VN¹⁵

124 16 1
                                    

Happy reading 💐💐

  Viong menghela nafasnya, saat tidak mendapati Arga disekitar rumah nya.

"Gue pulang dulu," ucap Venus, setelah mengelus-elus rambut Viong. Viong awalnya kaget, namun segera mengangguk.

  Viong menghela nafasnya, lalu segera kembali   kerumahnya.

"Kalian tau nggak, kenapa Arga langsung balik?" Tanya Viong setelah sampai di kamarnya.
Celia dan Putri sedang duduk di sofa, sambil menonton Netflix dengan beberapa makanan dimeja kecil itu.
"Nggak tau Yong, tapi sini deh gue mau ngasih sesuatu sama lo," ucap Putri, membuat Viong segera menghampiri kedua sahabatnya.

"Apa?" tanya Viong, matanya terbelalak.

"Kayaknya Arga suka deh sama lo Yong," ucap Putri, suaranya penuh keyakinan.

"Hahaha, apaan sih Put? Nggak mungkin lah Yong! Arga aja suka usilin si Viong," celetuk Celia, sambil terkekeh geli.

"Ck, justru karena itu.  Sebenarnya sebelum kita jelas sebelas, sebelum Arga benar-benar jadi sering usilin lo, gue pernah dengar dia bilang suka sama lo.  Pas teman-temannya nanya dia suka sama siapa, dia langsung jawab, 'Gue suka sama Viong.'  Tapi waktu itu, gue mikir kayak dia bercanda, soalnya mereka semua ketawa-tawa," jelas Putri, sambil mengingat kembali kejadian itu.

"Itukan dulu Put," ucap Celia, sedikit meremehkan.

"Nggak tau sih, tapi kayaknya dia benar-benar suka sama lo.  Lo nggak baca ekspresi dia, waktu lo cium Venus di parkiran dulu?  Dia kayak nggak terima gitu," tambah Putri.

"Mungkin dia takut nggak bisa usilin Viong lagi Put, makanya kayak nggak suka kalau Viong cepat dapet pacar," balas Celia, sambil terkekeh geli.

"Mending lo diem dulu deh Cel, tunggu gue selesaiin yang gue tau," ucap Putri, sedikit kesal.

"Iya-iya," balas Celia, sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

"Terus Yong, yang di kantin tadi.  Dia kayak utarain perasaan dia kan?  Secara nggak langsung dia nembak lo Yong.  Tapi dia masih kayak bercanda, biar dia tau kira-kira jawaban lo bagaimana.  Tapi karna si Kirana, jadi dia nggak bisa lanjutin yang tadi," jelas Putri.

"Terus, pas lo kena air panas, dia juga kan yang paling panik sambil bantuin lo lap air dari leher lo tadi?" tanya Putri, matanya menatap Viong penuh harap.  Viong mengangguk pelan.

"Nah itu, gue rasa dia benar-benar suka sama lo Yong," jelas Putri, suaranya penuh keyakinan.

"Tapi ketutup sama sifat jahilnya dia," tambahnya lagi, sambil menggelengkan kepalanya.

***

  Jam menunjukkan pukul sepuluh malam.  Gelapnya malam menyelimuti lapangan basket yang terletak di dekat taman.  Hanya lampu penerangan jalan yang menerangi sebagian area, membuat suasana semakin mencekam.  Venus datang, langkahnya berat, matanya mencari sosok Arga yang telah menunggunya di sana.

"Apa?" tanya Venus, suaranya bergetar, saat ia melihat Arga duduk membelakanginya di bangku penonton.  Arga langsung berdiri, tubuhnya tegap, matanya menyala-nyala dengan amarah.  Ia berjalan mendekat, langkahnya cepat dan penuh determinasi.

Bugh!

  Suara bogeman menggema di keheningan malam, saat tinju Arga mendarat di wajah Venus.  Venus terhuyung ke belakang, tangannya memegangi pipinya yang terasa panas dan nyeri.  Darah segar mengalir dari sudut bibirnya, membasahi dagunya.  "Memang bangsat lo Ven!" teriak Arga, suaranya bergetar karena amarah.

  Venus mengusap sudut bibirnya yang robek, matanya menatap Arga dengan penuh kekecewaan.  Arga yang tidak pernah sama sekali berbicara padanya, kali ini bertengkar dengannya tanpa alasan yang pasti.

  Venus menghela nafas, lalu kembali menatap Arga.  Laki-laki itu tampak tidak tersulut emosi, semakin membuat Arga kesal.  Arga menggeram, rahangnya mengeras, matanya menyala-nyala.

Bugh!  Bugh!

"Apa maksud lo bangsat, rebut Viong dari gue?" tanya Arga, sambil menghujami Venus dengan pukulannya.  "Viong milik gue anjing, bisa-bisanya lo ci..."  Belum sempat Arga menyelesaikan ucapannya, Venus dengan cepat memukul wajahnya.

  Arga langsung tersungkur, tubuhnya terbanting ke tanah.  Venus yang juga sempat terjatuh, kembali duduk, matanya menatap Arga dengan dingin.
  "Jangan kayak anak-anak," ucap Venus, suaranya dingin dan penuh penolakan.
  "Viong pacar gue, dan lo lihat sendiri gimana dia duduk dipangkuan gue," ucap Venus, lalu bangkit dan berjalan menjauh. 

  Sebelum benar-benar pergi, Venus menoleh dan memukul wajah Arga sekali lagi, lebih kencang dari yang sebelumnya.  Pukulan itu mendarat tepat di rahang Arga, membuat Arga merasakan sensasi panas yang menjalar di seluruh tubuhnya.  Arga terdiam, matanya terpejam, tubuhnya gemetar karena menahan rasa sakit.

...

  Viong mempercepat mobilnya, jantungnya berdebar kencang.  Ia sampai di lapangan basket, matanya langsung mencari sosok Arga yang menelponnya tadi.  Di sana, ia melihat Arga duduk menunduk di bangku penonton, tubuhnya terkulai lemas.

"Ga?" panggil Viong, suaranya sedikit gemetar.  Ia langsung duduk di samping Arga, tubuhnya terasa dingin saat bersentuhan dengan bangku yang dingin.  Arga terlihat sangat kacau, wajahnya penuh luka, matanya sembab, dan bibirnya bergetar.

"Yong," panggil Arga, suaranya serak.  Viong hendak memegang wajah Arga, ingin meringankan rasa sakit yang terlihat jelas di wajahnya, namun Arga langsung menepis tangannya. 
"Ga?" panggil Viong lagi, dengan rasa bersalah yang mencengkeram hatinya.  Pikirannya berkecamuk, semua ucapan Putri tadi tentang perasaan Arga berputar-putar di kepalanya.

"Kenapa bukan gue Yong?" tanya Arga, suaranya terdengar purau.  Viong menggigit-gigit bibir dalamnya, matanya berkaca-kaca saat melihat air mata Arga mengalir deras. 

Baru kali ini Viong melihat Arga rapuh. 
Baru kali ini Viong melihat Arga menangis seperti ini.  Arga yang selalu ceria, kini terlihat hancur hanya karena dirinya.  Viong merasa ini semua sangat tiba-tiba!

"Kenapa bukan gue, yang lo suka itu Yong?" tanya Arga, sambil menatap Viong dengan tatapan terluka. 
"Kenapa bukan gue, yang pangku lo tadi?" lirih cowok itu, suaranya bergetar. 
"Kenapa harus Venus?"  "Kenapa harus Venus yang dapet posisi itu di hati lo Yong?" tanya Arga, sambil menahan suara tangisannya, namun matanya kini mengeluarkan air mata yang mengalir deras.

"Lo nggak pernah ngerasain kehadiran gue?" tanya Arga, suaranya terdengar putus asa. 
"Lo nggak ada tumbuh perasaan sedikit pun gitu, selama ini atas semua perbuatan dan perhatian gue ke lo?" tanya Arga, matanya menatap Viong dengan penuh harap.  "Yong..."

"Venus bohong kan?"
"Venus bohong bilang lo pacar nya kan?" tanya Arga, suaranya semakin lirih.

  Viong terdiam seribu kata.  Ia benar-benar bingung, harus menjawab bagaimana.  Venus hanya memanfaatkannya, sedangkan Arga....nama cowok itu benar-benar belum terlukis di hatinya. 

"Gue...."

"Gue belum bisa jawab Ga," jawab Viong pelan, takut Arga benar-benar kecewa padanya. 
"Gue udah tau lo memang suka sama Venus, Yong," ucap Arga, lalu segera berdiri.  Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.

"Kita obati muka lo dulu Ga," ucap Viong, menahan tangan Arga yang hendak meninggalkannya.
"Nggak usah peduliin gue Yong, gue juga nggak bakal ganggu lo," jelas Arga, lalu segera berlalu meninggalkan Viong yang terdiam.  Viong menatap punggung Arga yang menjauh, hatinya terasa sesak.  Ia ingin berkata sesuatu, ingin menjelaskan, namun kata-kata seolah terjebak di tenggorokannya.

To be continue 💐💐

VENUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang