VN¹¹

139 14 0
                                    

  Happy reading 🎶🎶

  Keheningan menyelimuti rumah itu, hanya diiringi suara detak jam dinding yang berdetak pelan. Cahaya lampu  menerangi ruangan, menciptakan suasana yang hangat. Kelima orang itu duduk di ruang tamu, masing-masing dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Gio, sudah kembali kerumahnya tadi.

"Eum...Viong?" Panggil Kiel, suaranya sedikit serak karena bosan. Viong menoleh, matanya menatap Niel dengan sedikit rasa penasaran. "Iya, kenapa Niel?" tanyanya. "Turun gih,"  ucap Niel, jari-jarinya menunjuk ke arah iPad yang tergeletak di atas meja kecil.
"Turun kemana?" Bingung Viong, sambil menatap Alfa, Gavin, dan Niel bergantian. Venus duduk di dekatnya, matanya tertuju pada handphone yang dipegangnya.


"Main Ludo Yong, bosan banget gue diam-diam begini," ucap Niel, sambil menyeringai jahil. "Iya anjirrr," sahut Gavin juga, lalu segera duduk di bawah sofa, matanya berbinar-binar penuh semangat.

  Viong mengangguk lucu, lalu meletakkan belanjaannya di sampingnya. Gadis itu ikut duduk, dan melihat Niel mulai meletakkan iPad nya di tengah meja kecil itu. "Gabung Ven," ucap Alfa yang baru bergabung diantara mereka, suaranya lembut dan tenang.

  Venus menggeleng, lalu memainkan handphone nya. Jari-jarinya bergerak lincah di atas layar, seakan menari di atas tuts-tuts kecil itu. "Gue warna merah Niel," ucap Viong lalu memutar iPad itu agar warna merah mengarah padanya. "Gue warna kuning," sahut Gavin juga, suaranya sedikit bersemangat.

   Keempatnya bermain, dengan suara tawa mengiringi mereka. "Hahaha, punya lo turun mulu Al," tawa Gavin, sambil meledek Alfa, yang sedari tadi kembali ke tempat awal nya. "Ihhh, kenapa lo maju Niel, kan punya gue jadi balik lagi," kesal Viong, saat satu buah catur nya yang sudah mau menang, di kalahkan oleh Niel. "Sorry-sorry Yong, hahah," ucap Niel, sambil tertawa-tawa.

  Viong tak mau kalah, karna ini salah satu permainan favorit nya. "Awas lo ya Niel!" Kesal Viong, matanya berkilat penuh tekad. Permainan kembali lanjut, dengan tawa ledek selalu terdengar saat buah catur Alfa belum ada yang keluar.

"Vin..." Ucap Viong, saat satu buah catur Gavin mengalahkan nya. Buah catur itu kembali otomatis bergerak, dan kembali mengalahkan buah catur Viong satu lagi yang ada didepannya. "GAVINNNNN...Nggak seru lo ah," kesal Viong, saat semua buah caturnya kembali. Dan kini tinggal dua buah catur Niel dan empat buah catur Gavin. "Hahahha, mampus lo Yong, hahahah," tawa Gavin puas, saat melihat raut wajah kesal gadis itu.

  Viong menoleh ke belakang, dimana Venus duduk sambil memperhatikan mereka.  Venus menatap Viong dengan tatapan yang sulit diartikan.  Dia terlihat tenang, tetapi ada sesuatu yang tersembunyi di balik matanya.  "Ven, tengok nih teman-teman lo. Nggak mau ngalah sama cewek," ucap Viong sambil mengerucutkan bibirnya, lalu kembali menatap Gavin kesal.

"Nyenyenye, pengaduan lo Yong," ucap Niel, sambil terkekeh. "Bomat," kesal Viong, lalu kembali fokus pada game nya. "Emang cocok lo berdua," ucap Alfa, sambil tersenyum menggoda pada arah Venus yang menatap dalam pada Viong yang membelakangi nya.

  Venus menatap Alfa, lalu merebahkan badannya dan kembali memainkan handphone nya. 

***

  Suara decitan kecil terdengar, saat Venus menekan rem motornya. Viong pun turun dari motor besar itu, lalu segera melepaskan helm Venus yang ia gunakan tadi.

"Makasih ya," ucap Viong, lalu memberikan helm Venus yang ia kenakan.

  Venus mengangguk kecil, matanya menangkap kilauan cahaya lampu jalan yang memantul di mata Viong. Ada sesuatu yang berbeda di sana, sesuatu yang membuatnya penasaran.

"Yong," panggil Venus, tangannya meraih tangan Viong, menahannya sebelum gadis itu melangkah pergi.

  Viong mengerutkan kening, sedikit menarik tangannya, tapi Venus menggenggamnya lebih erat. Jari-jari mereka saling bertautan, dan Viong merasakan aliran listrik yang mengalir di tubuhnya.

"Boleh gue cium lo?" tanya Venus, suaranya serak, penuh dengan keinginan yang tak terucapkan.

  Viong terdiam, matanya bertemu dengan mata Venus. Ada api yang menyala di sana, api yang membakar keinginan di dalam dirinya.

"Ha?" gumam Viong, bibirnya sedikit terbuka.

  Venus tak menunggu jawaban. Dengan cepat, ia mendekat, bibirnya menempel pada bibir Viong.

  Viong menegang, jantungnya berdebar kencang. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.

  Venus melumat bibirnya dengan lembut, membuat Viong memejamkan matanya.

  Tangan Venus yang semula mengelus tengkuk Viong, perlahan-lahan turun, menyelinap ke balik baju Viong.

Viong terkejut, tubuhnya menegang, sebelum....

***

"ARGHHHHHH VENUS CABUL!!!" teriak Viong tiba-tiba, lalu segera duduk.

  Viong memegang dadanya, matanya menatap ke depan, di mana Venus duduk tenang di dekat kakinya. Gadis itu langsung mundur, merapatkan tangannya pada dadanya.

"Lo mimpi apaa Yong?" tanya Niel, yang ada di sofa sampingnya.

"Lo mimpi dicabuli si Venus?" tanya Gavin lagi, dengan raut terkejut.

"Yong...?" panggil Alfa kini.

Dada Viong maju mundur, seakan tengah dieksekusi oleh mereka.
Gadis itu ingin menangis, saking malunya. Ternyata ia sedang mimpi.

  Viong tadi tertidur bersama dengan Niel, Gavin, dan Alfa. Namun ketiganya udah bangun sedari tadi, sedangkan Viong masih tertidur lelap saat Venus memindahkannya ke sofa panjang.

Viong diam, lalu mengambil handphone nya yang ada diatas meja.

22:30

"Anjir," umpat Viong, lalu segera mengambil belanjaan nya.

"Kemana?" tanya Venus, saat melihat Viong ingin pergi.

"Pulang lah!" ucap Viong, tanpa peduli langsung keluar dari rumah itu.

Venus mengangkat tangannya, menyuruh diam saat teman-temannya hendak mencegah Viong.

"Gue aja," ucap Venus, lalu segera menyusul Viong.

"Gue antar yaa," ucap Venus saat berhasil meraih tangan Viong.

"Nggak usah Ven, rumah gue udah deket," jelas Viong, namun pikirannya kembali pada mimpi buruk nya itu.

  Venus memperhatikan lekat wajah Viong. Tangannya terulur memperbaiki rambut Viong yang sedikit berantakan. Viong diam, gugup rasanya hingga gadis itu mengigit-gigit bibir dalam nya.

"Udah malam, gue antar," ucap Venus, lalu menarik pelan Viong menuju motor besarnya.

Viong akhirnya mau diantar cowok itu.

Beberapa menit perjalanan, hingga akhir keduanya sampai di depan rumah Viong.

"Eits," ucap Viong, sambil menahan Venus yang hendak turun dari motornya.

"Nggak usah turun, gue mau langsung masuk," ucap Viong, berhasil membuat pergerakan Venus berhenti. Venus mengangguk, lalu meraih satu tangan Viong, dan menggenggamnya dengan satu tangan besarnya.

Sialan!

  Kaki Viong terasa lemas, dan perutnya seakan digelitiki ribuan kupu-kupu. Bahkan tatapan Venus yang masih datar, mampu merobohkan hati mungilnya.

"Gue balik," ucap Venus, lalu melepaskan tangan Viong dan segera melajukan motornya. Viong menatap kepergian Venus, dengan ribuan pertanyaan.

Apa begitu cara Venus dalam bercinta?

...

To be continue

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang