2 SO U || Let's Start!

50 4 12
                                    

• TWO SIDE OF YOU •

— Sudah cukup membuang waktu, mari kita mulai permainan yang sebenarnya ..

~ Happy Reading! ~

.
.
Bermula dari jajaran perumahan, berganti menjadi gedung-gedung yang menjulang tinggi, menghabiskan sejauh jalan tol membentang, hingga memasuki kawasan jalanan dengan pemandangan asri ..hutan pinus di sisi kiri, dan pegunungan di sisi kanan. Berjam-jam perjalanan berlalu, Zenaya tidak tahu kemana tujuan mobil Jico membawanya. Yang jelas ini sudah keluar dari kota Paris, dan agaknya masih belum ada tanda-tanda akan berhenti.

Dan dari sekian banyak pemandangan indah yang tertangkap atensi, tiada satupun yang menggugah antusias hati Zenaya. Perhatian yang terus mematai luar kaca mobil, semata-mata hanya kosong ..sebab pikiran yang berkecamuk.

Tenang raganya, tetapi tidak dengan pikirannya. Barangkali begitu.

Usakan mendadak di puncak kepala, lembut ..tetapi cukup membuat Zenaya terkesiap. Menarik atensi menoleh ke sisi lain, tepat bertumbuk dengan sepasang netra coklat itu.

"Kepalamu tidak pusing lagi?"

Cemas yang teraba di seraut wajah tampan itu bukan semata-mata tanpa alasan. Sejak perkara lemon yang berujung pada fakta mengejutkan itu, Zenaya menjadi kian intens dilanda pusing ..pun disertai mual.

Pengalaman pertama, dan rasanya luar biasa.

Zenaya tersenyum, lalu menggeleng kilas. "Aku baik." Hari ini Kyllie kecil sedang tenang, sedikitnya memberi Zenaya nafas lega.

Selaras dengan hempasan napas lega di hidung mancung Jico. Sentuhan beranjak menuju sisi pipi, sekilas mengelusnya lembut sebelum kemudian kembali turun. Menyentuh perut Zenaya dengan usapan lembut, dan semudah maksud tertangkap ..Zenaya sigap menahan. Mengalihkan dengan menautkan kelima jarinya dengan tangan kekar itu, menjalin genggaman erat.

Sehati bagaimana keduanya saling memahami, meski tanpa suara yang mengudara. Jico hanya menatap, sekalipun Zenaya berupaya menghindari perhatiannya. Tetapi Jico tidak bisa menahan diri tuk mengungkap isi hati.

"Apa yang akan kau lakukan dengan bayi itu?"

Terdengar apatis, tetapi jelas sekali beban yang sama memberatkan Jico. Sekalipun atensinya telah kembali tenang berfokus pada jalan, Zenaya tahu ..perasaan Jico sama buruknya, atau bahkan lebih parah dari Zenaya sendiri.

Pun Zenaya memahami ..pertanyaan sederhana itu mengandung dua opsi, yang harus segera dipertimbangkan. Tetapi sulit bagaimana Zenaya tidak tahu harus mengambil keputusan apa. Semua pilihan hanya akan berujung menyakitkan, tidak ada sesuatu yang baik bagi Zenaya ..untuk saat ini.

"Jika aku memilih untuk melahirkannya .." Terjeda, gemuruh hebat di dalam diri mengakhiri Zenaya terpejam erat. Bahkan ia tidak memiliki keberanian lebih tuk menatap Jico kala mengatakannya. ".. apakah kau akan menerimanya?"

Menerima bayi tak berdosa itu, tanpa melihat atau bahkan mempermasalahkan asal-usulnya ..terutama siapa ayahnya.

Jico menggeram tertahan, cetakan keras rahangnya menunjukkan ..ia sungguh tidak mengharapkan opsi itu menjadi yang terpilih. Tetapi sebisa mungkin emosi ditekan, Jico enggan hilang kendali, tidak ingin menunjukkan sisi gelapnya di hadapan Zenaya. Meski sebesar hati ingin menghajar ayah dari bayi itu, telak hingga mati di tangannya.

"Apapun keputusanmu, aku mendukung." Dusta, benar. Tidak tulus, teramat benar. Tetapi jika semua hanya demi Zenaya, Jico bisa memaksa diri untuk benar-benar menerima.

Two Side Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang