Ending

846 27 5
                                    

Kita berada di penghujung kisah.  Perjalanan Viong dan Venus telah berakhir,  meninggalkan jejak  yang  mendalam  di  hati  kita.

Sebelum nya aku minta maaf ya, jika cerita ini nggak seperti ekspektasi kalian.  Aku baru belajar bikin cerita,  jadi maklum ya jika banyak typo.  Jika kurang suka dengan ceritanya,  ya.... suka-sukain aja Hahahha

Ini part terakhir,  jadi baca pelan-pelan aja,  rasakan  setiap  kata  yang  terukir  di  sini.  Biarkan  kisah  ini  menyerap  ke  dalam  jiwa  kalian,  mengingatkan  kalian  tentang  arti  cinta,  kehilangan,  dan  kehidupan.

...

Happy reading ☺️


Viong menatap kosong ke arah jalanan yang tampak ramai sore ini. Gadis itu duduk di bangku taman, dengan semua pikirannya berputar-putar seperti kincir angin yang tak berujung.

Matanya menangkap tawa-tawa orang yang berlalu lalang.  Rasanya tidak adil, melihat orang-orang tertawa bahagia sedangkan hatinya remuk redam karena kepergian Venus yang entah kemana.

"Begitu banyak orang di dunia ini..." Lirih Viong, suaranya serak, mata bengkak dan sembab. "Namun, kenapa harus lo Ven yang ninggalin gue?"  Monolognya terhenti, air mata kembali membanjiri pipinya. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan tangisnya dari tawa-tawa orang di sekitarnya.

Ting!

Viong menghapus air matanya, lalu merogoh ponselnya. 

"Ck,"

Ia berdecak kesal, lalu menyimpan handphone-nya kembali. 

Tepat hari ini, gadis itu genap delapan belas tahun.

"Begitu banyak kebetulan di dunia ini," ucap Viong, sambil menatap ke depan. Ia tidak peduli dengan tatapan orang yang melihatnya, berbicara sendirian.

"Hari ini gue ulang tahun Ven..."  Ia terdiam sejenak, mengingat kembali hari-hari indah bersama Venus.
"Hari ini genap satu bulan kita pacaran," lanjutnya, suaranya bergetar.

"Hati gue murahan banget, hingga nempatin lo di hati gue secepat ini,"  Viong menghela napas, sesak.
"Gue benar-benar jatuh cinta sama lo Ven, gue akui itu."  Ia terdiam, mengingat kenangan manis mereka.
"Gue kalah, sama permainan yang lo buat,"  ucapnya lirih.

"Lo nyiksa gue Ven,"  bisik Viong, air matanya kembali mengalir deras.  Ia terduduk di bangku taman, terhanyut dalam kesedihan yang mendalam.

....

Viong kembali ke rumahnya, langkahnya gontai, kakinya terasa berat. 

"HAPPY BIRTHDAY VIONG...." Ucapan ulang tahun bergema di rumahnya, membuat Viong tersentak. Ia melihat semua teman-teman sekelasnya, ada di sini,  menghiasi rumahnya dengan dekorasi berwarna-warni.

"Happy birthday sayang," ucap Dina, mamanya, lalu mengecup kening Viong sayang. 
"Makasih ma," balas Viong, senyum tipis terukir di wajahnya. Kedua sahabatnya nya juga mengucapkan selamat ulangtahun padanya, dan memberi hadia kecil untuk nya. Namun harapan nya masih pada cowoknya, yang berfikir tiba-tiba ia datang mengejutkan nya dihari spesial ini.


Setelah selesai acara kecil-kecilan, Arga tiba-tiba menghampiri nya.  "Yong, happy birthday," ucap Arga, lalu menyalam Viong, dan memberinya kado kecil. 
"Makasih Ga," suara Viong hampir tak terdengar, karena suara musik yang mengiringi pesta ulang tahun Viong hari ini.

"Ga..." Panggil Viong, saat Arga hendak berlalu.  "Boleh gue peluk lo?" Tanya Viong, hatinya berdebar-debar.  Arga terdiam beberapa saat, lalu tersenyum kecil dan langsung membawa Viong ke dalam dekapannya.

Viong langsung memeluk Arga erat,  mencari sedikit kehangatan di tengah rasa sepi yang menyelimuti hatinya.  Banyak perasaan yang ia bingung kan saat melihat Arga malam ini.  Viong bingung dengan scenario hidupnya yang tampak rumit,  seperti teka-teki yang tak kunjung terpecahkan.

....

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang