah Viong semakin memerah. "Iya...ayo naik," Venus menurunkan pijakan kaki motornya untuk Viong.

Bagi Viong, Venus adalah cowok yang irit bicara, tapi perlakuannya, mampu mengalahkan semua bahasa manis di dunia ini.

Viong berpegangan pada tas Venus, dan laki-laki itu tak mempermasalahkannya.

...

Gerbang sekolah berderit saat mereka berdua memasukinya. Bisikan-bisikan bergema di sekitar mereka, mengusik ketenangan Viong.

Venus merasakan kegelisahan Viong, matanya menangkap raut wajah gadis itu yang sedikit tegang.

"It's ok, gue ada," ucap Venus, tangannya menautkan jari-jari dengan tangan Viong.

Viong menahan langkahnya, sedikit ragu untuk memasuki bangunan sekolah.

"Kenapa?" tanya Venus, nada suaranya lembut.

"Kita nggak beneran pacaran kan?" tanya Viong, jujur saja, dia sedikit terbebani dengan hubungan yang tak jelas ini.

"Mau lo?" tanya Venus, matanya menatap Viong dengan intens.

"Mau gue? Lo nggak jelas Ven," heran Viong, merasa Venus sangat tidak masuk akal.

"Lo pacar gue, ayok," ucap Venus, menarik Viong dengan lembut. Viong berusaha menyamakan langkahnya dengan Venus.

"Terus tunangan lo gimana Ven?" tanya Viong pelan, rasa penasarannya tak tertahankan.

"Nggak ada tunangan gue Yo," jawab Venus, senyum tipis terukir di bibirnya.

Bibir Viong berkedut, menahan senyuman. Mudah sekali dia baper pada cowok ini.

"Tap..."

"Udah sampai, sana masuk," ucap Venus, melepaskan tangan Viong.

Viong mengangguk kecil, lalu segera masuk ke kelasnya.


"Jelasin Viong!!! Lo pacaran sama Venus?" tanya Celia tiba-tiba, berdiri di samping meja Viong bersama Putri.

Viong menatap Celia, sedikit terkejut. "Nggak Cel," jawabnya.

Tiba-tiba Arga menghampiri mereka. "Yong, lo udah jauh sama Venus?" tanyanya, nada suaranya sedikit cemas.

"Jauh apa maksud lo Ga?" tanya Viong, sedikit terganggu dengan kalimat Arga.

"Sorry, maksud gue lo pacaran sama Venus, Yong?" tanya Arga, suaranya sedikit serak.

"Nggak Ga, astaga cuman dibonceng juga udah pada tantrum Lo pada," heran Viong.

"Alhamdulillah," ucap Arga tiba-tiba.

"Kenapa malah allhamdulilah lo?" tanya Celia heran.

"Lo takut Viong, pacaran?" tambah Putri.

"Nggak aelah, gue cuman nggak mau Viong kenapa-kenapa soalnya Venus kan udah ada tunangan. Lo pada nggak tau?" tanya Arga.

"Seriusan lo Ga?" tanya Celia, matanya membulat sempurna.

Viong hanya diam, mendengarkan teman-temannya menceritakan tentang tunangan Venus.

"Gimana kalau gue jatuh cinta?" pikir Viong tanpa sadar, saat mengingat ia sedang berada di lingkaran Venus.

....

Venus menatap ke depan kelas, di mana seorang guru sedang menjelaskan materi. Bibirnya sedikit terangkat, mengingat wajah Viong. Gadis cantik yang selalu berpenampilan sederhana. Gadis yang menurut Venus, sangat beruntung karena sudah mendapatkan ciuman pertamanya.

Harusnya Viong sekarang mengejar-ngejarnya, meminta ciumannya lagi, bukan? Bukankah ciumannya sangat manis?

Venus tersenyum, pipinya memerah karena salah tingkah.

"Ven," suara Kirana memecah lamunannya, membuat mood Venus memburuk.

"Gue mau tanggal pertunangan kita batal," ucap Kirana tiba-tiba. Venus langsung menoleh, matanya bertemu dengan mata Kinara yang dingin.

"Gue bakal kasih apapun yang lo mau, kalau itu benaran," jelas Venus, suaranya datar.

"Dua Minggu lagi kita nikah, itu kata Oma Ven," jelas Kirana, nada suaranya tenang tapi penuh penekanan.

Brak!!!

"Perempuan gila lo Ran," ucap Venus, suaranya meninggi, tepat di samping wajah Kirana.

"Keluar kamu Venus, nggak punya sopan santun!" Ucap sang guru dengan emosi, terkejut mendengar dobrakan Venus.

Venus kesal, lalu segera pergi dari kelas.

"Nggak ada yang menyusul!" Ucap Ibu Sinaga, guru yang paling ditakuti seantero sekolah, suaranya bergema di kelas. Sahabat-sahabat Venus hanya bisa menghela napas, melihat kepergian Venus.

"Murahan lo," ucap Gavin, yang duduk di samping bangku Venus dan Kirana.

"Udah-udah," ucap Giovano, mencoba menenangkan suasana.

Minggu lalu, setelah bertengkar hebat dengan pikirannya, akhirnya Venus sedikit membuka hatinya dan menceritakan bagaimana hubungannya dengan Kirana akhir-akhir ini. Gavin dan Kiel, yang sangat humble dan mudah menerima orang di sekitarnya, langsung merasa Kirana sedikit keterlaluan.

Venus berusaha menetralkan emosinya, sampai akhirnya motornya tiba di kediaman Dania.

"Wah, cucu kesayangan Oma datang," ucap Dania sambil tersenyum lebar, mengajak Venus duduk di sofa.

"Oma jangan keterlaluan!" Ucap Venus, suaranya sedikit meninggi. Jika bukan karena wanita tua ini adalah Oma nya, mungkin Venus akan segera memusnahkan wajah yang sangat menyebalkan itu.

"Jangan keterlaluan gimana Venus? Ini semua yang terbaik buat kamu, itu yang Oma pikirkan," jelas Dania.

Venus menggeleng, matanya menatap tajam oma-nya. "Oma dibutakan oleh harta! Oma udah tua, mau ngapain sama uang sebanyak itu, sampai nyeret Venus ke perjodohan konyol itu?" tanya Venus.

"Diam kamu Venus!!! Kalau kamu masih seperti ini, Oma nggak janji mama mu itu baik-baik aja," jelas Dania, suaranya bergetar karena emosi.

Melihat Oma berdiri, menatapnya dengan emosi, membuat Venus ikut berdiri.

"Tarik perusahaan Oma, dari tangan mama dan jangan usik kehidupan kami lagi," jelas Venus, suaranya tegas.

"Dan lihat mama kamu hancur, dan benar-benar janda selamanya," ucap Dania, matanya melotot tajam.

Tak mau berdebat lagi, Venus tetap melanjutkan langkahnya, membuat Dania terbakar emosi.

To be continue 💐💐

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang